Mendadak Menikah

Mendadak Menikah

Pertanyaan angker.

VISUAL

1. Demian Akira Wijaya

.

.

.

.

2. Sarah Clevery Nugraha

*****

Sarah Cleverly Nugraha. Gadis cantik dan rupawan yang saat ini sukses menarik perhatian banyak lelaki di sekitar meja yang sedang dia tempati. Laki-laki yang sedang duduk sendirian maupun yang sedang duduk bersama kekasih atau istrinya seakan tidak mampu menahan mata liarnya untuk tidak mencuri pandang ke arah meja Sarah secara terang-terangan.

Gadis cantik mana yang datang ke kafe seorang diri hanya untuk menikmati secangkir kopi? Apa dia tidak takut dengan pria-pria hidung belang yang sedari tadi mencoba menawarkan diri untuk menemaninya? Batin mereka.

Tentu saja Sarah gemetar duduk berlama-lama di sana. Jika bukan karena Grasian memintanya untuk menunggu sebentar lagi, sudah pasti Sarah akan cabut sejak setengah jam yang lalu. Dia sudah muak melihat wajah pria-pria lintas generasi yang sedari tadi melempar senyum nakal padanya. Ahh... entah sejak kapan Grasian lupa bahwa Sarah adalah penganut 'on time' garis keras.

"Halo, Sayang. Maaf aku terlambat," suara bas yang begitu dikenali Sarah membuat wajah gadis itu otomatis mendongak. Pria dengan tubuh tinggi berwajah tampan kini berdiri di sebelahnya, seraya menghadiahi sebuah kecupan di puncak kepalanya.

"Tidak apa-apa, Sayang. Aku senang kau datang. Aku sudah muak menghitung berapa banyak pria yang ingin duduk di depanku. Kurasa sepuluh jari tangan ditambah sepuluh jari kakiku pun masih kurang, jika kau ingin tahu," tandas Sarah seakan-akan ingin melepas kekesalannya sambil menyindir Grasian. Sekilas dia melirik pria-pria hidung belang di sekelilingnya. Semuanya sudah kembali fokus pada pasangan masing-masing.

Grasian tersenyum sambil mengambil duduk di sebelah Sarah. Ia melihat kekesalan di wajah cantik kekasihnya itu. Pria itu pun menarik pundak Sarah untuk mendekat padanya.

"Aku merindukanmu," ucapnya pelan sambil menempelkan pipinya di atas kepala Sarah seolah tidak peduli dengan keketusan gadis itu barusan. Adegan mesra itu lagi-lagi berhasil menjadi bahan perhatian orang di sekeliling mereka.

"Aku juga, Sayang. Tapi kenapa baru bisa meluangkan waktumu sekarang? Dua minggu ini kau kemana?"

"Maafkan aku. Di kantor lagi ada kasus yang harus segera diselesaikan. Jika tidak, gaji seluruh karyawan akan ditangguhkan untuk sementara."

Sarah menarik sedikit dirinya hanya untuk melihat wajah pria itu. "Kasus apa yang membuat gaji karyawan jadi taruhannya?"

"Korupsi. Besar-besaran. Pelakunya komplotan. Orang dalam semua. Tapi sampai sekarang yang mengaku baru tiga orang saja. Yang lain masih bertahan untuk bungkam."

"Lantas, yang tidak terlibat akan ikut menanggung resiko? Tidak adil, Gras," Sarah mengerutkan keningnya. Begitulah Sarah. Dia sangat peka dan cukup antusias setiap mendengar ketidakadilan. Menurutnya keputusan Grasian sungguh tidak masuk akal dan tidak manusiawi.

"Sar, orang-orang yang tidak terlibat itu pada tahu siapa pelakunya, tapi memilih bungkam dan tidak mau bersaksi karena diancam pelaku. Penangguhan gaji adalah satu-satunya jalan agar orang-orang itu mau buka suara. Mana mungkin mereka rela tidak gajian demi melindungi teman," jelas Grasian tenang.

"Tapi bisa jadi ada orang yang benar-benar tidak tahu apa-apa. Bagaimana? Haruskah dia menjadi korban juga?"

Grasian menatap manik hitam Sarah yang kini sangat menanti jawabannya. Sepertinya pria itu salah besar sudah menceritakan tentang kasus itu kepada Sarah. Seharusnya dia tahu Sarah akan kontra padanya. Sekarang dia jadi kehilangan waktu untuk bermesraan dengan kekasihnya itu karena obrolan mereka sudah pasti akan semakin panjang. Padahal tujuannya ingin bertemu Sarah adalah ingin melepaskan penat yang ia rasakan selama dua minggu ini.

"Hm... bagaimana kalau kita bahas itu lain kali, Sayang? Aku sudah lapar," Grasian mencolek hidung Sarah sembari melepaskan rangkulannya. Dia tahu Sarah belum puas. Lebih tepatnya tidak akan puas selama wajahnya masih ditekuk seperti itu.

"Aku sarankan kau mempertimbangkannya lagi, Gras. Bagaimana pun akan ada saja yang benar-benar polos dan tidak bersalah. Masak kau tega membuat dia menderita juga?" Sarah menasehati sambil menyodorkan buku menu pada Grasian. Pria itu tidak menyahut, hanya tersenyum sambil menganggukkan kepalanya. Tentu saja bukan itu yang Sarah mau. Tapi jika Grasian sudah memutus rantai obrolan, maka itu artinya dia pun harus menyudahinya.

