Bandara Narita. Hari ini cuaca lumayan bagus. Penerbangan sesuai jadwal. Aku dan Paman Gao tiba di Chiba sesuai rencana. Kami lalu menuju daerah dekat pantai, ke salah satu lokasi yang diusulkan Rain untuk membuat sebuah taman. Lokasi ini memang bagus. Tempatnya juga tidak begitu jauh dari pantai. Membangun sebuah taman bunga untuk tempat wisata pasti akan sangat menguntungkan.
"Bagaimana menurut Anda, Nona?"
"Lokasi ini cukup strategis, Paman. Pilihan yang bagus. Tapi saya belum tahu bagaimana lokasi di Yokohama, jadi saya rasa sesuatu masih bisa berubah."
"Tentu saja, Nona. Kita akan berangkat ke sana usai makan siang."
"Apa Rain sudah di sana? Dia belum menghubungiku lagi."
"Tuan masih berada di Tokyo. Kita akan menjemputnya dulu dan bersama-sama menuju Yokohama."
"Baiklah, Paman."
Paman Gao, dia pasti orang kepercayaan Rain. Perkiraanku dia pasti sudah bekerja sangat lama di Phoenix Group. Entah bagaimana perusahaan ini bisa berkembang begitu pesat dan merajai hampir di semua sektor bisnis. Saat ini, pariwisata sepertinya menjadi pilihan pengembangan mereka di tahun depan.
Ponselku bergetar. Sebuah pesan masuk. Cing mengirimkan beberapa foto. Tampaknya hari ini dia memilih untuk berkuliner dan berbelanja oleh-oleh. Aku membalasnya dengan sebuah foto lokasi yang kukunjungi lengkap dengan deskripsi singkat, menikmati perjalanan geratis untuk sebuah pekerjaan dan liburan. Tidak lupa kububuhkan emoji senyum dan tanda hati pada akhir tulisan.
* * *
Tidak sampai satu jam perjalanan kami sudah sampai di Tokyo. Jantung kota yang selalu sibuk. Ternyata yang dimaksud Paman Gao menjemput Rain adalah pergi ke perusahaan Phoenix Group. Sebuah gedung pencakar langit yang megah. Meski sudah sering mendengar nama perusahaan ini, tapi baru kali ini aku menginjakkan kaki ke sini.
"Nona, silahkan Anda tunggu sebentar di sini. Tuan Muda masih ada pertemuan. Sebentar lagi selesai." Paman Gao menyuruhku menunggu di sebuah ruangan yang cukup luas dan nyaman.
"Silahkan dinikmati, Nona." Kata Paman Gao padaku setelah seseorang mengantarkan minuman dan makanan ringan. "Jika Nona lelah, Nona bisa beristirat dulu, di balik pintu itu ada tempat tidur dan kamar mandi juga." Paman Gao menunjuk sebuah ruangan.
"Terima kasih, Paman."
"Jika Anda butuh sesuatu bisa menghubungi saya atau silahkan pencet tombol hijau yang ada atas meja itu, akan ada yang datang melayani Anda. Saya permisi."
"Silahkan, Paman."
Aku melihat-lihat ruangan yang tadi ditunjuk Paman Gao. Sebuah kamar mewah yang luas dengan fasilitas lengkap. Ini mirip seperti hotel, bukan kantor. Bahkan luas ruangan ini melebihi kamarku di rumah. Ranjang ini juga tidak kalah nyaman dengan tempat tidurku. Membuatku merasa ngantuk. Tidur sebentar pasti juga tidak masalah. Lagi pula Rain masih ada pertemuan.
* * *
"Paman Gao, dimana dia?"
"Mungkin sedang beristirat, Tuan Muda. Mohon maaf, tanpa persetujuan Anda saya memberitahu bahwa ada tempat tidur di..."
"Tidak masalah, asal jangan pernah lakukan itu pada orang lain." Rain memotong kata-kata Paman Gao.
"Baik, Tuan Muda. Saya mengerti."
Tok... Tok... Tok...
"Kak Zi, apa kau di dalam?"
Aku terbangun mendengar suara ketokan pintu. Ternyata aku benar-benar tertidur.
"Iya, sebentar." Aku beranjak dari tempat tidur dan membuka pintu. "Maaf, aku tertidur."
"Jadi apa kita lanjutkan rencana kita atau jika kau masih lelah mungkin kita ke Yokohama besok pagi saja." Tawar Rain padaku.
"Oh, itu tidak perlu. AKu tidak suka menunda perkerjaan. Kita bisa berangkat sekarang. Tunggu sebentar, aku ke kamar mandi dulu."
"Baiklah."
Aku menuju kamar mandi untuk membasuh muka sedikit membetulkan make up.
"Tuan Muda, apa Tuan yakin Nona Zianeta bisa dipercaya?"
"Tenang saja, Paman. Dia tidak berhubungan dengan perusahaan manapun. Selama ini dia lebih berkonsentrasi untuk berbagai studi yang dia ambil. Jika bisa bekerjasama dengannya atau bahkan menariknya ke perusahaan ini akan sangat baik ke depannya. Dengan kemampuan yang dia miliki, jika dia bergabung dengan yang lain bisa saja malah akan menyusahkan kita."
