Day 3

"Belle!" pagi itu Trevanor masih sangat sepi, namun tiba-tiba saja saat hendak memasuki kelasnya, suara seorang cowok yang sangat dikenalnya menginterupsi langkah Belle.

"Ya?" Belle tentu saja mengenal sosok yang kini muncul dihadapannya itu.

"Gue ada chat lo, dibaca" lalu tanpa mengucapkan hal lainnya, Wilson langsung pergi begitu saja. Seolah tidak ingin berlama-lama dengan gadis itu.

Belle merogoh ponsel yang ia simpan di saku rok nya. Lalu membaca pesan yang masuk dengan nama Wilson tersebut.

Wilson Kyle: Taman belakang istirahat ke 2

Belle menghela nafasnya. Lagi-lagi harus bertemu dengan Wilson. Bahkan ketika dirinya sendiri terkadang tidak sanggup untuk bertatap wajah dengannya. Matanya dalam diam menatap sendu Wilson yang telah berjalan menjauh.

Cowok itu telah menyakiti dirinya berkali-kali. Tapi entah mengapa dia dengan bodohnya masih mencintai Wilson dengan tulus. Rela melakukan hal yang bahkan melukai perasaanya sendiri.

"Gapapa Belle, it's okay" Belle menguatkan dirinya sendiri lalu melangkah masuk kedalam kelasnya yang masih kosong dengan senyuman. Senyuman yang menyimpan seribu satu luka yang dirinya sendiri tidak dapat ungkapkan.

•••••

Bel istirahat kedua telah berbunyi. Belle yang tadinya sibuk menulis catatan dari papan tulis langsung merapikan barangnya. Valerie yang melihat cewek itu sedikit bergegas, merasa penasaran dan langsung menghentikannya.

"Eh, mau kemana lo?"

"Hah?"

"Mau kemana?"

"Itu-dipanggil Pak Gemma tadi. Harus cepat katanya" Belle langsung berjalan keluar dari kelasnya menuju taman belakang sekolah. Menghindari rentetan pertanyaan lainnya yang akan keluar dari mulut Valerie.

Saat sampai taman belakang, matanya menelusuri tiap sudut taman tersebut. Mencari keberadaan Wilson diantara rimbunan pohon. Tetapi tidak kunjung dia temukan. Lelah, Belle memilih duduk dan menunggu Wilson disalah satu bangku taman.

Kakinya ia goyangkan, menghilangkan rasa bosan menunggu cowok itu. Taman belakang sekolah memang jarang dikunjungi oleh murid sekolah mereka. Kebanyakan dari mereka memilih nongkrong di taman yang terletak di tengah-tengah sekolah mereka. Karena itu saat ini tidak ada satupun orang yang berada ditaman itu.

"Woi" suara bariton itu mengejutkannya. Wilson datang dengan surat yang ke-3 ditangannya.

"Lo gak kasih tau dia kan kalo gue sendiri yang ngasih surat ini ke lo?" tanya Wilson tiba-tiba sembari menyerahkan surat tersebut kepada Belle. Belle mengeleng lalu mengambil surat itu dari tangan Wilson.

"Gue balik kelas ya" Belle yang saat itu langsung ingin pergi, tertahan oleh kalimat yang keluar dari mulut Wilson. "Mungkin sebentar lagi gue bakal butuh bantuan lo untuk ngajak Valerie ngedate, dan gue mau lo selalu siap kapanpun itu"

Belle tertegun. Matanya menatap mata Wilson untuk sesaat sebelum Wilson kembali bicara. "Gak usah ngeliatin gue kayak gitu, gue mau ngajak temen lo ngedate bukan lo, jadi gak usah sok syok gitu"

Saat Wilson hendak pergi, cowok itu menghentikan langkahnya sejenak seakan teringat sesuatu lalu menatap kembali kearah Belle yang masih mematung ditempatnya. "Oh ya, perlu gue ingetin untuk yang sekian kalinya, tapi, jangan pernah lo berharap untuk jadi Valerie, apalagi berharap untuk mendapat cinta dari gue. When your face look like an ***" Wilson menyeringai jahat sebelum benar-benar pergi dari taman tersebut.

