"Maaf Mah, tapi kewajiban Arya juga kan menafkahi Arin bukan? Makanya aku harus giat bekerja. Terlebih Arin kan suka kalau aku mengabulkan keinginannya, lalu mempostingnya di media sosial. Arin bilang bahagia dengan melakukan itu, aku pun harus bisa menyanggupinya, sering-sering memberikannya barang-barang mewah untuk dipamerkan," jawab Arya. Lelaki itu sepertinya sengaja menyindir istrinya.
Jleb
Kata-kata itu mampu membuat Arin menyadari kesalahannya. Tapi apakah itu terlalu fatal, sehingga tidak ada kesempatan kedua untuknya. Jadi semua dimulai karena kesalahanku, Apakah tidak bisa aku memperbaikinya sekarang? Kenapa mas Arya malah mencari kenyamanan pada wanita lain? Batin Arin tak terima.
"Mas, jika memang itu sebuah masalah dan memberatkanmu, kenapa tidak bilang dari awal? Lagipula kebahagian tidak diukur dengan uang, dengan Mas memberikan perhatian lebih pun sudah membuatku bahagia," ucap Arin.
Wanita itu enggan mengakui kesalahannya yang menurutnya kecil, sementara suaminya malah melakukan hal patal dengan berselingkuh.
"Hmm…, bukankah aku sudah beberapa kali memperingatkan istriku ini kalau aku tidak suka wajah istriku dinikmati lelaki lain, bahwa aku tak suka pamer, tapi sepertinya kamu lupa, atau tak pernah mendengarkan ku karena keasyikan," jawab Arya sinis.
Lelaki itu seakan bukan Arya yang Arin kenal, Bu Nadia pun terlihat heran dengan cara bicara Arya yang berubah. Biasanya Arya akan berbicara lembut dan pelan, tak pernah meninggikan suaranya.
"Baiklah Mas, aku tidak akan melakukan itu lagi. Aku akan menuruti apa yang Mas inginkan, menjadi ibu rumah tangga yang patuh pada suaminya," jawab Arin dengan suara pelan tapi berat. Berat mengakui kesalahan kecilnya saat mengingat pengkhianatan suaminya itu, tapi Arin harus bertahan. Dia tidak boleh mengalah dari pelakor itu.
"Sekarang kamu baru mau mendengarkan aku, jadi dulu kamu kemana saja? Ini sudah sangat terlambat. Dimana kamu saat suami ingin dimanja, ingin di pijat karena lelah, ingin mencurahkan beban hatinya, beban pikiran karena pekerjaan. Kamu malah keasyikan dengan ponselmu, asyik dengan komentar pujian yang membuatmu tersenyum sepanjang hari. Apakah pujian itu akan membawamu pada kebahagiaan abadi? Itu semua semu Rin," jawab Arya.
Arin tak percaya jika selama ini Arya kecewa pada dirinya. Arin kini tahu bahwa dirinya tidak bisa melakukan tugas seorang istri, dia lebih banyak mementingkan kebahagiaannya dan hak nya saja.
"Maaf Mas, hiks…," jawab Arin sambil menunduk, bahkan kini air matanya lolos begitu saja. Menyadari betapa lalainya dirinya sebagai seorang istri, memamerkan wajahnya di media sosial saja sudah merupakan dosa, karena Arya juga tidak ridho kalau wajahnya dinikmati lelaki lain.
Seharusnya Arin senang dikala Arya cemburu padanya, melarangnya memposting foto dirinya kala itu. Tapi Arin malah menganggap nasehat Arya itu angin lalu yang tak penting.
"Sudahlah Arya, maafkan istrimu. Bukan kah yang bertanggung jawab mendidiknya itu kamu sebagai suami. Kamu yang sabar menghadapi istri yang memang belum sepenuhnya punya pemikiran yang dewasa, Arya jangan bersikap seperti itu, mamah tidak suka!" Ucap Nadia yang mulai membuka suara.
"Maaf Mah, tapi sudah terlambat," jawab Arya kemudian pergi dari ruangan itu.
Nadia tampak bingung, apanya yang terlambat? Batinnya.
Sebagai ibu mertua, Nadia pun menghampiri Arin dan mencoba menenangkan menantunya. Memberi nasihat kalau semuanya akan baik-baik saja, Nadia berpikir jika Arya sedang emosi saja, dikala pikirannya sudah jernih, pasti anak lelakinya akan kembali.
Mas Arya sudah punya istri baru Mah, batin Arin.
