Arana memandang bajunya yang tengah robek tak beraturan. Melihat
itu Arana kembali menangis. “Hiks, hiks. Apa yang harus ku lakukan! aku tak
mungkin pulang dengan mengenakan pakaian robek seperti ini.” Setelah mengatakan
itu Arana melihat sekelilin dalam mobil, lalu menemukan sebuah kemeja yang
tengah tergantung di dalam mobil.
Mungkin itu pakaiana pemuda yang telah menodainya, itulah
yang ada dalam pikiran Arana saat ini. Tampa berpikir panjang Arana lansung
menarik kemeja tersebut, lalu memakainya. Meskipun merasa sangat sakit di
bagian tubuh bawahnya, Arana berusaha untuk segera keluar dari dalam mobil pemuda
tersebut.
Namun sebelum Arana meninggalkan pemuda di dalam mobil. Tak lupa
Arana mencatap plat mobil tersebut.
Arana berlari sangat kencang, menjauh dari mobil pemuda yang
tengah merampas semua yang ia miliki. Dengan deraian air mata Arana berlari
sambil memeluk tubuhnya sendiri.
“Hiks, hiks, kenapa ini harus terjadi denganku? Apa sakahku
Tuhan? Sehingga kamu memberiku cobaan sebesar ini?” Arana tak berhenti
menegeluarkan air mata, sambil memeluk tubuhnya sendiri.
Hingga sampai di perapatan jalan. Arana baru menemukan Taxi,
dengan segera Arana melambaikan tangan.
Setelah mobil Taxi berda di depannya dengan segera Arana
masuk, lalu memberitahuakan alamat rumahnya kepada supit Taxi. Setelah dua
puluh menit Arana telah sampaI di depan pintu gerban rumahnya. Arana turun lalu
melihat ke arah rumahnya. Arana kembali meneteskan air mata ketika mengingat
Ayahnya yang begitu sangat menyayanginya.
Dengan langkah pelan, Arana berjalan masuk, ke halaman
rumahnya, dan setelah sampai di depan pintu utama. Arana mengeluarkan kunci,
dari dalam tas yang selalu ia bawa, kemudian membuka pintu lalu masuk.
Arana masuk ke dalam rumah, sambil melihat sekeliling dalam
rumahnya. Arana begitu sangat takut, kalau sampai salah satu dari anggota
keluarganya melihatnya pulang dengan mengenakan pakaian orang lain, apalagi
kalau Michel dan Wilda yang melihatnya. Arana akan mendapat perlakuan buruk
lagi, itulah yang terlintas di dalam pikiran Arana saat ini.
Pelan-pelan Arana melangkahkan kakinya menuju arah kamarnya,
setelah merasa cukup aman dengan segera Arana berlari masuk ke dalam kamarnya.
Setelah sampai di dalam kamar, Arana mengunci pintu, lalu
membuka kemeja yang tengah Ia kenakan lalu melemparnya ke sembarang tempat. Kemudian
berlari masuk ke dalam kamar mandi.
Arana kembali
meneteskan airmatanya, ketika melihat pantulan tubuhnya di cermin yang berada
di dalam kamar mandinya. Arana melihat tubuhnya yang penuh dengan bekas
kemerahan yang di tinggalkan pemuda yang telah merenggut semuanya darinya.
“Hiks, hiks, apa salahku? Hiks, hiks, Apa dosaku?” Arana
mengatakan itu sambil menggosok-gosok bekas kepemilikan pemuda itu yan ada di
dadanya. Karna merasa sangat sakit hati, Arana tak menyadari dadanya yang
tengah Ia gosok kini tengah mengeluarkan darah.
Melihat darah segar mengalir di dadanya. Arana tertawa,
menertawai dirinya sendiri sambil berkata. “Bahkan aku terluka, sampai mengeluarkan darah tapi aku tak merasakan
rasa sakit!, namun lukaku yang tak berdarah begitu sangat menyakitkan.” Setelah
mengatakan itu Arana berjalan ke arah bak mandi yang telah ia isi penuh dengan
air, lalu masuk menengelamkan seluruh tubuh dan juga kepalanya.
Menjelang pagi Arana masih berada di dalam bak mandi, rasa
sakit yang di alaminya tidaklah sebanding dengan rasa dingin yang mulai menusuk
seluruh tubuhnya.