Lagi dan lagi. Wilson selalu meninggalkannya pergi sendirian dengan kata-kata menyakitkan yang selalu menjadi akhir dari pertemuan keduanya. Belle menahan nafasnya untuk sesaat, berusaha untuk menyembunyikan air mata yang bagaimanapun secara perlahan keluar dari pelupuk matanya.

Sakit. Sangat sakit.

•••••

Sebelum kembali ke kelas, Belle menyempatkan dirinya untuk datang kekantin membeli sebotol air mineral.

"Bu, ini uangnya"

"Makasih neng"

"Sama-sama bu" Belle menoleh kearah belakangnya saat mendengar suara orang lain yang membalas perkataan ibu kantin, dan menemukan Felix yang tengah menatapnya dengan senyuman kecil.

Felix menatap cewek itu sejenak lalu pandangannya teralih ketika melihat sebuah surat yang tengah dipegang cewek itu.

"Lagi?"

"Hah?"

"Surat itu" Belle hanya tersenyum canggung karena masih bingung dengan keadaan saat ini.

"Kalo nyakitin kenapa masih mau dilakuin?"

"Nyakitin apanya" dusta Belle masih dengan senyum canggung yang sama.

"Gue tau kok tentang lo sama Wilson, cerita aja jadi, jangan takut"

Belle tersenyum sembari menatap surat yang berada ditanganya itu. Awalnya ia tidak tau harus mengatakan kalimat apa agar Felix tidak salah tangkap. Karena bagaimanapun mereka tidak saling mengenal dan cowok itu adalah teman dekat Wilson. "Kalo gak bisa buat dia bahagia dengan cara yang gue inginkan, minimal gue bisa buat dia bahagia dengan cara yang dia inginkan"

Felix terdiam sesaat. Keduanya sempat bertatap mata selama beberap detik sebelum tiba-tiba Felix menoyor pelan jidat Belle. "Bodoh lo" Belle sedikit terkejut untuk beberapa saat, tidak menyangka dengan perilaku yang baru saja dilakukan Felix terhadapnya.

"Gu-Gue balik kelas ya"

"Eitss, tunggu, bareng aja, searah juga kan"

Gadis itu tidak menolak maupun mengiyakan pernyataan cowok itu. Namun akhirnya keduanya tetap berjalan bersama menuju kelas mereka. Yang tentu saja setiap langkah yang diambil oleh Belle seakan penuh dengan rasa penasaran dan tanya dari murid lain yang melihat kedekatan keduanya.

"Jalan bareng lo jadi kayak tersangka pembunuhan berantai" ujar Belle masih dengan canggung.

Felix tersenyum santai. "Well, the power of cowok ganteng"

"Hah?" Belle sedikit terkejut mendengar kalimat tersebut keluar dari mulut Felix. Bagaimana bisa cowok yang dikenal sebagai seorang hulk disekolahnya ini ternyata bisa begitu pede.

"Gak, udah depan kelas lo, masuk sana"

"Ya..."

Saat Felix hendak melangkah pergi menuju kelasnya, Belle menghentikan langkah cowok itu.

"Felix"

"Ya?" tanya Felix setelah membalikan badannya.

"Makasih untuk kemarin"

"Ngapain makasih?"

"Gue tau lo kemarin bohong, jelas-jelas pas gue dateng kalian baru mulai lari, trus tiba-tiba aja udah jadi 10 keliling, tapi tetep lo udah nolongin gue dari olokan temen-temen lo, jadi sebagai gantinya gue gak akan laporin kalian ke Pak Gemma"

"Gak takut ketawan Pak Gemma lo bohong?" ujar Felix dengan cengirannya yang seakan ingin menakuti Belle.

