Dengan rasa terkejut steven melihat ke arah tangannya yang
kini terlihat merah. “Apa!” syok “Darah! Ah apa yang tengah aku lakukan? Aku telah
merampas kesucian seorang gadis.” menyesal “Apa yang harus aku lakukan? Kemana aku
akan mencarinya? Bahkan aku tak mengenali gadis itu!”
Setelah mengatakan itu Steven mulai melajukan mobilnya
menuju arah rumah pribadinya. Di tengah perjalanna pulang Steven tak pernah
berhenti mengutuki dirinya sendiri, karna telah melakukan kesalahan besar dalam
hidupnya yaitu menodai seorang gadis yang tak Ia kenali.
“Aku akan mencari gadis itu! Iya, harus.” Mengelengkan wajahnya
“Tapi bagaimana aku bisa tau? Aku tak melihat jelas wajah gadis itu. Ahhh, aku
bisa gila kalau aku terus memikirkan ini. Tapi ini kesalahanku sendiri, aku
harus mempertanggunjawabkannya.”
Setelah sampai di depan rumahnya, Steven keluar dari dalam
mobilnya dengan membawa baju dan cincin gadis itu, karna dengan baju da cincin
itu itu akan membantuh steven untuk mencari gadis itu. Itulah yang ada dalam
pikiran Steven saat ini.
Seteven masuk ke dalam kamarnya, kemudian berjalan ke arah
kamar mandi untuk segera membersikan diri. Steven menanggalkan seluru
pakaiannya lalu berjalan ke arah bawah guyuran air yang mengalir dari dalam
shawer.
Namun setelah tubuhnya terkena air, Steven meringgis. “Ah,,
ini sangat perih.” melihat arah dadanya yang terlihat bekas cakaran dan juga
gigitan.
Melihat bekas cakaran dan juga gigitan yang ada di dadanya,
Steven kembali berkata. “Mungkin aku teralu menyakiti gadis itu! Sehingga dia
melakukan ini padaku.”
Setelah mengataka itu Steven kembali melanjutkan ritual
mandinya. Karna pagi ini Ia akan pergi ke kantor Willi untuk meminta penjelasan
tentang minuman yang tengah Ia minum semalam.
*****
Pagi ini Arana duduk termenung di balkom dalam kamarnya,
menikmati sinar matahari menyentuh seluruh tubuhnya. Arana tak bisa
membayangkan kehidupan apa yang tengah menantinya saat ini. Memikirkannya saja
seluruh tubuh Arana terasa bergetar takut menghadapi semuanya.
Arana menarik nafasnya, lalu mengbuangnya secara perlahan,
dan mulai melihat ke arah langit dan menyaksikan burung-burung terban dengan
sangat bebasnya.
Melihat itu Arana pun berkata. “Andai saja aku punya sayap! Aku
pasti akan terban dengan sangat bebasnya bersama mereka, melepas dan membuang
segalanya beban yang tengah aku rasakan saat ini.” Menarik napas “Ibu andai
dirimu masih ada di sisiku, bersamaku.” Meneteskan air mata “Aku pasti akan
mengatakan semua yang telah terjadi denganku. Ibu aku sangat merindukanmu.”
Setelah mengatakan itu Arana mengusap air matanya, lalu melihat
ke arah pintu, karna saat ini pintu kamarnya tengah di ketuk.
Arana berangjak dari duduknya, lalu berjalan ke arah pintu,
lalu membukanya. Setelah pintu kamar Arana terbuka. Pria paru baya iyu pun
berkata.
“Arana.” Berkata pelan “Kenapa kamu tidak turun sarapan
sayang?” memperhatikan wajah putrinya yang nampak pucat “Apa kamu sakit? Kenapa
wajahmu terlihat sangat pucat?”
Mendengar ucapan Ayahnya. Arana tersenyum menutupi
kesedihannya. “Aku tidak apa Yah! Wajahku pucat, mungkin karna aku kurang
tidur.” Menjelaskan.
Setelah mengatakan itu Arana mengajak Ayahnya masuk ke dalam
kamarnya. “ Masuk Yah.” Dengan nada suara pelan.
Mendengar ucapan putrinya. Wirapan pun ikut masuk ke dalam
kamar putrinya, lalu mengikuti putrinya duduk di pinggir tempat tidur.
Melihat ayahnya duduk di sampinya. Arana menyandarkan
kepalanya di bahu Ayahnya sambil berkata. “Yah, aku merindukan Ibu!” kembali
meneteskan air mata.
