***
Perlahan-lahan kesadarannya telah kembali, meskipun ia masih belum merasakan bagaimana tubuhnya yang saat itu seperti mati rasa.
"Kegh."
Tubuhnya hampir tidak bisa digerakkan, dan jika ia bergerak sedikit saja?. Tubuhnya terasa sangat nyeri semua, hingga memberikan rasa sakit.
"Tenanglah cakra. Kau jangan banyak bergerak dulu."
"Ibu." Hatinya sangat sedih, ketika ia melihat seorang wanita yang sangat cemas terhadap dirinya.
"Tenanglah, kau hanya perlu istirahat saja. Ibu telah mengobati semua lukamu." Ia usap kepala Cakrawala dengan sayang. "Kau akan segera sembuh anakku."
"Sakit sekali ibu. Sakit." Tanpa sadar air matanya mengalir begitu saja, entah kenapa pada Nini Asmara Tanjung ia memperlihatkan kelemahannya.
"Tenanglah anakku. Kau hanya butuh istirahat saja. Obatnya masih dalam proses pemulihan atas luka dalam yang kau terima." Sungguh, ia sangat tidak tega melihat kondisi anaknya saat itu. "Istirahatlah di sini bersama ibu. Akan ibu hajar siapa saja yang telah berani menyakiti dirimu." Ia kecup kening anak laki-lakinya dengan penuh kasih sayang dan cintanya sebagai seorang ibu.
Sementara itu Taraka yang melihat itu dari jarak jauh merasa tersentuh, hatinya merasa iba melihat Nini Asmara Tanjung yang menangis karena kondisi Cakrawala yanng seperti itu.
"Meskipun kau bukan ibu kandungnya, tapi kau memberikan kasih sayang yang sangat luar biasa padanya nini." Dalam hatinya masih ingat bagaimana 15 tahun yang lalu ketika mereka membawa anak itu ke tempat persembunyian di bukit kegelapan.
Kembali 15 tahun yang lalu.
Hadi Gama, Tadakara, Tohpati, Taraka, Birawa dan Gala baru saja kembali. Namun keadaan mereka terluka sangat parah setelah berhadapan dengan Adipati Gandara Fusena. Tubuh mereka dipenuhi dengan luka-luka yang sangat dahsyat dari keris pusaka yang sangat dahyat.
"Nini!. Nini asmara tanjung!. Uhukh!. Uhuk!." Taraka mencoba memanggil Nini Asmara Tanjung yang mungkin saja berada di dalam gubuk?.
Tak lama kemudian ada seorang wanita yang sangat cantik keluar dari dalam gubuk itu dengan sangat heran.
"Kenapa kalian malah terluka parah?."
"Sudahlah nini, biarkan kami masuk dulu. Obati luka kami ini nini."
"Baiklah, kalai begitu kalian semua masuk lah."
Namun saat itu matanya menangkap suaminya Hadi Gama sedang menggendong bayi?.
"Anak siapa yang kakang bawa?."
"Nanti saja kau bertanya. Saat ini tubuhku terasa sangat sakit."
Nini Asmara Tanjung segera mengambil bayi yang tampak terlelap itu dari gendongan suaminya. Setelah itu ia juga ikut masuk ke dalam untuk mengobati mereka semua, karena ia adalah wanita yang sangat ahli dalam mengobati luka dalam yang dialami seseorang.
Kembali ke masa ini.
Nini Asmara Tanjung dengan hati-hati membantu Cakrawala untuk duduk, ia sangat takut akan menyakiti anaknya.
"Makan lah dulu ya?. Supaya tenagamu kembali."
"Terima kasih ibu."
"Oh dewata yang agung. Suaranya sangat lemah sekali. Rasanya aku tidak tega." Dalam hati Nini Asmara Tanjung merasa sedih dengan keadaan anaknya saat ini. "Makan lah dengan pelan. Tenggorokan mu masih kering, karena itulah ibu buatkan bubur untukmu. Supaya tidak menyakiti tenggorokan mu." Ia menyuapi anaknya dengan pelan.
"Um." Cakrawala hanya mengangguk kecil, karena memang itu lah yang ia rasakan saat itu.
"Nini. Kakang hadi gama datang." Taraka dari luar memberitahukan itu.
