Setting-an sekretaris.

Sarah memandangi jari manis tangan kanannya yang sekarang sudah dilingkari cincin pernikahan. Cincin berlian dengan desain sederhana namun begitu elegan menurutnya. Sarah mengakui dirinya takjub saat cincin itu sangat pas di jarinya, sementara Demian membelinya dadakan dan itu pun tanpa ditemani olehnya. Bagaimana bisa satu-satunya cincin couple yang ready di toko itu kebetulan sekali pas di jari-jarinya dan Demian? Sarah sungguh tidak tahu akan ada kebetulan yang seperti itu.

Sekarang dia dan Demian sudah berada di kantor kebesaran Halim Subagio. Sebagaimana keinginan Halim, tender itu langsung ia percayakan kepada perusahaan Demian setelah dia menyaksikan pernikahan pria itu dengan mata kepalanya sendiri. Tidak ada seorang pun yang tahu alasan pasti Halim membuat proyek itu khusus untuk pria berkeluarga. Hanya dia dan Tuhan yang tahu.

"Jadi pelaksanaannya akan dimulai bulan depan. Mulai sekarang sekretaris saya akan sering-sering berkomunikasi dengan sekretaris anda. Ah, lebih tepatnya istri anda. Bukan begitu Ibu Sarah?"

"Baik, Pak. Saya akan mengurus semuanya dengan baik bersama Ibu Andini," jawab Sarah lembut dan tegas seraya melempar senyum kepada Halim, juga Demian. Saat ini dia berada dalam mode setting-an sekretaris, bukan seorang Sarah yang masih kesal setengah ****** terhadap Demian.

"Saya sangat bahagia. Belum pernah saya merasa se-excited ini hanya karena sebuah kerjasama proyek. Apa mungkin itu semua karena kalian berdua?"

Demian menyunggingkan senyum iritnya, "Mari kita jalin kerjasama yang baik, Pak. Sekali lagi terimakasih sudah mempercayakan kami sebagai partner kerja anda. Kami akan melakukan yang terbaik."

Senada dengan Demian, Sarah juga mengucapkan rangkaian kata-kata baik sebagai ucapan terimakasih kepada pria berusia empat puluhan itu. Kesuksesan mereka sudah di ambang pintu. Mereka sudah siap untuk menjemputnya.

"Oh iya, saya punya sedikit bingkisan untuk pernikahan kalian. Silahkan diterima," Halim menyodorkan sebuah amplop berwarna gold ke hadapan Demian, lalu membiarkan Demian membukanya.

"Tiket perjalananannya valid hingga dua tahun ke depan. Kalian bisa merencanakan jadwalnya kapan pun," Halim menambahkan. Dia tahu kedua anak muda di hadapannya itu tidak akan berbulan madu dalam waktu dekat.

"Hahahaha, terimakasih banyak, Pak. Ini kado pernikahan yang sangat bagus. Iya kan, Sayang?" Demian tertawa seraya menunjukkan tiket perjalanan eksklusif ke Eropa selama satu minggu tersebut kepada Sarah. Sarah hanya bisa ikut tersenyum mengiyakan. Lebih tepatnya bersandiwara seakan-akan dia sangat senang mendapatkan tiket perjalanan itu.

*****

Sekembalinya dari kantor Gottardo Group, Demian dan Sarah kembali ke perusahaan. Demian sudah tidak ada jadwal bertemu dengan klien lagi. Dia akan menghabiskan waktunya untuk memeriksa semua email masuk dan laporan-laporan yang ia abaikan hanya karena terlalu sibuk mengurusi pernikahan dadakan itu.

Sementara Sarah, dia punya dua jadwal meeting jika dilihat dari agenda kerjanya. Sesampainya di kantor dia akan meeting dengan divisi keuangan, untuk membahas laporan keuangan bulan ini. Sarah mendapati ada yang ganjil dari laporan yang sudah diserahkan kepadanya untuk diperiksa. Sebelum dia menyerahkannya pada Demian, dia harus mengetahui dimana letak kesalahan tersebut dan diperbaiki.

Sarah juga ada jadwal meeting dengan tim konsultan perusahaannya terkait kerjasama dengan Gottardo Group. Seperti biasanya, karena ini hanya meeting perdana, Sarah tidak akan melibatkan Demian.