Wanita itu tidak sanggup mengatakannya secara jujur, dia ingin Arya yang mengatakannya. Seperti yang dikatakan Arya, jika Arin terlambat menyadari kesalahannya, ya… Arin tahu karena saat ini hati Arya telah berhasil diambil oleh wanita lain.
***
Keesokan harinya Arin pulang ke kediamannya. Rumah yang lumayan luas yang Arya belikan sebelum pernikahan mereka. Arin begitu senang melihat keluarganya datang menjenguk.
Begitu lengkap, ada ibunya (Bu Edoh), ada Bapaknya (Pak Nurdin), kakak dan kakak iparnya, ditambah anak lelaki yang berumur 3 tahun. Ada rasa iri saat melihat ruang tangga sang kakak yang harmonis sampai saat ini, apalagi ditambah dengan kehadiran Adrian yang lucu.
"Tante, ini emen…," ucap Adrian memberikan permen rasa strawberry pada Arin.
"Makasih ya Iyan," jawab Arin mengambil permen itu. Dia langsung membuka permen itu dan memakannya. Dia sedang butuh yang manis-manis mengingat kehidupannya yang mulai pahit. Sebisa mungkin Arin akan menyembunyikan masalahnya dari keluarganya.
"Arin…," panggil Diani sambil berjalan menghampiri adik iparnya. Dia langsung memeluk Arin, tapi terasa berbeda, Diani merasakan pelukan Arin begitu erat.
"Hmm…, aku bantu jalan ya? Kamu kelihatannya masih lemas," ucap Diani.
Arin pun dibantu oleh Diani hingga sampai di dekat sofa. Wanita itu pun duduk dan ikut berbaur dengan keluarganya, Bu Nadia juga ikut senang, bahkan menjamu besannya itu dengan antusias.
Sebelumnya memang mereka ingin langsung ke rumah sakit untuk melihat keadaan Arin, tapi Arin mengirim pesan untuk menunggu di rumahnya saja.
"Mana suamimu Rin?" Tanya Bu Edoh.
"Jam segini Mas Arya kerjalah Bu," jawab Arin.
"Tapi kan istrinya sakit. Masa ditinggalin beini, kan bisa cuti kerja, menantu ibu itu kok sedikit berbeda," ucap Bu Edoh.
Deg!
Ternyata naluri keibuan Bu Edoh bisa tahu kalau rumah tangga Arin sedang tidak baik-baik saja. Bukan berbeda lagi Bu, tapi mas Arya sudah benar-benar berubah, batin Arin.
"Gapapa Bu, mungkin ada sesuatu pekerjaan yang memang tidak bisa ditinggalkan," jawab Arin.
"Nanti ibu mau bicara sama kamu, sekarang ibu lapar mau makan dulu," ucap Bu Edoh. Ibu Arin memang begitu, cerewet dan berbicara apa adanya tanpa malu-malu.
Mereka pun makan bersama, Bu Nadia sudah mempersiapkan semuanya. Arin menatap ibu mertuanya itu dengan perasaan bahagia, dia mungkin kehilangan Arya untuk saat ini, tapi dia tidak rela kalau harus kehilangan ibu mertua sebaik Nadia. Apa aku harus memperjuangkan mas Arya? Tapi jika dia sudah tidak mau, mana mungkin aku memaksanya? Batin Arin.
Siang itu Arin beristirahat, dan saat terbangun betapa kagetnya dia melihat Arya yang sedang bercanda bersama keponakannya Iyan. Sudah lama Arin tidak melihat keceriaan suaminya, senyuman dan tawa yang Arin rindukan. Arya memang menyukai anak kecil, dan Arin belum mampu memberikannya.
Saat Arya melihat Arin, lelaki itu langsung membantu istrinya berjalan, Arin yang senang dengan sikap Arya yang seperti biasanya dia pun semakin mengencangkan tangannya yang kini merangkul pinggang suaminya.
Nampak mereka seperti pasangan suami istri yang paling romantis. Semua anggota keluarga menyoraki mereka berdua membuat Arin sedikit malu, tapi karena dia memang terbiasa pamer di medsos, dia pun tak merasa canggung.
"Cie…," celetuk Diani.
"Apaan sih teh," jawab Arin kesal tapi bahagia.
Semoga mas Arya beneran kembali seperti dulu, aku takut jika ini hanya sandiwara belaka untuk menutupi statusnya yang sudah menikah lagi, batin Arin.
Bersambung ….
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments