Rumah Sakit Lagi

Arin akhirnya sadar, disampingnya ada Bu Nadia yang setia menunggunya. Wanita itu mencari sosok suami yang begitu dia rindukan, tapi dia kecewa karena hanya ada ibu mertuanya disana.

"Mah…," panggil Arin.

"Syukurlah kamu sudah sadar Rin, mamah khawatir sekali tadi. Kamu sebenarnya kenapa Rin bisa sampe pingsan, dokter bilang kamu tidak apa-apa hanya kelelahan dan banyak pikiran. Memangnya ada masalah apa?" Tanya Bu Nadia.

"Gak ada Mah, Arin mungkin kelelahan saja. Mas Arya mana?" Jawab Arin.

"Tadi sudah Mamah telepon. Katanya akan datang setelah urusannya selesai, Mamah juga heran kenapa dia lebih mementingkan pekerjaannya disaat istrinya sakit," ucap Bu Nadia.

Sepertinya mas Arya sedang bersenang-senang dengan wanita itu, batin Arin.

"Gapapa Mah, mungkin memang pekerjaan itu tidak dapat ditinggalkan begitu saja. Arin gapapa kok, kan ada Mamah disini," jawab Arin sambil tersenyum. Tentu senyum kepura-puraan karena hatinya kini sedang terluka.

Sungguh dia tidak pernah membayangkan jika suatu hari suaminya akan berubah dan menghianatinya. Mungkin aku terlalu sombong selama ini, bahkan sampai menantang wanita itu. Aku juga tidak menyangka jika wanita itu berhasil membuat mas Arya berubah, batin Arin.

Menyesal? Tentu saja Arin menyesalinya karena tidak mendengar nasihat beberapa temannya dulu. Andai waktu bisa Arin ulang, dia tidak akan memposting semua kegiatannya bersama suami, biarlah kebahagiaan itu menjadi privasi dan dinikmatinya.

Bukankah kebahagiaan yang didapatkannya itu sudah lebih dari cukup, lalu kenapa ia masih saja haus pujian untuk menambah kebahagiaannya? Arin berpikir lebih dewasa sekarang.

***

Mereka pun pulang, Arin kini sudah ada dikamarnya. Bu Nadia juga sudah tidur dikamar tamu, sementara Arya tak kunjung pulang. Arin mencoba menghubungi suaminya tapi tidak dijawab sama sekali. Kini Arin menangis tanpa suara, menangis karena luka hati yang amat pedih. Tangisan yang menyesakkan dada itu akhirnya tak terbendung lagi.

"Aku harus berjuang, aku harus mengambil hakku. Aku harus membuat mas Arya kembali seperti dulu sebelum semuanya terlambat!" gumam Arin disaat dia menghentikan tangisannya.

Dia mencoba menelpon satu kali lagi, "maaf ya Mas Arya sepertinya kelelahan dan malam ini akan menginap di rumahku," jawab seorang wanita disebrang sana.

Deg!

Bagai petir disiang bolong, Arin merasa tubuhnya lemas dan akhirnya dia duduk ditepi ranjang. Dia meremas sprei itu dengan penuh emosi.

Hati Arin begitu hancur, dia tidak menyangka hubungan suaminya dan wanita itu sudah sejauh itu. Rasa percaya dirinya hilang, tapi dia berusaha tegar demi mempertahankan rumah tangganya.

"Aku gak percaya, coba berikan ponsel ini pada suamiku!" Ucap Arin.

"Sudah ku bilang kalau dia sedang tidur, apa perlu aku melakukan Video call? Apa ini lelaki yang kamu sebut suami paling setia? Hahaha… bahkan dia lebih nyaman denganku. Sudah ku bilang sebelumnya kalau kau tidak usah terlalu percaya diri, so pamer segala!" ucap Kamelia.

"Ya, aku mau Video call. Aku tidak percaya pada wanita sepertimu," jawab Arin.

Akhirnya Kamelia pun memenuhi apa yang diminta Arin. Dan terlihat jika Arya sedang tertidur pulas memeluk balita perempuan yang cantik. Hati Arin begitu sakit, tapi dia tidak mau percaya begitu saja.

"Kamu lihat sendiri kan, dia itu butuh kasih sayang dan juga anak untuk pengihibur disaat lelah bekerja! Dan kamu tidak bisa memberikan hal itu," ucap Kamelia.

"Aku tidak percaya, bisa saja kan mas Arya diberi obat tidur olehmu, coba bangunkan!" Perintah Arin.

Seakan merasa ditantang, Kamelia pun membangunkan Arya. "Mas, ini istrimu menelpon. Aku malas bicara dengannya," ucap Kamelia.