Grasian membolak-balik menu sambil meracau tentang perutnya yang sudah keroncongan. Padahal tadi sore dia sudah makan cemilan setelah meeting selesai, entah kenapa cacing-cacingnya sudah berontak minta dikasih makan lagi.

"Pekerjaanmu bagaimana? Minggu depan jadi ke Surabaya dengan Demian?" tanyanya di sela-sela penantian pesanan makanan mereka datang.

"Oh iya, jadi. Hampir saja aku lupa memberitahumu. Aku izin ya, Sayang? Hanya tiga hari kok," Sarah mengelus jemari Grasian yang kini berada dalam genggamannya. Sarah memang sedikit pelupa jika menyangkut dirinya, tapi sangat pengingat jika itu tentang orang lain. Grasian sangat hafal itu dan dia sudah memakluminya. Oleh karena itu, tidak jarang dia yang bertanya duluan ke Sarah tentang jadwal gadis itu. Jika tidak, gadis itu akan selalu mengabarinya di detik-detik terakhir.

"Iya, bekerjalah dengan baik. Aku akan bilang ke Demian agar menjagamu selama di sana," balas Grasian sambil mengelus puncak kepala Sarah. Ia pun menyebutkan nama direktur Sarah itu lagi. Kebetulan Grasian memang mengenal Demian, bosnya Sarah itu. Mereka pernah bertemu saat ada event besar yang diselenggarakan perusahaan Demian. Sarah yang kebetulan mengajak Grasian hadir saat itu, memperkenalkan kekasihnya itu kepada Demian. Sejak saat itu Grasian dan Demian terlihat akrab di pertemuan-pertemuan selanjutnya. Bahkan mereka sampai bertukar nomor telepon.

"Kau akan mengantarku ke bandara?"

"Beritahu saja jam keberangkatan kalian. Aku akan mengosongkan jadwalku," Grasian kembali membuat hati Sarah tenang dan senang. Sepertinya frekuensi perjumpaan mereka yang semakin jarang saat ini membuat Sarah sering kesepian dan sangat merindukan kekasihnya itu. Itu sebabnya malam ini dia rela menunggu lama hanya untuk melihat wajah tampan yang sudah dua minggu lebih menghilang dari hadapannya. Bahkan dia pamit pulang lebih awal kepada Demian agar dia bisa mandi dan berias terlebih dahulu. Dia selalu ingin tampil cantik di depan Grasian.

"Baiklah. Sepertinya aku akan merindukanmu meskipun hanya tiga hari di sana. Bahkan sekarang pun aku sudah merindukanmu," rayu Sarah sambil bergelanyut manja di pundak Grasian. Pria itu ingin membelai kepalanya, namun segera diurungkan karena pegawai kafe yang tiba-tiba datang mengantarkan pesanan mereka.

"Lebih baik kita makan dulu, Sayang," ujar Grasian sambil memperbaiki posisinya. Sarah pun mengikuti.

Mereka menikmati makanan sambil membahas hal-hal yang mereka alami selama dua minggu terakhir. Tentang keluarga, tentang pekerjaan, tentang topik yang sedang trending di Twitter juga Instagram.

Namun keharmonisan mereka mendadak hilang ketika Sarah lagi-lagi melontarkan pertanyaan yang sejak dulu selalu berusaha dihindari Grasian.

"Oh ya, Sayang. Mama nanyain aku lagi nih. Ditanya kita kapan nikahnya?"

Sendok di tangan Grasian berhenti bergerak. Juga gerakan rahangnya. Mood -nya terjun bebas seketika. Sorot matanya yang sejak tadi bersahabat dan berbinar penuh cinta, kini berubah gelap sebagaimana setiap kali Sarah menanyakan pertanyaan angker tersebut.

"Tahun ini umurku dua-puluh-sembilan, Gras. Menurutmu berapa tahun lagi harus kuhabiskan denganmu tanpa sebuah kejelasan?"

Bukan jawaban yang didapatkan Sarah, melainkan gerak cepat Grasian untuk meneguk air mineralnya, lalu bangkit berdiri sambil menyambar ponsel serta kunci mobilnya. Kemudian beranjak pergi meninggalkan Sarah tanpa sepatah kata pun.

Sarah hanya bisa memandang punggung Grasian yang semakin lama semakin menjauh, lalu hilang di balik tembok pembatas kafe.

Gadis itu menghembuskan napas kuat. Mengembang-kempiskan pipinya berulang kali demi mencegah butiran bening lolos dari bola matanya. Dia tidak ingin jadi bahan tontonan lagi.

Mama, sepertinya aku akan menjadi perawan tua. Batinnya sedih.

*****

Hai hai readers...

Perkenalkan, ini novel ke tigaku 🤗🤗

Novel ku yang pertama dan kedua sudah tamat, sudah pada baca belum? 🤗

Yang mau singgah, silahkan singgah yaa, dijamin suka sama ceritanya.

Semoga novelku yang ke tiga ini pun bisa mencuri perhatian kalian ya...

Selamat membacaa 🤗🤗🤗

Terpopuler

Comments

Sri Ningsih

Sri Ningsih

ed dah tega bgt si gras ...

2022-12-06

0

Khairil Anwar Peni

Khairil Anwar Peni

Masih belum komen

2021-09-02

0

Afnita

Afnita

nyimak dulu nih thor...

2021-08-17

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!