"Cing, anggap saja ini rumahmu sendiri. Tidak perlu sungkan. Aku sudah memberitahu Bibi Rin untuk melayanimu selama kau berada di sini."
"Iya, Kak. Terima kasih. Maaf aku telah merepotkanmu."
"Tidak masalah. Kapan pun kau berkunjung ke Hokkaido, kau bisa tinggal di sini," aku tersenyum pada Cing, begitu pun sebaliknya.
"Maafkan aku, aku tidak bisa menemanimu untuk hari ini. Tapi besok aku akan ke sini lagi dan mengajakmu jalan-jalan," janjiku pada Cing.
"Benarkah? Kalau begitu besok aku akan menunggu kedatangan Kak Zi," Cing terlihat sangat bahagia.
"Tentu saja. Baiklah, aku pergi dulu. Jangan lupa nanti menghubungiku. Ini nomorku," aku memberikan kartu namaku pada Cing. Tadi kami belum sempat bertukar nomor telepon.
"Baiklah, Kak. Terima kasih."
"Sama-sama," aku tersenyum dan melambaikan tangan.
Sayang sekali sore ini aku sudah ada janji. Jika tidak aku bisa menemani Cing jalan-jalan. Itu pasti menyenangkan. Pikirku.
\*
Pukul tiga sore. Kata paman Haruto seseorang ingin menemuiku di sini. Tapi sampai sekarang orangnya belum juga datang.
Aku memandangi kebun bunga peninggalan keluargaku. Disini ditanam berbagai jenis bunga, tapi yang paling banyak ditanam adalah bunga mawar. Bunga kesukan ibu. Selain rumah yang kutinggali, sebuah kastil, dan kebun bunga ini, aku sudah tidak memiliki apapun. Setelah kakek meninggal, banyak aset keluarga yang kujual atau kuhibahkan untuk kegiatan sosial, selain menyimpan beberapa untuk tabungan.
Beberapa tahun terakhir ini, aku menggantungkan hidupku dari hasil kebun bunga. Hasil dari pembibitan bunga dan bunga potong di sini lumayan. Cukup untuk biaya hidup. Kata Paman Haruto, sore ini seseorang ingin menawarkan kerjasama denganku. Dari proposal yang ditawarkan, ini lumayan menguntungkan.
"Nona, orang yang ingin bertemu Anda sudah datang," Paman Haruto memberitahuku.
"Ajak saja ke sini, Paman, bukankah dia ingin melihat kebunnya secara langsung?"
"Baik, Nona."
Paman Haruto pergi meninggalkanku. Tak berapa lama kemudian dia kembali lagi bersama dua orang asing.
"Nona, ini Tuan Rain yang ingin bertemu Anda."
"Terima kasih, Paman. Anda boleh meninggalkan kami."
"Baik, Nona. Permisi Tuan."
"Selamat datang di kebun bunga kami, Tuan Rain. Saya Zianeta."
"Senang bertemu dengan Anda, Nona." Laki-laki itu tersenyum padaku. "Kebun ini lumayan luas, bagaimana jika Anda menjualnya sebagian pada kami, akan kami berikan harga tinggi untuk ini."
Aku terkejut. Dalam proposal itu berisi penawaran kerjasama pembibitan bunga, bukan penjualan lahan.
"Maaf, Tuan. Tapi kami tidak ingin menjual kebun ini. Lagi pula, dalam proposal Anda tertulis kerjasama pembibitan bunga, bukan penawaran lahan!" Aku sedikit marah.
Rain tersenyum, "Maaf, Nona jika saya menyingung Anda. Tapi setelah melihat langsung kebun ini, rasanya saya jadi ingin memilikinya. Lagi pula, Anda masih punya sebuah taman bunga mawar yang cukup luas lagi di belakang rumah, bukan?"
"Bagaimana Anda bisa tahu itu, Tuan? Siapa sebenarnya Anda?"
"Tidak hanya tentang taman di belakang rumah Anda, saya juga tahu bahwa Anda mahir bermain katana dan juga seorang instruktur bela diri. Anda menguasai kungfu dengan cukup baik seperti kakek Anda yang berdarah Cina. Selain itu, memiliki IQ di atas rata-rata. Anda bahkan mengambil studi di beberapa jurusan yang berbeda untuk tahun yang sama. Bukankah tahun kemarin Anda juga harus bolak-balik ke Inggris karena menyelesaikan studi Anda? Anda...."
"Cukup, Tuan. Sepertinya Anda telah memata-matai saya!"
"Hahaha... Tidak, Nona, bukan seperti itu. Saya hanya terbiasa mencari data tentang orang-orang yang ingin saya ajak berkerja sama."
"Jika kerja sama yang Anda maksudkan adalah untuk membeli lahan ini, maaf Tuan, Anda harus kecewa. Saya tidak akan menjual lahan ini."
"Tampaknya Anda sangat sensitif, Nona... Hemmm... Paman Gao, kemarikan berkasnya!" Rain memanggil laki-laki paruh baya yang ikut dengannya.
"Ini, Tuan Muda."