Arana keluar dari dalam bak mandi, lalu berjalan ke arah di
mana letak handuknya tergantung, Arana mengambil handuk alalu melilitkannya di
tubuhnya. Stelah itu ia kleuar dari dalam kamar mandi. Dengan mata bengkak dan
wajah sembab dan terlihat pucat. Arana berjalan ke arah meja hianya, lalu
melihat penampilan wajahnya di cermin.
Arana kembali menangis ketika melihat bekas merah yang ada
di dadanya masih belum hilang dan juga bekas luka yang telah ia buat sendiri. Arana
mencoba tersenyum sendiri, mengobati luka yang tersirat dalam hatinya.
Arana mencoba untuk menutupi bekas merah dan juga matanya
yang telihat bengkak karna semalaman menangis, sambil mengolesi poundesien pada
bagian tubuhnya yang memerah dan memakai ailineir tebal pada bagian matanya.
Setelah urusannya selesai di depan cermin. Arana berjalan ke
arah lemari, untuk mengambil pakaian santai yang akan ia kenakan hari ini,
karna hari ini Arana tak ingin kemana-mana bahkan ke kampus pun Arana tak mau. Mengingat
kejadian yang menimpanya semalam, seperti badai yang tengah menghancurkan semua
harapan dan keyakinannya. Kesucian yang telah Ia jaga selama 23 tahun di
renggut oleh seseorang yang tidak Ia kanal. Bahkan lebih parahnya lagi Arana
tidak melihat wajah pemuda tersebut. Hanya satu yang Arana berikan pada pemuda
itu, cuman bekas gigitan dan juga bekas cakaran kukunya yang akan sembuh dalam
beberapa hari dan bekasnya akan menghilang dalam beberapa bulan.
Sementara bekas yang yang di torehkan pemuda itu, selamanya
akan membekas dan tak akan pernah hilang, meskipun sejarah terulang kembali
bekas itu tak akan pernah hilang untuk selamanya.
Masa depan cerah,
cinta kasih yang tengah Arana harapkan seolah hilang begitu saja dari dalam
dirinya. Arana tak tau seperti apa kehidupan yang akan menantinya kedepan.
Setelah mengenakan pakaian Arana menutup pintu kamarnya,
lalu berjalan ke arah tempat tidur. Namun belum sempat Arana sampai di atas tempat tidur, Arana melihat kemeja
pemuda yang tengah ia kenakan semalam. Dengan rasa marah dan juga kesal.
Arana berjalan ke arah tempat kemeja tersebut, lalu
mengambilnya dan membuangnya di dalam tempat sampah. Dengan perasaan sangat
kesal Arana berkata. “Aku tak ingin melihat barang-barang pemuda yang telah
menghancurkan masa depanku! Aku sangta benci! Sangat benci!” melempar pakaian
itu masuk ke dalam tempat sampah.
*****
Setelah tersadar Stevan mendapati tubuhnya dalam keadaan
polos. Steven terbangun sambil memegan kepalanya yang terasa sangat pusing. “Ea,
apa yang telah terjadi denganku?” melihat keluar “Aku berada dimana?” mulai
mengingat “Astaga! Apa yang telah aku lakukan? Dan siapa gadis yang telah aku
nodai?” melihat sekeliling dalam mobilnya, dan mendapat baju Arana yang telah
robek tak beraturan.
Steven mulai mengenakan semua pakaiannya, lalu mengambil
pakaian berwarna putih itu di kursi job belakan mobilnya. Namun tampa sengaja
tangan Steven menyentuh sebuah cincin yang tergeletak di lantai dalam mobilnya.
Steven mengambil cincin tersebut lalu memperhatikannya dengan seksama. Di atas
cincin tersebut ada sebuah hurup yang tertulis. “A, awal nama gadis ini A. Ah ,
kenapa aku menjadi pemuda berensek seperti ini?” menjambak rambutnya sendiri “Bagaimana
dengan kondisi wanita yang telah aku nodai itu? Apa dia baik-baik saja?”
memegan tempat duduk di dalammobilnya, dan lagi tampa sengaja tangan Steven
menyentuh sebuah cairan basah, Steven pun melihat tangannya yang terlihat
merah. Dengan rasa terkejut Stevan melihat tangannya...
*
*
*
Apa yang akan Steven lakukan setelah ini?...
Mencari atau membiarkan?...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Yesi Yupita
refleks nyanyi apa salah ibuku dirundung pilu
2022-11-29
0
Kenzi Kenzi
siap2 berburu jack
2020-12-14
0
Tri Widayanti
berharap mereka bertemu dan happy ending
2020-10-24
1