Sakit

Dimana hatiku tau bahwa kau

Tak mencintaiku

Kau lebih mencintai dirinya

Hati ini sakit

Terasa teriris

Ingin menangis

Tetapi air mata terasa habis

Aku hanya bisa tertawa

Menertawakan diriku

Yang tak menyadari bahwa

Kau tidak mencintaiku

Happy reading!!!!!

Setelah mereka selesai dengan rutinitas makannya. Para lelaki menyampaikan keinginan mereka pada saat para wanita sedang membereskan bekas makan mereka.

"Hana, kau nanti malam ada acara?"

"Tidak, kak Randa memangnya kenapa?"

"Aku ingin mengajakmu makan malam!"

"Apa ini termasuk kencan?"

"Bisa dibilang seperti itu."

Jleb.

Hanita yang mendengar itu hanya bisa tersenyum pahit.

"Hahaha, kak Randa bercandanya bisa saja."

Hanasi merasa bersalah kepada kakaknya ia mengetahui orang yang disukai kakaknya adalah Randa.

"Hn, jadi kau mau."

"Emz... kakakku boleh ikut?"

"Aku mengajakmu. Bukan mengajak dia, " tunjuk Randa.

Hanita yang ditunjuk sekaligus mendengar ucapan Randa hanya bisa menahan sakit  didalam hatinya.

"Tapi dia kakakku, lagian ayah pasti marah bila aku pergi dengan laki-laki dan tidak ada yang menemani!"

"Tapi."

Belum sempat Randa melanjutkan ucapannya Randi sudah memotongnya.

"Hanita akan pergi bersamaku. "

Hanita dibuat kaget oleh ucapan Randi.

"Jadi, Hanita apa kau mau pergi denganku?"

"Ano.... Kita mau kemana, Ndi?"

"Kalau mereka makan malam. Bagaimana kalau kita pergi ke taman bermain!"

"Aku."

Belum sempat Hanita melanjutkan ucapannya sudah dipotong Hanasi.

"Kak Randa bagaimana kalau kita ikut dengan mereka?"

"Hn, terserah dirimu."

"Oke, jadi kita ke taman bermain nanti malam."

"Kau kenapa mengikutiku sih jelek."

"Siapa yang mengikutimu. Aku tidak mahu kakakku bersama dengan lelaki buaya seperti kau."

"Cih, bilang saja kau cemburu."

"Khe, percaya diri sekali kau. Aku tidak cemburu kepadamu, lagian apa yang aku lihat dari dirimu?"

"Cih, terserah kau."

"Benar Randi aku sangat cemburu hingga aku mengikuti dirimu," batin Hanasi.

"Tenang saja, kakakmu aman bersama denganku!"

Hanita yang mendengar ucapan Randi begitu kaget lelaki yang akan mengajaknya pergi adalah lelaki yang disukai adiknya.

Jleb.

Hanasi yang mendengar ucapan Randi juga merasakan sakit seperti yang kakaknya alami.

"Jadi, apa mau pergi bersamaku, Hanita?"

"Ano.... Randi?"

Belum sempat Hanita menjawab sudah dipotong Hanasi.

"Kak Hanita kau akan pergi dengan mayat?"

"Aku."

"Iya, kau mau pergi bersamaku."

Hanasi kembali memotong.

"Aku ikut, sepertinya menarik."

"Bukanya kau makan malam denganku, Hana."

"Emz.... Bagaimana kalau kita ikut dengan mereka saja? Lagian aku tidak mau kakakku hanya berdua dengan mayat!"

"Hn, terserah kau."

"Yey, makasih kak Randi."

Hanasi yang terlalu senang dengan keinginannya yang dikabulkan tanpa sadar memeluk Randa. Sedangkan Randa yang dipeluk Hanasi begitu kaget. Hanita yang melihatnya hanya bisa menunduk menyembunyikan air matanya.

"Wooi disini bukan tempat untuk bermesraan!"

Hanasi yang kaget mendengar ucapan Randi segera melihat apa yang baru saja ia lakukan. Kemudian ia tersadar bahwa memeluk Randa dan ia akhirnya melepaskan pelukannya.

"Eh.... Maaf kak Randa aku tidak sengaja."

"Hn."

"Kenapa aku begitu bodoh hingga tanpa sadar aku memeluk kak Randa. Sekarang aku telah menyakiti hati kak Hanita, " batin Hanasi.

"Bagaimana Hanita apa kau mau?"

Hanita tidak menjawab ucapan Randi karena ia menghapus air matanya agar tidak terlihat oleh orang lain.

"Hanita."

"Eh.... Maaf Randa aku tadi mengantuk jadi tidak fokus dengan ucapanmu."

"Oh, itu sebabnya kau menunduk."

"Iya."

Hanita masih menunduk untuk menyembunyikan bekas air matanya.