"Hari ini aku mau periksa semua laporan-laporan, sekalian membuat keputusan untuk plafon final Pak Joseph," Demian memberitahu sambil berjalan menuju ruangannya. Sarah mengikuti sambil mengecek tabletnya, memastikan sekali lagi bahwa semua laporan yang diminta oleh Demian sudah dia kirim via email.

"Baik, Pak. Semua laporan yang Bapak mau periksa sudah saya email tadi, termasuk laporan perkembangan proyek di Samarinda," jawab Sarah serius sambil sesekali melihat ke arah lawan bicaranya.

"Oke. Kamu juga ada meeting, kan? Kalau ada apa-apa kabari aku," kini mereka sudah ada di ruangan Demian. Pria itu meletakkan semua barang bawaannya di atas meja, kemudian membuka jasnya yang mulai terasa gerah. Meletakkannya di sandaran kursi, lalu dia duduk di kursi kebesarannya.

"Bapak mau dibuatkan teh, kopi atau green tea latte?" Sarah menawarkan sebelum dia pergi meeting dan Demian tidak akan bisa mengganggunya untuk sementara.

"Surprised me, Sarah," jawab Demian sedikit abai sambil memandang Mac Book yang baru dia buka. Otaknya sudah tidak sabar untuk bekerja, jadi tidak sempat memilih antara teh, kopi atau greentea latte itu.

"Baik, Pak. Saya akan kembali sebentar lagi," Sarah pamit undur diri dari ruangan tersebut. Sebelum menuju pantry, dia masuk ke ruangannya sebentar untuk meletakkan semua barang yang dia pegang tadi, lalu keluar lagi.

Di pantry dia melihat kemasan minuman green tea latte kesukaannya. Dia sangat ingin membuat itu untuk Demian. Bos-nya itu pasti kelelahan menghadapi drama dua hari ini. Aroma dan rasa dari minuman green tea bisa membuat jaringan otak pria itu sedikit lebih rileks. Ah, dia juga sepertinya membutuhkan minuman itu sekarang. Bukankah diantara mereka yang menjadi korban adalah dirinya?

"Bu Sarah," office girl yang kebetulan masuk ke pantry sedikit terkejut mendapati Sarah, sekretaris kebanggaan bos, ada di sana. Membuat minum untuk dirinya sendiri.

"Halo. Kamu office girl baru ya?" tanya Sarah dengan ramah. Tangannya sambil bergerak mengaduk minumannya.

"I ... iya, Bu. Seharusnya ibu menyuruh saya yang membuatkan minumannya, tidak perlu ke pantry sendiri, Bu," kata gadis muda itu sedikit ketakutan. Jelas sekali dia masih baru, karena Sarah setiap hari berada di sana untuk membuat minuman Demian.

"Hahaha, kamu jelas sekali baru di sini. Membuat minuman Pak Demian memang bagian saya, tidak pernah diwakilkan ke office girl. Besok juga kita akan bertemu lagi di sini," senyuman Sarah yang ramah sepertinya membuat gadis itu lega. Ternyata dia tidak harus takut akan dipecat.

"Oh, begitu, Bu. Syukurlah. Saya kira saya sudah lalai dalam tugas bahkan di hari pertama saya bekerja," akunya jujur.

"Kamu polos sekali, siapa nama kamu?"

"Dinda..."

"Ah, Dinda. Kamu polos sekali. Saya suka itu. Semoga kamu betah bekerja di sini. Dan saya harus kembali ke atas, silahkan kamu lanjutkan pekerjaan kamu ya," Sarah menepuk pundak Dinda sebelum tangannya meraih dua gelas minuman yang siap untuk diminum.

Sarah sudah sampai di depan pintu ruangan Demian. Karena ditangannya ada dua gelas minuman, dia tidak bisa mengetuk pintu sama sekali. Namun secara kebetulan, tiba-tiba saja pintu itu dibuka dan Demian keluar. Jika Sarah tidak refleks mundur, minuman panas itu akan tumpah mengenai kemeja mahal Demian.

"Eh eh, sori!" Demian refleks menahan lengan Sarah yang hampir saja tergelincir. Namun sebagai akibatnya, minuman itu berguncang dan sedikit tumpahannya mengenai kedua punggung tangan Sarah.

