Wajah Ana memerah. Dengan senyuman dia mengucapkan terima kasih. "Pergilah makan siang, nanti kita bicara lagi." Ana hanya menurut lalu pergi bersama seorang pelayan. Samuel kembali menghampiri pria yang bicara tadi dengannya.
Kedua mata pria itu terus memandang Ana yang bahkan telah menghilang dari pandangan. "Tuan Ricardo." panggil Samuel dengan nada dingin.
Pria yang bernama Ricardo itu terkejut setengah mati, sengihan tampak dari wajahnya meski dahi Ricardo kini dipenuhi dengan peluh. "I-iya Tuan."
"Apa kau sedang melihat gadisku?" Ricardo tak bisa berkata apa-apa yang ada dia hanya menunduk, tidak ingin melihat Samuel yang menyorotnya dingin.
"Kali ini aku memaafkanmu tetapi jika seterusnya kau lancang mengangkat wajah untuk melihat Anaku maka kau tak akan selamat dariku." Bisikan Samuel menggetarkan raga sekaligus jiwa dari seorang Ricardo. Selama bertahun-tahun, dia berbisnis dengan Samuel dan tak pernah sekali pun Samuel main-main dengan perkataannya.
Ricardo juga sering melihat kekejaman Samuel pada lawan-lawannya secara sadis. Dia tak ingin bernasib sama seperti yang lain. "Sa-saya mengerti, Tuan Samuel."
Sementara itu, Ana tengah makan siang ditemani oleh beberapa pelayan tetapi satu pelayan yang terus mengikutinya setia berada di belakang gadis itu. Apa yang diinginkan meski hanya gumaman semata si pelayan memberikannya seperti sekarang gelas yang kosong kembali diisi air putih oleh si pelayan melihat Ana kesusahan menggapai cerek.
"Terima kasih tapi aku bisa sendiri." ucap Ana.
"Tapi Nona saya tak bisa melihat anda melakukannya sendiri. Biar saya membantu anda." Ana tak bisa berkata apa-apa lagi selain makan. Sesudah dirinya makan pun pelayan itu terus mengikutinya.
Ana yang terganggu, buru-buru berhenti dan memutar tubuhnya. "Bisakah kau jangan mengikutiku terus?" Pelayan itu menunduk, meminta maaf pada Ana.
"Maaf Nona, bukan saya bermaksud membuat anda risi tapi inilah pekerjaan saya sekarang selalu berada dekat dengan Nona. Ini perintah dari Tuan Samuel sendiri." jawab si pelayan itu namun tak berani memandang pada Ana yang menatapnya lekat.
"Tuan Samuel yang memintamu mengikutiku? Kenapa?"
"Saya tak tahu Nona, mungkin saja dia takut anda tersesat." Ana mengerjapkan mata, memikirkan alasan yang mungkin ada benarnya. Rumah Samuel sangatlah megah, sama seperti yang dikatakan oleh si pelayan.
"Jadi kau ini adalah pelayan pribadiku?"
"Iya Nona." jawab si pelayan singkat.
"Kalau begitu, perkenalkan namaku Ana Erickson kau?" Mata pelayan itu tampak membulat.
"Apa Nona ingin saya memperkenalkan diri?" Ana mengangguk.
"Tapi Nona bagaimana jika Tuan Samuel tahu?" Alis Ana mengerut.
"Katakan padaku apa karena kau berkenalan denganku dia akan marah. Aku hanya ingin mengenalmu saja karena kau pelayan pribadiku sekarang." Jawaban Ana membuat hati si pelayan senang dan mau mengulurkan tangan untuk menjabat tangan Ana yang sudah lama terulur.
"Namaku Diva Nona." Sesudahnya Ana pun bertanya banyak pada Diva yang notabenenya telah tinggal di tempat itu sangat lama. Dia bahkan menjelaskan seluk beluk rumah megan nan mewah milik Samuel.
"Harusnya Nona berbangga diri,"
"Untuk apa?"
"Karena hanya Nona yang diajak oleh Tuan Samuel ke tempat ini. Tuan Samuel paling anti banget yang namanya wanita dan tidak pernah membawa seorang wanita pun meski hanya sekadar untuk melihat-lihat tapi Nona langsung tinggal di sini. Bukankah itu luar biasa, pun demikian dia membuat anda seperti putri kerajaan." celetuk Diva cerewet.
"Tapi bukankah ini berarti aku sudah tak bebas lagi.." kata Ana sendu.
"Dari tadi aku mengucapkan salam perpisahan pada adikku yang menandakan aku tak bisa lagi bertemu dengannya. Semua ini aku lakukan demi kesembuhan Lina." lanjutnya. Diva melihat raut wajah Ana ikut juga merasa sedih.
"Bagaimana dengan kepribadian Tuan? Apa dia kasar?" tanya Ana pada Diva.
"Oh saya rasa Tuan Samuel lebih banyak bersikap dingin ketimbang bersikap kasar tapi ada baiknya jika Nona mau pergi minta ijin sama Tuan Samuel. Satu hal lagi, Tuan Samuel itu benci pembohong jadi Nona jangan sampai melakukan kesalahan ya. Apa pun yang terjadi Nona harus berbicara jujur pada Tuan." penuturan Diva didengar baik-baik oleh Ana yang langsung mengangguk pelan.
"Ana.." Diva dan Ana terkejut bukan main saat mendengar suara Samuel. Sontak mereka menoleh pada Samuel yang tengah berjalan mendekati mereka. Pria itu mengisyaratkan agar Diva pergi selekas mungkin.
"Kalian membicarakan hal apa sampai serius begitu?" Jantung Ana berpacu, pikirannya mengingat tentang yang dikatakan oleh Diva agar jangan sampai berbohong.
"Kami membicarakan banyak hal soal rumahmu dan kau." jawab Ana gugup dan diakhiri dengan lirih.
"Apa yang dia katakan tentangku?"
"Kau lebih banyak bersikap dingin ketimbang kasar juga kau jarang membawa seorang wanita ke dalam rumahmu." Samuel memandang sayu pada Ana cukup lama sampai akhirnya dia membelai salah satu pipi Ana.
"Apa kau sudah makan?" Ana mengangguk.
"Para pelayanku, apa mereka melayanimu dengan baik?" Lagi-lagi Ana meresponnya dengan mengangguk.
"Baguslah aku.." Suara dering telepon Ana menghentikan ucapan Samuel dan memandang tajam ke arah smartphone milik Ana yang menyala.
"Siapa yang meneleponmu?"
"Temanku."
"Laki-laki atau perempuan?"
"Perempuan,"
"Lalu kenapa namanya Ariski?"
"Karena memang namanya Ariski." Ana pun menerima telepon tersebut untuk berbincang sedikit namun melihat raut wajah Samuel tak bersahabat Ana langsung menghentikan perbincangan dengan mengucapkan sampai jumpa lalu menutup telepon.
"Apa yang dia katakan?"
"Ini tentang ijazahku. Kami akan mengambil ijazah bersama-sama apa boleh?" Samuel berpikir sejenak.
"Apa kau serius Ariski itu wanita?"
"Iya kalau perlu aku akan memberikan fotonya untukmu."
"Tidak perlu, aku percaya padamu asal hanya pergi mengambil ijazah." Ana bernapas lega dia pikir akan terkurung di rumah yang bagaikan sarang emas.
"Terima kasih."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Kenzi Kenzi
koq sarang sihhh...sangkar kaliiiiiii...sangkar emassss
2021-01-30
1
Bakhita Bakhita
deg deg kan
2020-07-19
2
Milawati Nassa
keren thor lanjut
2020-06-13
1