Liburan akhir tahun itu, aku bersama keluarga besarku liburan bersama. Sebuah kota budaya menjadi tujuan kami liburan saat itu. Dan di kota itu pula nenekku tinggal. Banyak hal yang kami lakukan di kota itu. Mulai dari mengunjungi candi, museum, taman hiburan, pusat perbelanjaan, pegunungan, dan pantai.
Pada hari terakhirku di kota itu, keluargaku mengunjungi sebuah pantai. Berjarak satu jam perjalanan dari pusat kota menuju arah selatan. Sesampainya di pantai, aku dan saudara-saudaraku langsung berlarian menuju bibir pantai. Bermain air, pasir dan berenang.
Aku sangat senang dengan pantai. Karena terlalu terlena dengan pemandangannya. Aku lari agak ketengah laut, memisahkan diri dari saudara-saudaraku. Tepat di balik sebuah karang besar. Aku melihat sebuah cahaya keemasan. Aku pun mendekat, mencari tahu apakah cahaya itu.
"Arghhhhhhhhh." Aku pun berteriak.
Aku berteriak bukan karena aku takut, tetapi aku terkejut. Pasalnya kerumunan ombak itu menarikku ke tengah laut. Kemudian menarikku masuk ke dalam laut. Lebih dalam dan lebih dalam lagi.
"Lho kok aku bisa bernapas normal?" Batinku.
"Ini kan di dalam laut. Kok bisa ya?" Aku pun bingung sendiri.
Masih dalam kebingungan itu. Seorang wanita berparas cantik memegang bahuku. Senyumnya sangat indah menghiasi wajahnya. Dengan mengenakan pakaian kemben berwarna hijau membuatnya terlihat anggun. Dilengkapi selendang berwarna senada dengan pakaiannya. Sebuah mahkota kecil menghiasi kepalanya.
"Kamu siapa?" Tanyaku.
"Kamu tidak perlu tahu siapa namaku. Panggil saja aku nyai." Katanya sembari tersenyum.
"Kalista, ibu ratu menyuruhku membawamu bertemu dengan beliau." Kata wanita itu sembari matanya menatap ke depan.
"Ibu ratu? Siapa dia?" Tanyaku polos.
"Nanti kamu akan bertemu dengannya." Jawabnya masih tetap dengan tatapan lurus ke depan. Namun senyum di wajahnya tak pernah berkurang sedikitpun.
Aku tak berani bertanya lagi. Sebaiknya aku menurut saja. Toh sepertinya dia baik, maka aku akan baik-baik saja. Suasana semakin ke dalam laut semakin hening dan gelap. Tidak tampak lagi sinar matahari.
Setelah itu, kerumunan gelombang air yang aku tumpangi sejak dari bibir pantai tadi berhenti. Ku lihat ada cahaya terang di dasar laut itu. Masih samar-samar aku lihat sebuah bangunan megah yang sangat indah. Awalnya aku tak percaya. Mana mungkin ada bangunan semegah ini di dasar laut, pikirku.
Namun lama kelamaan bangunan itu tampak begitu nyata. Sangat megah dan indah dengan setiap bagiannya terbuat dari emas. Menakjubkan hal ini baru pertama kali aku melihatnya. Benar-benar seperti di dalam mimpi. Tak lama pintu gerbang besar itu terbuka. Orang-orang berpakaian adat Jawa berjajar menyambut kedatangan kami.
"Ayo masuk." Ajak nyai.
"Ibu sudah menunggumu di dalam."
Aku mengekor di belakang nyai. Mataku terus-menerus memandang kesana kemari. Menyaksikan pemandangan menakjubkan yang pertama kali aku lihat. Orang-orang itu tersenyum ramah kepadaku sembari menundukkan kepala seolah memberi salam. Aku pun membalasnya dengan tersenyum.
Karpet merah itu mengantarkan aku dan nyai ke sebuah singgasana. Kulihat seorang wanita cantik yang baru saja berdiri dari singgasananya. Berpakaian serba hijau dengan model kebaya tertutup dan jarik sebagai bawahannya. Mahkota besar dihiasi permata berada di atas kepalanya. Wanita cantik itu tersenyum kepadaku.