"Tapi dia juga punya kedekatan dengan Tuan Lucas. Bukankah dia instruktur bela diri di tempat Tuan Lucas belajar dulu? Ayah Tuan Lucas juga punya hubungan baik dengannya."
"Paman Gao, kau jangan lupa, Ayah Lucas adalah pamanku sendiri. Selain itu perusahaanya terikat kontrak
panjang dengan Phoenix Group. Dia juga tidak mungkin berkhianat padaku karena dia akan selalu butuh kerja sama yang baik dengan Phoenix Group untuk menutupi bisnis "gelap" yang dia lakukan. Lagi pula, Zianeta sudah pernah menolak tawaran mereka, dan mereka tidak memaksanya."
"Maaf, Tuan Muda. Saya takut jika suatu saat itu akan membahayakan Anda."
"Kau terlalu banyak berpikir Paman Gao. Kakek sudah mengambil sumpah dari anak-anaknya untuk saling melindungi dan mendukung. Paman pasti lebih paham maksud kakekku, bukan?"
"Maafkan kebodohan pemikiran saya, Tuan Muda."
"Hai, maaf lama menungguku. Apa kita akan berangkat sekarang?" Aku lihat Rain dan Paman Gao sedang berbincang, entah apa yang mereka bicarakan.
"Tentu saja. Kita hanya menunggumu dari tadi."
"Iya, iya, maaf..." Aku merasa bersalah.
* * *
Tokyo menuju Yokohama. Paman Gao sendiri yang mengemudikan mobil menuju lokasi yang dimaksud Rain. Setelah lebih dari satu jam menyusuri jalanan, kami tiba di lokasi. Hari menjelang senja. Teluk Tokyo terlihat teduh dari sini.
"Bagaimana menurutmu? Lebih baik di sini atau di Chiba?" Rain bertanya padaku.
"Tempat ini sebenarnya hampir sama dengan di Chiba. Dekat dengan area pantai atau teluk. Ini menjadi daya tarik dan nilai jual yang lebih. Tapi aku rasa suasan senja di sini akan lebih indah. Secara pribadi aku lebih memilih tempat ini." Aku menyerahkan sebuah konsep pada Rain.
Rain melihat konsepku. "Aku kira kau belum membuatnya, tapi sepertinya konsep ini sudah kau rencanakan dengan cermat. Taman bunga, danau buatan yang lengkap dengan area bermain, dan juga cafetaria, serta suasana senja yang eksotis. Ini sempurna."
"Tapi aku juga menginginkan sesuatu sebagai ganti dari desain ini."
"Katakan saja, berapa harga yang kau inginkan."
"Telaga buatan yang terletak tidak jauh dari rumahku itu ayahmu yang dulu membangunnya bukan, hingga bisa seindah itu?."
"Itu benar. Apa kau mau aku membuatkan khusus untukmu telaga seperti itu?"
"Tidak, bukan itu. Telaga dan apapun mampu kalian buat. Jadi aku menginginkan ini." Aku menyerahkan sebuah konsep lagi pada Rain. "Aku ingin kau bangunkan taman dan penangkaran kupu-kupu seperti itu di belakang rumahku. Aku sangat menyukai bunga, jadi aku ingin bunga-bunga ditaman belakang rumahku bisa mekar sepanjang tahun, terutama bunga mawar. Jadi aku butuh peralatan dan teknologi buatan seperti yang tetera dalam konsep itu."
"Oke, kita sepakat."
"Tentu saja kau juga tidak boleh ingkar untuk menjadi donatur tetap dalam kegiatan amal yang kuadakan."
Rain memandangku, "Paman Gao, buat anggaran tersediri untuk kegiatan amal Kak Zi dan kirim ke reneningnya tiap bulan."
"Baik, Tuan Muda."
"Apa kau sudah puas?"
"Tentu saja, senang bekerja sama dan memiliki teman sepertimu, hahaha..."
"Jadi apa perlu kita membuat perayaan?"
"Tidak. Aku lelah dan ingin segera pulang."
"Kami akan mengantarmu."
"Jika kalian tidak keberatan dan tidak merepotkan."
Rain melirik Paman Gao.
"Tentu tidak, Nona. Mari silahkan." Ucap Paman Gao.
Kami menuju mobil. Bersiap pulang.
"Cari restoran, kita makan dulu."
"Haish... Aku mau pulang, bukan makan."
"Paman, jalan."
"Baik, Tuan Muda."
Rain tidak menghiraukanku. Mobil melaju. Dia menang. Mereka mengantarku pulang setelah kami makan malam di sebuah restoran.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Berdo'a saja
semoga rain baik
2020-11-07
0
ciber ara
wih bahasa nya rapi banget thor
bahkan tulisannya gak ada salah sama sekali 😂 aku curiga ini bukan pertama kali nya thor nulis
gak bisa komen apa2
oh ya aku nabung dulu bacanya nanti kalau up aku bakal datang lagi
pay pay pay
2020-10-22
0
Nana chan
yuhuuu
2020-08-26
0