"Ada apa? Jangan menggangu ku Arin. Kamu seperti anak kecil saja, masa tidak bisa tidur sendiri! Aku ingin menginap disini malam ini," ucap Arya.

"Astagfirulloh Mas, kamu kenapa berubah seperti ini? Ingat dosa Mas, kenapa kamu malah menginap dirumah wanita lain, janda pula?" Tanya Arin dengan nada tinggi. Baru kali ini dia marah seperti itu pada suaminya.

"Dia istriku juga, mau tidak mau kamu harus menerimanya sebagai madumu. Aku bebas mau tidur dimana pun, aku lebih suka disini karena suasana yang hangat dengan adanya Cila," jawab Arya.

"Apa, kapan kamu menikahinya Mas? Kamu keterlaluan!" Teriak Arin.

"Pelankan suaramu padaku, aku suamimu Arin! Besok aku pulang dan akan ku jelaskan semuanya," ucap Arya.

Tut

Sambungan telepon itupun terputus. Arin lemas, dia kini terduduk dilantai meratapi nasibnya, nasib rumah tangganya yang hancur porak poranda.

"Kenapa kamu tega melakukan ini padaku Mas? Hiks … apa salahku?" Ucap Arin. Dia menangis ditengah malam, memecah kesunyian. Tapi tidak ada yang mendengarnya, rasa sakit di dada itu begitu menyesakkan sampai Arin memukul dadanya berkali-kali. Sakit yang dinikmatinya sendirian.

"Kenapa rasanya sesakit ini?" Gumam Arin sambil menangis.

***

Saat pagi datang, Arin ditemukan pingsan lagi oleh Bu Nadia. Untuk kedua kalinya mereka pergi ke rumah sakit. "Arin… sebenarnya kamu kenapa sayang?" Ucap Nadia dengan gelisah. Sesekali dia membetulkan hijab Arin yang sedikit miring.

Bu Nadia bertambah kagum dengan menantunya yang kini bahkan mau berhijab. Sebelumnya Arin terlihat lebih cantik, tapi hari ini seakan aura cantiknya terenggut. Wajahnya kini pucat pasi, Nadia begitu kasihan melihat Arin.

"Kemana si Arya itu, istri masuk rumah sakit dua kali tapi dia belum kelihatan juga," keluh Bu Nadia.

Arin hanya diam, dia sudah tahu keberadaan suaminya tapi dia enggan mengatakan yang sejujurnya pada ibu mertuanya.

Keesokan harinya saat hari sudah sore, Arya datang ke rumah sakit. Arin akan dirawat beberapa hari atas permintaan Bu Nadia karena terlalu khawatir. Nadia juga menunggu menantunya itu dengan sabar. Wanita itu sudah menganggap Arin seperti anak kandungnya mengingat dia hanya punya dua anak lelaki. Arin sangat istimewa bagi Bu Nadia.

"Kamu darimana saja Arya, kasihan istrimu?" Tanya Nadia.

"Aku kerja Mah, lagian Arin kan tidak apa-apa," jawab Arya yang menganggap masalah ini seperle, padahal yang berbaring lemas itu adalah istrinya.

Arin yang mendengar ketidakpedulian suaminya itu semakin dibuat sakit hati. Hatinya seakan tercabik-cabik. Baru saja dia tahu kalau suaminya menikah siri diam-diam dan sekarang suaminya benar-benar tidak peduli lagi padanya. Arya berubah, sudah tidak seperhatian dulu.

"Gak apa-apa bagaimana, Lihat tuh lemas begitu!, kamu kenapa kejam sama Arin? Jangan dzolim sama istri, udah beberapa hari kamu gak pulang. cepat sana urus istrimu!" Ucap Bu Nadia.

Arya menyuapi Arin atas perintah ibunya, ada tatapan kosong dimata Arya, seperti orang linglung. Arin yang tidak mau mertuanya tahu kalau rumah tangganya sedang bermasalah, Arin bersikap biasa saja dan menerima suapan demi suapan sampai makanan itu habis.

Jika dulu dia akan bahagia dan langsung mempostingnya, lain halnya dengan sekarang. Dia merasa sakit karena Arya yang berpura-pura perhatian, sakit karena hati Arya kini tak sepenuhnya menjadi miliknya.

Setelah selesai dengan tugas yang diberikan ibunya untuk menyuapi Arin. Arya pun pergi pamit untuk pulang dan menyelesaikan pekerjaan yang masih menumpuk.

"Astagfirullah… Arya, apa pekerjaan itu lebih penting daripada istrimu? Kenapa kamu berubah, kamu seperti bukan anak ibu saja," protes Nadia. Wanita itu ingin menahan Arya agar tetap menemani Arin.

Arya membalikan badannya, di menatap Arin sekilas lalu beralih pada ibunya.

Bersambung….

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!