"Aduh panas panas panas!!" Sarah spontan latah dan langsung meletakkan gelas tersebut di atas meja yang ada di dekat pintu.

"Ayo kita cuci tangamu!" Demian yang panik dengan cepat bereaksi, dia menarik pergelangan tangan Sarah menuju ruangannya. Memasuki kamar mandi dan menghidupkan keran wastafel. Dia menarik kedua tangan gadis itu dan mengguyurnya dengan air dingin.

"Kau ceroboh banget sih, Sar?" katanya persis seperti seorang ibu yang memarahi anaknya saat terluka karena jatuh.

"Maaf, Pak. Tadi saya nggak bisa mengetuk karena pegang gelas. Eh taunya Bapak keluar. Kaget saya," jawab gadis itu tidak mau disalahkan. Lagian ngapain Demian keluar dari ruangannya coba?

"Lain kali hati-hati. Ini kemejamu jadi kotor. Kau bawa baju ganti?"

Sarah menggeleng, "Nggak apa-apa, nanti bisa digulung saja."

"Baiklah. Aku akan minta office girl mengantar salep ke sini," lanjut Demian sambil mengeringkan tangan Sarah dengan tisu handtowel.

"Tidak perlu, Pak. Saya punya di laci. Bapak tadi kenapa keluar? Ada perlu apa? Biar saya ambilkan."

"Ah, tadi saya justru mencari kamu. Karena tumben kamu lama bikin minum. Biasanya cepat."

"Oh, kirain ada apa-apa. Tadi ngobrol sebentar dengan office girl baru. Oh iya, saya ke pantry dulu, Pak, ganti minumannya."

"Tidak perlu diganti. Yang tadi saja bawa masuk. Nanti keburu dingin,"

"Baik, Pak. Sebentar," Sarah meninggalkan Demian di toilet untuk mengambil minuman. Saat dia masuk lagi, pria itu sudah duduk kembali di kursi kebesarannya.

"Ini minumannya, Pak. Maaf sudah berantakan," Sarah meletakkan gelas itu dengan hati-hati di sebelah laptop Demian. Tidak lupa dia memberikan dengan senyuman manis di bibirnya.

"Makasih, Sar. Ngomong-ngomong kau sudah tidak marah padaku atau sekarang cuma sedang dalam setting-an sekretarismu itu?" ledek Demian melihat sikap Sarah yang sudah kembali normal sejak tadi pagi. Seakan-akan dia lupa bagaimana beringasnya dia di hari kemarin. Demian sambil meraih gelas minumannya, lalu meniupnya sedikit.

"Di kantor ini saya sekretaris Bapak, jadi saya harap kita tidak menyinggung urusan pribadi selama berada di kantor," jawab Sarah lembut namun tegas. Lagi, di akhir kalimatnya dia menarik bibirnya untuk tersenyum.

"Baikalah, aku mengerti. Jangan lupa lepaskan cincinmu. Itu terlalu mencolok."

"Ah iya. Terimakasih sudah mengingatkan!" Sarah dengan refleks melepas cincinnya dan memasukkannya ke dalam saku rok. Dia melakukannya di hadapan Demian, dan disaksikan langsung oleh pria itu.

"Sebentar lagi saya meeting. Apa Bapak masih butuh bantuan saya? Sebelum ponsel saya dinonaktifkan."

"Tidak ada. Kamu boleh pergi sekarang," jawab Demian yang sudah tidak memandang Sarah lagi. Bahkan sampai punggung wanita itu hilang di balik pintu ruangannya.

Sialan! Dia melepaskan cincin itu begitu saja di depanku. Sungguh tidak punya perasaan. Gerutu Demian dalam hati.

*****

Terpopuler

Comments

Sri Ningsih

Sri Ningsih

wkwkwk di yg nyuruh dia yg emosi

2022-12-06

0

Arninyon

Arninyon

ha ha ha lha kan kamu sendiri yg nyurih damian.. lucu deh 😏😏

2021-07-23

0

Mugiyati Amin

Mugiyati Amin

mulut sama hati suka beda jalur ...jadi kek gitu kan rasanya....uenakkk

2021-07-10

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!