"Itu-gapapa lah gue rasa, namanya juga manusia, bohong sekali-kali kan gapapa" jawab Belle yang mulai menghilangkan rasa canggungnya.

Felix tersenyum lalu kembali bertanya. "Tapi kenapa lo gak takut sama gue kayak lo takut sama temen-temen gue yang lain?"

"Karena kayaknya lo gak sama kayak temen-temen lo yang lain"

"Kayaknya? Jangan salah, harimau gak mungkin temenan sama domba"

Belle menatap geli Felix. "Siapa bilang lo domba?"

"Jadi gue apa?"

"Cheetah"

"Napa tuh?"

"Muka sama badan aja serem, suara juga sama kayak kucing kampung yang suka keliling bulak-balik didepan rumah gue"

"An*ir lo"

Kedua insan itu tertawa bersama, mereka yang awalnya saling acuh terhadap satu sama lain entah mengapa merasa telah sangat dekat sejak lama hanya karna percakapan singkat yang bermula di kantin itu.

•••••

"Bel, lo deket sama Felix?" Valerie yang memang telah memperhatikan keduanya sedari tadi langsung menghujani kedatangan Belle dengan pertanyaan.

"Gak lah, tadi cuma gak sengaja ketemu dikantin aja"

"Terus-terus?"

"Nabrak"

"Serius gue ah"

"Ya, gak ada terus-terus, cuma ngobrol sebentar dan karna kelas kita kan searah jadi yaudah jalan bareng"

"Lucu dong kalo misalnya lo ketemu sama orang yang gak lo kenal trus langsung ngobrol kek orang yang udah kenal 5 tahun"

"Semerdeka lo aja Val, btw ini surat hari ini"

Valerie menatap surat yang diserahkan oleh Belle. "Jangan ngalihin pertanyaan gue"

"Kenapa?"

"Dia itu salah satu prince charmingnya Trevanor Belle..., dan tiba-tiba kalian keliatan deket kayak gitu, gue yang sahabat lo aja heran banget sampe kayak gini, gimana orang lain"

"Gue jujur udah tadi, gak bohong"

"Seriusan?"

"Iya, beneran karena gak sengaja ketemu pas-pasan di kantin" jawab Belle kesekian kalinya untuk meyakinkan Valerie.

Valerie akhirnya memutuskan untuk mengalah dan mengalihkan pandangannya kearah surat yang diberikan oleh Belle tadi. Valerie membuka surat Berwarna kuning tersebut lalu mulai membacanya. Tiba-tiba sebuah senyuman terukir di bibir Valerie. Belle yang melihat hal tersebut lantas ikut tersenyum.

Sahabatnya itu memang tidak pernah menampilkan ekspresi tertentu ketika membaca surat dari Wilson. Bahkan mungkin pernah bersandiwara bahwa dia tidak senang dengan adanya surat tersebut. Tapi pipi merah Valerie dapat menjadi sebuah kabar bahagia bagi Wilson yang baru memberikan suratnya untuk yang ketiga kalinya.

Belle tau sahabatnya itu hanya tidak ingin menyakiti perasaannya. Tapi bagi Belle, asalkan orang yang dia sayangi bahagia, dia tidak peduli walaupun harus mengorbankan perasaannya sendiri.

"Kenapa?" tanya Valerie menyadari Belle yang dari tadi menatapnya.

"Gapapa, gue cuma baru sadar, when you want something in the future then you must lose something in the past"

#?#?#?

Thank you for reading my first story. Hope you guys like it. Please like my story to support me to keep writing this story. See you in the next chapter 🤗

Terpopuler

Comments

Siarsazkia Siarsazkia

Siarsazkia Siarsazkia

gk ngerti bhs inggrisnya

2021-09-19

0

Hesti Ariani

Hesti Ariani

belle...hati seluas samudera

2021-05-10

0

Winda Nurjannah

Winda Nurjannah

sama babang Felix juga gak ppa ko

2020-08-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!