"Oke, jadi kamu mau pergi bersamaku."

"Iya, aku mau."

"Yey."

"Maaf aku ke kamar mandi dulu ya, Ndi."

"Baiklah."

Hanita meninggalkan mereka tidak lupa ia membawa tempat makannya bersama Randi.

Randa yang melihat kepergian Hanita merasa bahwa gadis itu aneh.

"Dia aneh sekali," ucap Randa.

"Aneh bagaimana kak Randa," jawab Randi.

"Ya, aneh saja. "

"Aku tidak melihat ada yang aneh."

"Kau tidak menyadarinya Ndi."

"Sudah jangan bahas ini lagi lebih baik kita segera ke kelas sebentar lagi masuk!" timpal Hanasi.

"Oke," ucap Randi.

Mereka berdiri dari duduknya kemudian menuju ke dalam kelas mereka masing-masing.

Sementara itu Hanita yang baru saja sampai dikamar mandi. Menangis menumpahkan isi hatinya.

"Hiks... Hiks.... Hiks.... Kenapa sakit sekali. Aku yang hanya bisa memandangmu sekarang dan kau mengajak wanita lain pergi bersamamu. Walaupun itu saudaraku sendiri."

Hanita terus meratapi nasibnya yang mencintai Randa tetapi merasa bahwa sang pemilik hati mengacuhkannya.

"Hiks.... Aku harus kuat mungkin ini ujian cintaku untuk mendapatkan orang yang kusukai."

Hanita menyakinkan hatinya bahwa ini adalah ujian cintanya terhadap orang yang ia sukai.

Ia menghapus air matanya dan membasuh wajahnya agar tidak terlihat sembab. Setelah selesai dengan rutinitasnya ia kembali ke kelasnya.

Sementara itu Randi, Randa dan Hanasi baru saja sampai di kelas masing-masing. Kemudian mereka duduk tempat duduk mereka. Sedangkan Hanita masih dalam perjalanan menuju kelasnya.

Setelah sampai di dalam kelas. Hanita duduk di tempat duduknya.

"Kau darimana, Hanita," ucap Ina

"Ano.... Aku dari kamar mandi, Ina"

"Ada apa dengan wajahmu, Hanita," tanya Sabrina.

"Iya, seperti orang habis menangis," timpal Ina.

"Ano.... Aku terlalu mengantuk hingga mengeluarkan air mata."

"Apakah itu benar, " ucap Sabrina.

"Iya."

"Ya, sudah, " sambung kembali Sabrina.

Randi yang mendengar percakapan mereka hanya bisa menatap Hanita. Sedangkan Hanita yang merasa seperti ada yang menatapnya segera menengok sang penatap.

"Ada apa Randi menatapku?" batin Hanita.

Akhirnya mereka saling menatap satu sama lain hingga tidak menyadari kedatangan guru Mira di kelas mereka.

"Selamat siang anak-anak."

"Siang, Bu," ucap para murid.

Tatapi ada yang tidak menjawab ucapan guru Mira yaitu Shima, Randi, Randa serta Hanita.

"Oke, mari kita mulai pelajaran dari saya. Ehem, yang tatap-tatapan itu bisa tidak menghentikankan karena ini bukan waktu buat kalian pacaran!"

Hanita dan Randi kaget dengan ucapan guru Mira dan menyudahi tatapan mereka.

"Maafkan kami,." ucap Hanita.

"Hn, oke saya maafkan. Sekarang semua buka buku bahasa indonesia halaman 130. Saya akan menerangkan kepada kalian dan kalian mencatat apa yang Saya tulis di depan!"

"Baik, Bu."

Seluruh murid kelas 11 A menulis dan mendengarkan penjelasan yang diberikan guru Mira.

Sementara itu Hanasi yang tidak konsen dengan pelajaran yang diberikan guru Sia hanya bisa melamun di dalam kelas.

"Hanasi Wijaya."

Hanasi tidak menyadari panggilan guru Sia karena terlalu fokus pada pikirannya.

"Hanasi Wijaya."

Guru Sia kembali memanggil  sang murid tetapi tidak ada jawaban. Sara teman sebangku Hanasi menyenggol bahu teman sebangkunya agar ia menyudahi lamunannya.

"Hanasi, kau dipanggil guru Sia," bisik Sara.

Hanasi yang mendengar bisikan di telinganya segera tersadar dari lamunannya.

"Iya, Bu."

"fokus kepada pelajaran saya."

Hanasi menuruti perintah gurunya.

Terpopuler

Comments

Adel

Adel

like...

2021-01-25

0

Radin Zakiyah Musbich

Radin Zakiyah Musbich

mampir....

dari yang punya karya:

"AMBIVALENSI LOVE" dan "SUDDEN KISS"

jangan lupa mampir ya ❤️❤️❤️

2020-08-26

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!