Suami Dan Mertua Idaman

Arin wanita yang kini berusia 25 tahun, dia memutuskan menikah dengan Arya tak berselang lama setelah dia diwisuda. Dia ingin keluarga yang harmonis seperti kakaknya, dia yakin jika Arya akan membuatnya bahagia. Keyakinan itu semakin besar karena melihat kesamaan sikap dan sifat antara Ujang (sang kakak) dan Arya (calon suami). Membuatnya semakin mantap dan berharap pernikahannya akan seindah kakaknya.

***

Pagi-pagi sekali ada Bu Nadia datang membawa makanan. Sepertinya dia merindukan anak dan menantunya, dan berharap ada kabar bahagia. Wanita itu merindukan tangisan bayi, wangi bayi dan menggendong bayi.

Bu Nadia ikut bergabung dan sarapan bersama mereka, mengeluarkan semua makanan yang dibawa.

"Makanlah yang banyak Arin..!" Ucap Bu Nadia sambil tersenyum.

"Mamah…, kalau banyak nanti aku gemuk dong," keluh Arin sambil cemberut.

"Gapapa biar kamu sehat, iya kan Arya?" Tanya Bu Nadia pada anak lelakinya.

"Iya, meski gemuk, Mas akan tetap cinta ko Dek," jawab Arya.

Arin tersipu malu, dia senang kala suami sempurnanya itu mengeluarkan kata-kata manis. Menambah rasa bahagianya karena telah menjadi suami seorang pengusaha sukses dan sayang istri. Kebanyakan teman Arin mengatakan jika suaminya itu Susis (suami sieun/takut istri).

Arya pamit pergi ke kantor, sementara Arin diajak ibu mertuanya untuk berbelanja di toko-toko yang berjejer di pasar. Arin tidak masalah dengan itu, dia sudah terbiasa keluar masuk pasar maupun super market.

"Arin, baju bayi-bayinya lucu ya Rin?" Tanah Bu Nadia.

"Ah, iya Bu. Kita ke toko sebelah sana aja ya Bu, Arin mau beli jilbab," ucap Arin. Wanita itu mengalihkan ibu mertuanya yang merindukan sosok cucu. Arin sudah menikah selama 6 bulan dan selama itu dia menanti kehadiran sang buah hati di dalam rahimnya.

Ibu pasti membahas cucu lagi, aku juga bukannya tidak ingin hamil. Hanya saja memang belum waktunya, aku tidak memakai KB apapun, batin Arin.

"Wah, kamu mau berhijab Rin? Ibu ikut senang, ayo kita pilih-pilih yang cocok untuk kamu..!" Ajak Bu Nadia dengan semangat. Pasalnya sudah sejak lama ibu mertua itu meminta menantunya berhijab, tapi Arin selalu menjawab belum siap.

Wajah Bu Nadia kembali ceria, Arin pun yang sebenarnya belum siap berhijab dengan rasa berat diapun memilih beberapa kerudung dan baju syar'i agar ibu mertuanya tidak memikirkan baju bayi tadi.

"Kamu lebih cantik begini Rin, ibu suka," ucap Bu Nadia.

"Makasih Bu, apa mas Arya akan suka?" Tanya Arin.

"Tentu saja, dia akan semakin lengket sama kamu. Arya juga kan ingin kamu berhijab untuk menutup aurat dari pandangan lelaki yang bukan mahrom," jawab Bu Nadia.

Arin tersenyum, sepertinya ini keputusan yang bagus menurut Arin, karena suaminya akan semakin mencintainya dengan perubahannya menjadi pribadi lebih baik.

Setelah mendapatkan beberapa baju, Bu Nadia mengajak menantunya ke salon untuk memotong rambut dan dilanjut melakukan beberapa perawatan kulit tubuhnya. Disana memang fasilitasnya lengkap, tidak hanya menangani rambut saja.

"Kamu harus tampil cantik dan wangi didepan suamimu Arin, meski kamu memakai hijab… tapi kamu juga harus merawat tubuhmum. Tubuh mulus yang hanya bisa dilihat oleh Arya," ucap Bu Nadia.

Arin hanya tersenyum senang dan malu-malu. Hari ini dia benar-benar dipermak oleh sang mertua. Arin merasa menjadi lebih percaya diri, suaminya pasti akan lebih menggilainya dan tidak akan pernah selingkuh dengan wanita manapun.

Setelah itu ibu Nadia mengajak menantunya itu makan, "kesehatan itu lebih penting, kamu gak usah diet-diet Rin..! Tubuh yang sehat juga mempermudah program kehamilan," ucap Bu Nadia.