"Kalista selamat datang di rumah ibu." Katanya.
"E..e.. Iya bu. Nama saya Kalista bu" Jawabku sembari memperkenalkan diri.
"Ibu senang kamu datang ke rumah ibu."
"Nanti ibu akan mengajakmu berkeliling di rumah ibu."
"Baik bu." Kataku menurut.
"Mari ikuti ibu." Ibu ratu beranjak meninggalkan singgasananya.
Menuntut aku dan nyai berkeliling istana emas itu. Ya, aku menyebutnya istana emas. Karena semua peralatan di dalam istana tersebut terbuat dari emas.
Pertama kami menuju sebuah ruangan. Di dalamnya terdapat sebuah layar yang menampilkan layaknya film berisi kehidupan sejak awal pembentukan muka bumi. Berlanjut ke ruangan berikutnya yang memuat dimana adanya manusia, evolusi manusia, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kehidupan modern, kematian dan hancurnya dunia.
Tak hanya gambaran mengenai evolusi manusia dan lingkungannya. Juga ditampilkan berbagai masalah dalam kehidupan bermasyarakat. Seperti adanya konflik, permusuhan, hingga peperangan, tindakan kriminal, dan tindak kejahatan lainnya.
Intinya aku dipandu melihat perjalanan kehidupan di bumi dengan beragam masalahnya. Tak lupa ibu juga memberikan wejangan-wejangan buat aku. Dengan senang hati aku belajar banyak dari apa yang telah dijelaskan ibu ratu.
Tak terasa waktu telah habis, rasanya singkat sekali berkeliling di istana ibu ratu. Akhirnya aku dituntut ke sebuah ruang makan. Beragam hidangan lezat sudah ada disana. Dipandu ibu ratu, aku pun duduk di salah satu kursi. Dan mulailah makan bersama kami dengan lahap. Maklum saja sejak pagi aku belum sarapan.
"Kalista. Hari ini ibu senang sekali, karena Kalista main ke rumah ibu." Ibu ratu membuka pembicaraan setelah makan.
"Kalista juga senang dapat berkunjung bu."
"Jika ada kesempatan datang kesini lagi ya nak. Ibu pasti akan senang." Katanya sembari tersenyum.
"Pasti Kalista akan kesini lagi ibu."
"Baik sekarang pulanglah. Keluargamu sedang mencarimu. Ingat semua pesan ibu tadi ya nak."
"Dan jangan lupa, kamu ini anak yang istimewa. Lakukan kebaikan untuk semua mahluk disekitar kamu. Selalu jaga lisan dan tindakan." Pesan ibu ratu panjang lebar.
"Ibu dan Nyai akan selalu ada disamping kamu nak." Tutup ibu seraya memelukku.
Setelah acara makan dan berpamitan usai. Kalista dengan diantarkan nyai kembali ke daratan. Tentu saja kerumunan ombak tadi datang lagi dan membawa kita naik.
"Terimakasih ya Kalista." Kata Nyai.
"Jangan lupa pesan Ibu Ratu ya." Pesannya.
"Terimakasih juga Nyai. Kalista pasti akan kangen Nyai dan Ibu Ratu." Aku pun memeluk Nyai.
Sebelum benar-benar sampai di daratan. Nyai melambaikan tangan kepadaku dengan tersenyum manis. Lama kelamaan Nyai meninggalkan aku. Sejak saat itu aku tersadar aku berada di rumah sakit.
"Kalista sayang, akhirnya kamu sadar juga nak. Mama sangat khawatir." Suara mama terdengar lirih.
"Mama sayang sama Kalista. Jangan tinggalin mama ya nak." Kata mama lagi ditengah isaknya.
"Sudah ma, Kalista baik-baik saja mama jangan menangis. Nanti Kalista-nya sedih. Kita biarkan Kalista istirahat dulu ya ma." Ajak papa sembari memeluk mama.
Saat itu aku hanya bisa tersenyum menatap mama dan papaku. Lidahku masih terasa kaku untuk mengatakan sesuatu. Namun aku daoat membaca dengan jelas kebahagiaan terpancar di wajah kedua orang tuaku.