"Bisakah kita bicara lebih santai dan duduk di kursi bawah pohon itu? Tenang saja, aku tidak akan membeli lahanmu." Rain memberikan sebuah map padaku dan nyelonong menuju kursi panjang di bawah pohon. Kursi tempatku dan kakek biasa duduk dadulu kala saat mengawasi pekerja.
Aku membaca berkas yang dia berikan. "Jadi Anda bermaksud untuk membangun sebuah taman bunga untuk tujuan wisata?" tanyaku setelah kami duduk bersama.
"Apa bisa kita berteman dan bicara lebih santai?"
"Tapi kita sedang bicara bisnis bukan? Apa masih ada pertemanan dalam bisnis?"
"Hahaha... Kemampuanmu memang berbeda dari yang lain. Tapi kali ini mari kita berteman dalam bisnis ini dan aku akan menjadi donatur tetap untuk kegiatan sosialmu. Bagaimana?"
Apa? Dia juga tahu tentang hal itu? Siapa sebenarnya laki-laki ini? Aku bertanya dalam hati.
"Seorang yang tulus berteman tidak akan merahasiakan jati dirinya. Bagaimana mungkin Anda bisa berkata untuk berteman sementara Anda merahasiakan jati diri Anda?"
"Hai, apa pekerja Anda tidak memberitahu bahwa saya dari bagian perencanaan di perusahaan Phoenix Group? Anda pasti mengenal perusahan itu bukan?"
"Cih... Seorang pegawai perusahaan kata Anda? Sebesar apapun Phoenix Group, rasanya tidak mungkin jika pegawai bagian perencanaan memiliki seorang asisten pribadi dan bahkan pengawal khusus." Aku mengarahkan pandanganku pada beberapa orang berpakaian hitam yang berdiri cukup jauh dari tapi masih dalam jangkauan jika ingin mengamati apa yang kami lakukan.
"Hahaha... Anda memang sangat jeli Nona. Baiklah, saya percaya pada Anda dan Anda pasti bisa menyimpan sesuatu yang seharusnya menjadi rahasia."
"Seorang teman yang tulus tidak akan menjadi pengkhianat."
"Baiklah. Aku pegang ucapanmu." Rain kemudian mendekat, setengah berbisik di telingaku dia mengatakan jati dirinya padaku.
Aku terkejut. Antara percaya dan tidak dengan apa yang dia ucapkan. Para petinggi di perusahaan itu memang kabarnya dirahasiakan jati dirinya. Tapi apa mungkin laki-laki di dekatku ini memiliki posisi setinggi itu? Hanya saja jika dilihat dari pengawal-pengawal itu sepertinya dia memang tidak berbohong.
" aku tahu kamu tidak menipuku?"
"Haish... Meyakinkan orang sepertimu memang sulit. Lihat ini!" Rain mengeluarkan sebuah tanda pengenal dan brooch. Lambang Phoenix Group. Aku rasa dia memang tidak berbohong.
"Baiklah... jadi apa yang harus kulakukan untukmu?"
"Cukup gunakan kemampuanmu. Buatkan desain tamannya dan siapkan bibit-bibit bunganya. Besok Paman Gao akan mengirim kontrak resminya padamu. Nanti malam akan kukirim drafnya, kau bisa membacanya dulu dan mengajukan perubahan jika ada hal yang tidak sesuai. Bagaimana, setuju?"
"Boleh, tapi kau harus memanggilku kakak." Aku tersenyum licik.
"Nona, mohon Anda jangan keterlaluan!" Asisten Rain tidak terima dengan ucapanku.
"Saya tidak keterlaluan, dia ingin berteman denganku tadi, jadi tidak ada masalah bukan jika dia memanggilku kakak?"
"Nona, Anda...."
"Paman Gao, tenanglah... Dari data yang kudapat, usiamu memang satu bulan lebih tua dariku, jadi aku terima syaratmu, Kak Zi!" Rain mengulurkan tangan padaku.
"Baiklah, Rain. Mulai hari ini kita berteman sekaligus berbisnis." Aku menjabat tangannya.
"Oke, karena kita sudah berteman, aku akan menghubungimu nanti dengan nomor pribadiku. Jangan lupa menyimpannya! Aku pergi..." Rain sudah meninggalkan tempat duduknya. Berjalan menjauh sambil melambaikan tangan tanpa menoleh.
"Saya permisi, Nona." Ucap asisten Rain.
"Silahkan, Paman."
Kulihat kebun bungaku usai mereka pergi. Kebun yang membuatku merasa hangat. Seperti ada kehadiran kakek di sini dan bercerita tentang ibu dan ayah padaku. Aku mendengarkan cerita kakek dengan khusyuk sambil menikmati senja.
Hari ini aku mendapat dua orang teman baru meski dengan suasana yang berbeda. Entah kenapa, firasatku berkata bahwa kelak mereka akan sangat penting untukku. Mungkin suatu hari nanti aku harus mengenalkan Cing pada Rain, dan kami bertiga bisa menikmati senja yang indah bersama.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Lee Jung So
❤❤❤❤❤
2021-01-05
0
Berdo'a saja
jangan sampai cing mengkhianati
2020-11-07
0
Orang
semangat kk, aku like terus kok
2020-10-12
1