Arin pun makan dengan lahap, dia menjadi dirinya sendiri. Makan dengan lahap dengan kedua tangannya, kebetulan makanan yang dipesan pun makanan khas Sunda kesukaan Arin.

Hari ini begitu melelahkan sekaligus menyenangkan bagi Arin, dia juga pulang dengan menenteng banyak belanjaan. Tentu dia tidak mengeluarkan uang sepeser pun karena ibu mertuanya yang juga royal padanya, sama seperti Arya.

Ah, nikmatnya hidupku. Alhamdulillah ya Allah kau hadirkan suami dan mertua yang begitu baik untukku, semoga kebahagiaan ini tidak pernah berakhir. Terimakasih ya rob…, batin Arin.

***

Bu Nadia pulang sebelum Arya datang, kebetulan Arya juga lembur dan pulang telat. Arya memasuki kamar disaat Arin sudah siap dengan baju yang dibelinya tadi, baju tidur yang lumayan seksi, Bu Nadia yang merekomendasikannya.

"Meski kamu diluar memakai baju syar'i dan tertutup, tapi kamu juga perlu sesekali menggoda suamimu sendiri di dalam kamar sebelum Arya digoda wanita lain!" Ucap Bu Nadia kala itu saat membelikan Arin baju tidur yang seksi.

Arya begitu kaget melihat penampilan istrinya yang berbeda, gaya rambut yang berbeda dan tubuhnya sangat wangi. Wangi rambutnya bahkan kini tercium oleh Arya saat berjalan menghampiri istrinya itu.

"Kamu malam ini terlihat lebih cantik Dek," puji Arya.

Arin hanya tersenyum, dia mulai bergerak maju dan menggoda suaminya malam itu hingga mereka larut dalam malam yang penuh rasa bahagia. Saling memiliki, saling melengkapi satu sama lain dan berharap kali ini rahim Arin bisa menumbuhkan sang calon bayi.

***

Alarm berbunyi, Arin segera bangkit dan menuju kamar mandi untuk melakukan mandi besar. Dia menutup wajahnya saat ingat kelakuannya malam tadi

Kenapa aku merasa malu saat mengingat betapa agresifnya aku malam tadi? Ah… aku malu pada mas Arya, batin Arin.

Mereka melakukan shalat berjamaah seperti biasanya. Arin mencoba memakai baju syar'i yang dibelinya kemarin bersama ibu mertuanya. Dan lagi-lagi Arya kaget sekaligus terpesona dengan kecantikan istrinya itu.

"Dek, kamu makin cantik aja. Terlihat Anggun saat memakai hijab dan baju syar'i. Mas suka banget deh liatnya, adem gitu," ucap Arya.

"Masa sih Mas? Jadi aku lebih baik berpakaian seperti ini Mas?" Tanya Arin.

Arya pun mengangguk, dia tersenyum lalu berjalan mendekati istrinya, memeluknya dari belakang dan menghirup wangi shampo yang digunakan Arin.

Mas Arya beneran jadi makin lengket sama aku, ibu ternyata lebih tahu apa yang diinginkan anaknya ini, batin Arin. Wanita itu memuji mertuanya yang baik dan mendukungnya terus.

Merekapun sarapan berdua dengan saling menyuapi satu sama lain. Arin tak lupa memotret momen itu, Arya sudah lelah menegur istrinya itu, karena Arin selalu menjawab jika itu adalah sebagian kesenangannya.

Setelah kepergian Arya, Arin bersantai dengan memegang gawainya. Sibuk membalas komentar pada postingannya barusan. Seperti biasanya banyak komentar memuji yang membuatnya melambung tinggi.

(Mbak Arin lebih cantik deh kalau pake hijab, suaminya pasti makin cinta nih.) Lina

(Arin, sumpah ya suami Lo itu idaman banget. Kapan laki gue kaya laki Lo? Iri deh gue…) Dina

(Suaminya so sweet terus sih, idaman para emak-emak ini. Eh gadis pun kayaknya doyan deh kalau kaya suami kamu. Hehe…) Kila

Arin senyum-senyum sendiri, sampai dia membuka pesan masuk yang membuat suasana pagi itu berubah kesal.

Siapa sih dia? Dia terlalu percaya diri, batin Arin.

Arin yang merasa penasaran, dia kembali melihat profil dan postingan-postingan wanita itu. Arin seperti mencari tahu siapa wanita yang ingin bersaing dengannya, dan mengambil keputusan apakah dia harus waspada atau santai saja menyikapinya.

Bersambung ….

Terpopuler

Comments

Vivi Bidadari

Vivi Bidadari

Makanya Arin jgn suka pamer di medsos

2023-04-30

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!