"Suruh saja mereka menunggu di luar. Aku sedang tidak ingin diganggu ketika aku bersama cakra!."
"Baik nini, akan saya sampaikan."
Taraka hanya menurut saja, setelah itu ia turun dan menuju ke tempat Hadi Gama yang datang bersama yang lainnya.
"Di mana cakra?. Apakah dia sudah baikan?."
"Saat ini dia sedang dirawat oleh nini asmara tanjung."
"Kalau begitu akan aku bawa dia untuk latihan"
"Tadakara. Tadi nini asmara tanjung berpesan padaku agar tidak mengganggunya bersama anaknya. Jadi jangan coba-coba untuk membantah, jika kau masih menaruh hormat padanya."
"Kau tidak usah menyampaikan pesan yang tidak berguna seperti itu padaku!."
"Nini!. Tadakara masih memaksa untuk masuk!." Teriaknya dengan suara yang sangat keras.
Tak berselang lama Nini Asmara yang mendengarkan suara Taraka langsung keluar dengan raut wajah yang sangat marah. Ia berjalan dengan cepat mendekati Tadakara yang terkejut.
"Kau masih saja ingin menyeret anakku latihan?." Raut wajah itu sangat tergambar sekali bagaimana suasana hatinya saat itu. "Kau pikir butuh berapa lama aku mengeluarkan tenaga dalamku untuk menyatukan kembali semua tulang-tulangnya yang hampir patah itu?. Hah?."
Tidak ada tanggapan dari Tadakara, ia hanya diam saja, meskipun ia sedang menahan perasaan amarah.
"Aku tahu tujuan kalian membesarkan anakku untuk balas dendam padanya. Tapi aku bukanlah tempat sandaran obat, untuk menyembuhkan luka dalam dari apa yang telah kalian ajarkan padanya!." Ia keluarkan semua amarahnya. "Apakah kau tidak lihat?. Kulitku sudah hampir mengering hanya untuk mengobatinya. Apakah kau ingin aku mati?. Dan dia juga mati karena mempelajari ilmu hitam yang kalian miliki?. Jawab aku tadakara!."
"Maafkan saya nini." Tadakara hanya tertunduk sambil mengucapkan kata maaf.
Kali ini Nini Asmara Tanjung mendekati suaminya dengan perasaan yang sangat membuncah. "Untuk tujuh hari ke depan, kakang aku larang mendekati gubuk ini. Karena saya mau mengobati luka yang diakibatkan mempelajari ilmu buka batin mencuri jurus kegelapan milik lawan." Hatinya sangat sakit dengan kenyataan itu. "Jika tidak segera saya atasi dengan cepat?. Bukan hanya kebutaan saja yang akan ia terima, akan tetapi ia akan lumpuh seumur hidup, karena kakang telah memaksanya untuk membuka jurus itu, sedangkan kakang telah menggemblengnya dengan jurus bunga pemetik jiwa yang juga menggunakan kekuatan tenaga dalam yang sangat besar." Sungguh perasaanya sangat kesal saat itu. "Kecuali kakang memang ingin membunuhnya dengan cara yang seperti itu."
Hadi Gama dan yang lainnya hanya diam menyimak dengan apa yang telah dikatakan Nini Asmara Tanjung. Mereka tidak menduga sama sekali, jika apa yang telah mereka ajarkan pada Cakrawala akan berdampak seperti itu?.
"Aku tidak akan mengatakannya berkali-kali pada kalian." Ucapnya sambil meninggalkan mereka. "Jika kalian berani mendekati gubuk ini dan menyakiti anakku?. Aku yang akan membunuh kalian dengan ramuan racun akar gaib. Kebetulan aku baru saja meraciknya untuk dicobakan pada orang jahat seperti kalian yang ingin menyakiti anakku."
Deg!.
Mereka semua sangat terkejut dengan ancaman yang disebutkan Nini Asmara Tanjung. Tentunya mereka semua mengetahui, jika wanita itu bukan hanya ahli dalam mengobati, akan tatapi ahli juga dalam racun yang sangat mematikan. Termasuk juga racun yang ia sebut tadi.
"Sebaiknya kita mengalah dulu kakang. Percuma saja kita melawan nini asmara tanjung untuk saat ini."
Setelah itu mereka pergi dari sana.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments