Amira menatap kosong langit-langit di kamarnya. Sudah lima hari dirinya terbaring diatas ranjang kamarnya yg begitu sederhana. Pikirannya melayang jauh kesana, ketempat dimana dirinya bisa berangan-angan tertawa bahagya bersama ayahnya.
"Ayah..... ".
Bibir pucatnya memanggil ayahnya lirih. Sebutir airmata menetes dari sudut matanya.
Hidung mancung, bibir bergelombang, mata yg indah dihiasi dengan lesung pipi di kedua sisi pipinya nyatanya tak mampu menarik rasa sayang dari seorang pria yg dia panggil ayah.
"Ayah..... ".
Bibir pucatnya lagi-lagi memanggil ayahnya. Tapi sekarang, dadanya terasa begitu sakit. Begitu sesak.
" Ayah,, Amira sakit "......
Bibir pucatnya mengeluh lirih. Seakan-akan ayah yg dia maksud mendengar suaranya. Akan melihat dirinya yg sedang tidak berdaya.
Mata Amira kembali kosong.
Di fikirannya, saat ini ayahnya sedang memeluk dan merawatnya penuh kasih sayang. Menumpahkan segala bentuk perhatian yg selama ini dia harapkan. Meskipun pada kenyataannya, semua itu hanyalah sebuah khayalan. Sebuah angan-angan yg begitu menyedihkan untuk Amira.
"Sayang "...
Amira tersentak saat mendengar sebuah suara. Dia yg tadinya sedang berada di dunia khayalannya, tiba-tiba saja di kejutkan oleh sebuah sentuhan lembut di pipinya.
Mungkinkah ayah datang, begitulah pikirannya sekarang.
Matanya segera melihat kearah seseorang yg sedang membelai lembut wajahnya. Hatinya kecewa karena ternyata bukan orang yg dia harapkan yg sedang duduk di sampingnya.
"Bagaimana kabarmu sayang "??.
Mata Amira berkaca-kaca.
Ingin rasanya dia menjerit mengatakan kalau dirinya sedang tidak baik-baik saja. Ada bagian dalam tubuhnya yg terkoyak oleh sebuah rasa.
" Amira baik Bu " jawabnya pelan.
"Oya Amira, Ibu ada sedikit oleh-oleh untukmu dan Miko.
Ibu sengaja datang kemari karena kamu tidak datang kerumah.
Ternyata kamu malah sedang sakit" ucap Bu Tati sambil menunjukkan dua bingkisan di tangannya.
Amira sedikit tersenyum melihat kepedulian dari majikannya. Sedikit menghibur hatinya yg sedang merana saat ini.
Tangannya begitu lemas saat akan mengambil bingkisan dari tangan majikannya itu.
"Sudah, kamu berbaring saja.
Bingkisannya Ibu letakkan di meja saja ya?? ".
" Terima kasih banyak Bu.
Ibu baik sekali pada Amira dan Miko ".
" Tidak perlu berterima kasih. Kamu dan Miko sudah Ibu anggap anak Ibu sendiri. Jadi kamu jangan sungkan ya ke Ibu ".
" Iya Bu ".
" Amira, Ibu tau sekarang kamu sedang merindukan ayahmu.
Tapi itu tidak baik kalau kamu menyiksa dirimu seperti ini.
Lihatlah Bu Fatimah, beliau begitu khawatir padamu. Adik-adikmu juga pasti sangat cemas melihat keadaanmu. Jangan menyiksa diri nak ".
Amira terdiam mendengar perkataan Bu Tati. Benar yg dikatakannya, dia memang sedikit sengaja menyakiti tubuhnya. Berharap dengan keadaannya yg seperti ini ayahnya akan datang menemuinya.
" Amira, Ibu tau bagaimana perasaanmu. Jika ayahmu tidak mau menemuimu, bagaimana kalau kamu saja yg datang menemuinya ".
" Maksud ibu "?? tanya Amira tidak mengerti.
"Kalau kamu mau, Ibu akan mengantarkan kamu untuk menemui ayahmu. Bagaimana, kamu mau tidak "?? ucap Bu Tati lagi.
Amira dengan perlahan-lahan mencoba untuk duduk. Bu Tati yg melihatnya tak mempunyai tenaga untuk sekedar menggerakkan tubuhnya, dengan tulus membantunya.
" Maksud Ibu, Ibu mau mengantarkan Amira menemui ayah "?? tanya Amira lagi.
" Iya Amira " jawab Bu Tati.
"Tapi.... ".
" Tapi apa Amira "??.
Amira diam. Setahun yg lalu dia pernah mencoba menemui ayahnya. Tapi yg dia dapatkan tidak seperti yg dia bayangkan. Dia memang bertemu dengan ayahnya, akan tetapi ayahnya sama sekali tak peduli padanya. Ayahnya malah sibuk memamerkan kebahagyaan bersama anak dan istrinya. Hal itu jugalah yg membuatnya menahan diri untuk tidak lagi datang menemui ayahnya. Hatinya sangat iri dan sakit hati melihat ayahnya yg begitu menyayangi anaknya yg lain.
"Kamu jangan khawatir, Ibu yg akan bicara pada ayahmu. Ayahmu pasti mau menemui kamu nak " ucap Bu Tati seolah mengerti apa yg Amira pikirkan.
"Tapi Bu, bagaimana nanti jika ayah malah semakin membenci Amira "?? tanya Amira khawatir.
" Sudah, itu akan menjadi urusan ibu.
Yg penting sekarang kamu bersedia atau tidak bertemu ayahmu "??.
" Amira mau Bu, sangat mau. Amira rindu pada ayah " jawab Amira cepat.
Dia lalu menggenggam tangan Bu Tati. Hatinya begitu berharap bisa bertemu dengan ayahnya sesegera mungkin.
"Baiklah, kalau begitu sekarang kamu harus makan.
Tubuhmu harus pulih dulu, Ibu tidak mau kamu sakit seperti ini sayang " bujuk Bu Tati lembut.
"Iya Bu, Amira akan makan yg banyak. Amira akan sembuh ".
" Setelah kamu sehat, kita akan langsung datang kerumah ayahmu. Apa sekarang kamu bahagya nak "?? tanya Bu Tati.
" Iya, Amira sangat bahagya. Terima kasih banyak Bu ".
Amira memeluk Bu Tati dengan perasaan yg begitu bahagya.
Sebuah senyuman yg begitu manis tersungging di bibir pucatnya. Tidak lama lagi, tidak lama lagi dia akan segera bertemu dengan ayahnya.
Hallo para reader's tercinta....
Jangan lupa untuk vote, like dan comment ya di novelku ini.
Jangan lupa juga untuk follow akun medsos author bagi yg berkenan.
Ig: nini_rifani
Fb: Nini Lup'ss
Wa: 0857-5844-6308
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
Asih Ningsih
apa semua itu tekanan dari istri n anaknya telah menghasutnya supya ayahnya gak lg nemui amira lg.
2023-08-30
0
Yuli Eka Puji R
24thn itu bukan usia muda tp usia yg udh matang, dengan jauhnya sm orang tua itu yg akan menjadikan kedewasaan seseorang apalg ini tinggal di panti pasti harusnya udh dewasa bngt bukan malah kaya bocah 9thn
2023-01-17
0
lie
24 Tahun ko pikirannya masih kaya anak SD .lupain ortu yg gak peduli kamu Amira..ngapain nyakitin diri sendiri
2021-08-18
2