Mendengar curahan putrinya Wirawan pun berkata “Ayah juga
sangat merindukan ibumu.” Mengusap belakan putrinya “Andai ibumu masih bersama
dengan kita, pasti keluarga kita akan terasa sangat lengkap.”
Mendengar ucapan Wirapan dengan segera Arana berkata. “Ayah
tidak boleh berbicara seperti itu.” Menatap wajah “Jika Mama Wilda mendengar,
pasti akan tersinggun dengan apa yang tengah Ayah katakan.” Berkata pelan dan
lembut “Kita cukup merindukan Ibu saja, tak perlu membahas yang lainnya. Karna ada
hati yang harus kita jaga.” Tersenyum hangat melihat ke arah Ayahnya.
Seminggu telah berlalu, sejak kejadian yang menimpa dirinya,
kini Arana lebih banyak terdiam daripada sebelumnya. Arana selalu mulai
berpikir akan mengatakan semuanya, karna jujur akan lebih baik itulah yang
selalu ada dalam pikiran Arana saat ini.
Biasanya Arana selalu
menyukai jika Aditya menjemputnya untuk ke kampus. Namun kali ini Arana selalu
berusaha untuk menjauh dari Aditya.
Melihat tingkah Arana yang semakin hari semakin aneh membuat
Aditya bingun dan ingin menanyakan lansung kepada Arana.
Siang ini Arana duduk sendiri di taman kampus, sambil
melihat bunga yang ada di hadapannya, dengan wajah tak seceria seperti dulu
Arana duduk menyendiri.
Aditya yang sedari tadi mencari keberadaan Arana. Aditya menarik
napas ketiak melihat orang yang tengah Ia cari kini tengah duduk menyendiri di
taman kampus, aditya pun berjalan menghapiri Arana, Tampa berkata apapun Aditya
lansung duduk di sampin Arana.
Melihat Aditya duduk di sampinnya Arana memperbaiki posisi
duduknya. Namun Arana tetap diam tak berkata apapun pada Aditya.
Melihat kebungkaman Arana, Aditya menarik napasnya, lalu
membuangnya secara perlahan, lalu berkata. “Arana, kenapa akhir-akhir ini kamu
mulai menjauhiku? Apa aku melakukan kesalahan? Sehingga kamu menjauhiku seperti
ini.” Melihat ke arah wajah Arana yang kini tengah melihat ke arah lain.
Mendengar ucapan Aditya, hati Arana sangatlah sakit, karna
bukan keinginannya yang ingin menjauh dari Aditya, jujur Arana sangat mencintai
Aditya. Namun setelah kejadian itu Arana merasa tidak pantas untuk Aditya.
Arana menatap wajah Adiya sejenak, lalu kembali melihat ke
arah depan. Arana menarik napasnya lalu membuangnya secara perlahan.
Arana pun berkata. “Maafkan aku Adit. Munkin aku salah.” Setelah
mengatakan itu Arana berdiri dari duduknya lalu ingin berjalan.
Namun belum sempat Arana melangkahkan kakinya. Aditya
menarik tangannya, lalu berkata “Arana kamu kenapa? Kenapa sikap kamu berubah
seperti ini?” dengan nada suara sedikit tinggi.
Mendengar ucapan Aditya, Arana meneteskan airmatanya, sambil
berkata. “Lepaskan tangan aku Dit!” tampah berbalik.
Melihat Arana
meneteskan air mata, itu membuat Aditya semakin bingun. Dengan erat Aditya
mengengam tangan Arana lalu berkata “Enggak! Aku tak akan melepas pegangan
tanganku, sebelum kamu menjelaskan semuanya padaku! Arana dengar.” Memegan bahu
“Aku sangat mencintaimu. Dan tolong katakan padaku apapun yang terjadi denganmu.”
Memeluk lalu mengecup lembut dahi Arana.
Mendengar semua ucapan yang keluar dari mulut Aditya, Arana tambah terisak. Arana begitu sangat
sedih mendengar semua kata yang keluar daridalam mulut Aditya. Perlahan Arana
melepas pelukannya dari tubuh Aditya,lalu kembali berkata.
“Maafkan aku aditya, bukan maksud aku ingin menjauh darimu. Namun
aku bukanlah wanita yang pantas untuk kamu cintai.” Menangis “Aku wanita tak
pantas mendapat cintamu. Hiks,hiks.”
*
Nah, apakah Arana akan mengatakan semuanya?...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Kenzi Kenzi
jujurlah padanya neng
2020-12-14
0
Vivianvellanie
😭😭😭😭
2020-09-03
0
lo gw
😭😭😭
2020-08-28
0