Hati Memilih
Ketika dua hati saling mencintai akan terasa begitu indah
Tetapi bila satu hati yang mencintai terasa menyayat hati
Happy reading!!!
Di pagi yang cerah, orang-orang yang masih bersekolah melakukan kegiatan mereka seperti Hanita Wijaya dan Hanasi Wijaya yang melakukan aktivitas mereka seperti bersiap, membangunkan Hanasi yang belum terbangun, sarapan, kemudian berangkat sekolah diantar sopir pribadi mereka.
Hanita Wijaya anak kedua dari pasangan suami-istri Putra Wijaya dan Putri Risma, juga merupakan adik dari Naji wijaya. Sang ayah merupakan pengusaha sukses di Indonesia dan di beberapa negara. Walaupun terlahir dari keluarga kaya, ia tidak memiliki sikap sombong tetapi terkesan rendah hati, baik hati, pemalu, lembut dan juga sikap keibuannya. Hal itu menambah kesan baik pada kaum laki-laki tetapi hatinya sudah terisi oleh RH. Hanita tampak di depan pintu adiknya untuk membangunkannya agar ia cepat bangun kemudian bersiap menuju sekolah mereka yaitu SMA Nugraha, tidak lupa sarapan terlebih dahulu sebelum mereka berangkat sekolah.
"Hanasi, ayo cepat bangun keburu terlambat nanti sekolahnya!" ucap Hanita.
"Huh, kakak ganggu orang tidur saja."
"Cepat bangun! Cepat mandi kemudian turun ke bawah untuk makan!"
"Iya, kakak aku akan lakuin semua perintahmu!"
"Oke, cepat ya!"
Hanita pergi dari depan pintu kamar adiknya untuk menuju meja makan.
Hanasi kemudian bangun dari tempat tidurnya untuk melakukan kegiatan mandinya.
Hanasi Wijaya putri ketiga dari pasangan suami-istri Putra Wijaya dan Putri Risma sekaligus adik dari Hanita juga Naji. Ia memiliki sifat sedikit tomboy, baik, galak dan kadang emosional bila menyangkut orang yang disukainya yaitu RH.
SMA Nugraha merupakan milik dari keluarga Nugraha. Keluarga terdiri dari sang ayah yang bernama Sam Nugraha, istrinya Sifa Nugraha serta ketiga anaknya yang bernama Taci Nugraha dan si kembar Randa juga Randi.
Tampak sang ayah, ibu serta putra sulung mereka berada di meja makan untuk memulai aktivitas sarapan pagi tetapi tertunda karena si kembar belum sampai di meja makan.
"Dimana adik-adikmu, Taci?"
"Mungkin sedang bersiap-siap, Ma."
"Tumben mereka lama sekali."
Taci tampak membenarkan ucapan ibunya tetapi ia enyahkan itu.
" Dandan yang tampan dong biar orang yang mereka suka, memandang kagum mereka."
"Ngomong apa kamu itu, Ci?"
"Aku ngomong jujur, Ma."
"Tidak perlu dandan berlebih karena keluarga Nugraha diberkati dengan ketampanannya."
"Ternyata papa alay juga, ya!"
"Bukan alay tapi itu fakta! Benarkan Sifa?"
"Iya, suamiku."
"Lihat mamamu saja mengakuinya."
"Hah, terserah papa, deh!"
Saat mereka sedang asik bercengkrama orang-orang yang mereka bicarakan akhirnya turun dari kamarnya.
Mereka turun ke bawah kemudian bergabung ke meja makan untuk memulai sarapan pagi mereka.
"Lama sekali kalian, kita sudah lapar tau!"
"Hn."
"Dasar adik durhaka !"
"Apa kau bilang orang tua?"
"Adik durhaka."
"Dasar orang tua, bodoh."
"Apa kau bilang?"
Pertengkaran antara Taci dan Randa begitu sengit terlihat Randi ikut-ikutan.
"Lihatlah dua orang bodoh bertengkar."
"Apa kau bilang Randi," ucap Taci.
"Sudah, jangan bertengkar terus! Lebih baik kalian makan dan memulai aktivitas masing-masing."
"Baik, Ma," ucap ketiganya.
Keluarga Nugraha makan dengan tenang. Tanpa perdebatan lagi karena mereka sangat menyayangi mamanya.
Sementara itu di kediaman Wijaya. Hanasi baru saja selesai dengan persiapannya kemudian turun kebawah untuk sarapan bersama keluarganya.
"Akhirnya turun juga adik bungsu kita, ucap Naji."
"Hehe, maaf keenakan menyelami mimpi."
"Mimpin siapa, nih?"
"Apaan sih, kak!"
"Udah deh Naji jangan godain adikmu lagi!"