**
Setelah itu aku dipindahkan ke ruang rawat pasien.
- Ceklek -
Pintu ruang dimana aku dirawat berdecit, pertanda seseorang memasuki ruanganku. Langkah kaki seseorang itu terdengar jelas di telingaku. Dia semakin mendekat ke arah ranjangku. Aku yang masih memejamkan mataku karena rasa pusing di kepala, berharap orang itu akan mengatakan sesuatu. Supaya aku dapat memperkirakan siapa yang datang itu. Tanpa aku harus membuka mata.
Namun orang itu tak kunjung mengatakan sesuatu. Langkah kakinya terus terdengar di telingaku. Tampaknya dia mengelilingi ranjang tempatku terbaring lemah.
"Siapa ya?" Tanyaku karena aku merasa terganggu dengan kehadirannya.
Tidak ada jawaban dari orang tersebut. Langkah itu kaki terus terdengar.
"Siapa itu?" Tanyaku ulang.
Tetap tidak ada jawaban.
"Jangan bercanda dong!" Pintaku.
Masih tidak ada jawaban.
Sontak aku pun membuka mataku. Ku lihat orang itu saat ini berada di dekat jendela dan menghadap keluar. Seorang anak laki-laki kecil yang seumuran denganku. Dari paras tubuhnya dia seperti saudara sepupuku. Aku pun merasa lega.
"Jangan bercanda dong bang!" Kataku.
Anak itu tak menjawab. Tanpa menghadap ke arahku dia berjalan keluar dari kamar.
"Aneh." Gumamku.
**
Beberapa hari kemudian kata mama, aku telah koma selama lima hari. Padahal aku rasa di dalam laut hanya beberapa jam. Oh, ternyata sejauh itu perbedaan waktu di daratan dan di lautan.
"Ah mama yang benar saja ma?" Tanyaku tak percaya.
"Iya sayang, mama khawatir banget. Dokter saja sudah pasrah. Makanya waktu dapat kabar kamu sadar. Mama bahagia sekali."
"Benar dek, tante khawatir banget sama adek. Setiap hari nangis terus." Sahut Ganjar yang baru saja datang.
"Oh ya kak? Perasanku aku pingsan cuma beberapa jam saja." Jawabku.
"Gak dek. Beberapa hari kamu koma." Bantah Ganjar.
"Darimana kamu tahu Ganjar kalau tante nangis terus?" Tanya mama pada Ganjar.
"Orang kamu saja baru kesini sekarang." Tambahnya.
"Dari cerita mama tante. Hehe." Jawab Ganjar cekikikan.
Ganjar adalah saudara sepupuku yang tak lain adalah anak dari Tante Dwi. Kakak kandung mamaku. Aku dan Ganjar hanya terpaut tiga tahun. Ya, saat ini usianya dua belas tahun. Dia lah orang yang hampir setiap hari bermain denganku. Karena rumah kami bersebelahan.
"Oh iya Kalista. Maaf ya Abang baru datang hari ini." Ganjar meminta maaf.
"Lho bang bukannya kemarin abang sudah kesini?" Tanyaku penasaran. Karena kemarin dia melihat Ganjar di dekat jendela kamarnya.
"Lah gak percaya. Orang waktu semua keluarga bawa kamu ke rumah sakit. Aku aja dititipin di rumah nenek kok. Baru balik ke Jakarta hari ini."
"Itu mungkin dalam mimpi waktu kamu koma kali." Sahut mama.
"Lho jadi yang kemarin siapa?" Tanyaku dalam hati.
Hayo kira-kira siapa ya itu?
Lanjut ke bab berikutnya yuk!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Minhyungmork 99
makasih thor,,,,aq suka cerita ttg perghoib-an,,,, wokey,,,,lanjuuut,,,,
2023-03-29
0
Cansa°
siapapun dia, semoga kagak jahat ya
2021-03-15
0
Radin Zakiyah Musbich
keren thor... ❤️❤️❤️
🦊ijin promo ya🦊
jgn lupa mampir di novel dg judul "AMBIVALENSI LOVE"
kisah cinta beda agama.... 🦊
ku tunggu feed back nya ya 🙏🙏🙏😁
2020-10-01
0