Dalam Diam Cinta Yang Terpendam

Dalam Diam Cinta Yang Terpendam

pertemuan pertama mereka

Jamie adalah seorang pria muda yang cerdas dan pekerja keras. Ia tinggal bersama ibu dan adik perempuannya setelah ayahnya meninggal beberapa tahun yang lalu. Jamie sangat mencintai keluarganya dan selalu berusaha untuk menjadi sosok yang tangguh bagi mereka.

Sementara itu, Rose adalah seorang wanita muda yang cantik dan cerdas. Ia adalah seorang penyair yang sering menulis puisi di waktu luangnya. Rose juga sangat mencintai keluarganya dan memiliki hubungan yang sangat dekat dengan mereka.

Ketika Jamie bertemu dengan Rose untuk pertama kalinya, ia terkesan dengan kepribadian dan kreativitas Rose. Mereka mulai bertukar ide tentang buku dan puisi, dan akhirnya menjadi teman akrab yang saling mengerti. Namun, Jamie mulai merasakan perasaan yang lebih dari sekadar persahabatan terhadap Rose. Ia memendam perasaannya karena takut akan merusak persahabatan mereka.

Pada suatu hari, Jamie bertemu dengan Rose.

Jamie: "Halo, nama saya Jamie. Senang bertemu denganmu."

Rose: "Halo Jamie, saya Rose. Sama-sama senang bertemu denganmu."

Jamie dan Rose mulai mengobrol, dan mereka menemukan banyak kesamaan. Mereka suka membaca buku dan senang menulis. Mereka pun menjadi teman akrab dan sering menghabiskan waktu bersama.

Jamie dan Rose berjalan-jalan di sepanjang jalan yang ramai di kota kecil mereka. Mereka berbicara tentang buku dan puisi yang mereka sukai.

Rose: "Saya baru saja membaca buku kumpulan puisi Emily Dickinson yang sangat menginspirasi."

Jamie: "Oh, saya juga sangat mengagumi Emily Dickinson. Apa favorit Anda dari kumpulan itu?"

Rose: "Saya sangat suka 'Hope is the Thing with Feathers'. Bagaimana denganmu?"

Jamie: "Saya juga suka itu. Tapi favorit saya adalah 'I’m Nobody! Who are you?' Saya merasa seperti puisi itu menggambarkan betapa sulitnya menjadi seseorang di dunia ini."

Rose: "Itu benar. Tapi saya lebih suka 'Hope is the Thing with Feathers' karena itu memberikan saya semangat dan harapan di saat-saat sulit."

Jamie: "Saya bisa mengerti itu. Puisi memang bisa memberikan pengaruh yang kuat pada diri seseorang."

Rose: "Benar sekali. Saya juga suka menulis puisi, apakah kamu juga menulis?"

Jamie: "Saya mencoba menulis beberapa, tapi saya belum pernah membagikan dengan siapapun. Bagaimana denganmu, apakah kamu pernah membagikan puisimu?"

Rose: "Iya, saya sering membagikan puisi saya dengan keluarga dan teman-teman. Tapi saya belum pernah mempublikasikan puisi saya."

Jamie dan Rose terus berjalan-jalan dan mengobrol tentang buku dan puisi hingga matahari terbenam dan jalanan menjadi sepi. Mereka terus merasa nyaman satu sama lain dan terus menemukan kesamaan dalam minat dan minat mereka yang sama.

Jamie: "Saya rasa kita memiliki banyak kesamaan dalam hal minat literatur."

Rose: "Iya, saya juga merasa seperti itu. Tapi apakah kamu tahu, saya juga suka belajar tentang seni."

Jamie: "Oh benarkah? Saya juga senang melukis dan menggambar ketika saya punya waktu."

Rose: "Wow, itu keren! Kamu harus menunjukkan karyamu padaku suatu saat."

Jamie: "Tentu saja, saya akan menunjukkannya pada kamu suatu saat nanti. Bagaimana dengan puisi, apakah kamu masih menulis?"

Rose: "Iya, saya masih menulis puisi sepanjang waktu. Saya berpikir bahwa itu bisa menjadi cara yang baik untuk mengekspresikan diri dan meredakan stres."

Jamie: "Saya juga merasa seperti itu. Menulis puisi bisa menjadi bentuk terapi yang bagus."

Rose: "Iya, saya sangat setuju dengan itu. Tapi aku merasa bahwa puisi tidak selalu harus menjadi tentang kesedihan atau penderitaan. Itu bisa menjadi tentang cinta atau kebahagiaan juga."

Jamie: "Benar, saya setuju. Dan tentang cinta...," Jamie berhenti sejenak, takut memperlihatkan perasaannya.

Rose: "Ya?"

Jamie: "Tidak apa-apa, hanya pikiran saya saja."

Rose: "Oh, oke. Apakah kamu mau berbicara tentang sesuatu?"

Jamie: "Tidak, tidak apa-apa. Hanya saja...saya merasa senang bisa mengobrol denganmu seperti ini. Saya merasa seperti kita memiliki hubungan yang khusus."

Rose: "Aku juga merasakan hal yang sama. Aku merasa seperti kita bisa berbicara tentang apapun, tanpa takut atau cemas."

Jamie: "Itu benar. Saya merasa seperti saya bisa menjadi diri sendiri di depanmu, tanpa harus menyembunyikan atau menyaring diri saya."

Rose: "Ya, kamu bisa selalu jujur dengan saya. Dan aku berharap kamu tahu bahwa kamu selalu bisa mengandalkan saya sebagai temanmu."

Jamie merasa lega bahwa Rose tidak mengetahui perasaannya. Namun, ia juga merasa sedih bahwa mereka hanya bisa menjadi teman. Ia merasa bahwa ia harus menyembunyikan perasaannya, atau mungkin merusak hubungan yang telah mereka bangun.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!