"Hehe, iya ma."
"Ayo kita mulai sarapannya!"
"Baik, Ayah," ucap Naji.
Keluarga Wijaya makan dengan tenang tanpa ada perdebatan lagi.
Setelah sarapan mereka berangkat menuju SMA Nugraha. Disini Hanita, Randa dan Randi kelas 11. Sementara Hanasi kelas 10. Mereka berangkat menggunakan mobil masing-masing. Dimana Randa dan Randi menggunakan mobil sendiri-sendiri sedangkan Hanita dan Hanasi tumben sang kakak mengantar mereka..
Setelah sampai di sekolah mereka. Randa dan Randi memarkirkan mobil mereka tetapi saat mereka sudah turun juga memarkirkan mobilnya, malah menabrak Hanita serta Hanasi yang diturunkan di parkiran mobil oleh kakak mereka.
Brakk
"Sakit," ucap Hanita dan Hanasi.
Sedangkan Randa dan juga Randi bisa mempertahankan keseimbangan mereka.
Hanasi segera bangum dari jatuhnya.
"Wooi! Dimana mata kalian," ucap Hanasi.
"Wooi! Kau yang jalan tidak pakai mata malah menyalahkan kita."
Randa mengulurkan tangannya untuk membantu Hanita dan sang gadis menerimanya dengan senang hati.
"Terimakasih, Randa."
"Hn."
Sedangkan Hanasi dan Randi masih betah dengan perdebatan mereka.
"Kau yang menabrak kami, baka dan dimana-dimana wanita selalu benar!"
Randi tampak tak terima ucapan Hanasi.
"Cih, egois sekali masak lelaki harus jadi sarang kesalahan kalian."
"Itu memang sudah kodratnya!"
"Wooi! Kodrat dari mananya jelek!"
"Apa kau bilang?"
"Jelek, kenapa?"
"Sialan kau, mayat."
"Oh kau iri dengan kulit putihku?"
"Cih, amit-amit aku iri dengan kulitmu yang putih seperti mayat hidup."
"Masak."
"Air."
"Biar."
"Matang."
Randa dan Hanita hanya bisa memandang pertengkaran antara Randi dan Hanasi dengan bosan sekaligus kaget dengan kata-kata terakhir mereka.
"Ano, sudah jangan bertengkar Randi dan Hanasi lebih baik kita masuk kelas, sebelum kita telat!"
"Baiklah, kak."
"Oke, Hani"
"Hn, ayo masuk kelas!"
"Eh! Kak Randa selamat pagi."
"Hn."
Hanasi tampak kesal dengan jawaban Randa dan ia malah mengejeknya.
"Dasar kakak tiang ini."
"Apa kau bilang?"
"Eh! Aku tidak bilang apa-apa?"
"Aku tidak tuli, Hana."
"Hehe, maaf kak."
"Hn."
Hanita tidak enak atas tindakan adiknya tadi. Oleh karena itu, ia memutuskan meminta maaf pada Randi.
"Randi maaf atas tindakan Hanasi tadi, ya!"
"Tidak apa-apa, Hani."
"Makasih."
"Iya dan maaf kami tadi menabrak kalian."
"Tidak, apa-apa."
Hanasi yang mendengar ucapan Randi tampak tak terima.
"Wooi! Mayat kau tidak minta maaf padaku?"
"Buat apa aku minta maaf pada orang jelek."
"Kurang ajar kau mayat."
"Sudah jangan bertengkar, kalian terlalu berisik."
"Baik kak Randa," ucap Hanasi.
"Hn."
Mereka menuju kelas masing-masing. Setelah perdebatan yang penuh dengan drama dan perjalanan menuju kelas mereka lalui dengan kesunyiaan.
Setelah sampai di kelas masing-masing. Mereka duduk di tempat masing-masing.
Disini Hanita, Randai dan Randa satu kelas.
"Wooi! Hanita tumben kau bareng dengan pangeran sekolah ini."
"Ano, tadi kita tidak sengaja berpapasan dengan mereka, Sabrina."
"Kau pasti bahagia bisa bareng dengan salah satu yang kau sukakan Hanita," ucap Ina
Disini Sabrina dan Ina adalah sahabat Hanita. Sabrina duduk dengan Hanita dan Ina duduk dibelakang Sabrina juga Hanita.
Hanita yang digoda tampak merona walau ia sering digoda Ina tetapi rona merah di wajahnya tak pernah hilang wajahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 21 Episodes
Comments
Cyclone
wah keren
2021-08-01
0
Delfiana
aku datang😊😗
2020-12-25
0
Adel
mampir di karyaku ya thor...
salam dari RINDUKU DI UJUNG SURGA
trims
2020-12-14
0