"Aww." Aduh Lia ketika batu itu dipaksa dikeluarkan dari telapak tangannya.
Gurunya itu terus berusaha untuk mengeluarkan batu kerikil yang masuk kedalam telapak tangan Lia. Lia kini sudah bercucuran air mata. Tidak bisa dipungkiri tangannya sangat kesakitan saat ditekan seperti itu.
Akhirnya sang guru merobek sedikit telapak tangan Lia menggunakan jarum supaya ada lubang untuk mengeluarkan batu kerikil tersebut. Setelah menunggu beberapa menit akhirnya selesai juga.
"Ayo aku anter kekelas." Ucap anak laki-laki tersebut.
Lia kini berjalan beriringan dengan dimas. Lia yang merasa tidak nyaman mencepatkan langkahnya dan segera menuju kekelas.
"Enaknya kita apain dia yha?." Ucap anak perempuan dari kejauhan melihat Lia dan Dimas.
"Besok gimana aku ada rencana." Ucap mereka bertiga.
Kring kring suara bel sekolah berbunyi anak anak semua duduk dibangku mereka masing-masing.
"Lia ini hasil ulangan mu." Ucap Yudha menyerahkan lembar jawaban yang berisi nilai itu.
Miris sekali Lia melihat hasilnya sendiri. Dia tidak pernah mendapatkan nilai sempurna. Lebih menderita lagi tidak ada remidial membuat Lia pilu dengan nilai yang dibawah standar KKM tersebut.
"Anak-anak sudah tidak ada lagi pembelajaran kalian diperbolehkan untuk pulang." Ucap guru tersebut menutup jam pelajaran.
Semua anak-anak bersorak ria. Lia segera mengemasi barang-barangnya. Hari yang tenang untuk Lia hari ini disekolah. Tidak ada banyak hal yang terjadi pada dirinya.
Kring kring bel sepeda saling bersautan anak-anak seusia Lia ada yang berangkat menggunakan sepeda gayung untuk Kesekolah.
Tiba-tiba ada seseorang menggunakan sepeda gayung berhenti dihadapan Lia. Lia yang melihat anak laki-laki tersebut jadi bingung.
"Aku bonceng mau?." Ucap Dimas menawarkan tumpangan.
"Cicuit."
"Cieee Lia..."
"Astaga Dimas kayak gitu ke Lia."
"Dimassss aku gak ditawarin?."
"Dimas gonceng aku aja."
Semua erangan anak perempuan yang ngefans dengan Dimas itu didengar jelas oleh lia. Sedangkan Lia yang mendapatkan tawaran itu menatap malas dan segera melangkah tanpa menatap Dimas dan para temen-temennya itu ada juga adik kelasnya.
"Dihh gadis sombong."
"Dasar belagu."
"Pasti dia tuh mau tapi malu."
"Sok jual mahal."
Kata-kata itu semua ditujukan kepada Lia. Dimas yang merasa dirinya tidak dihargai itu tidak ingin ambil pusing. Dia segera menggayuh sepedanya menuju rumahnya.
Lia yang melihat Dimas sudah ada didepannya jauh meninggalkan dirinya juga tidak peduli.
PRIANGG piring kaca itu terlempar tepat jatuh didepan Lia. Lia yang baru saja datang dari sekolah itu sangat kaget dengan keadaan rumahnya. Semua barang berada dimana.
Lia yang melihat sang adik duduk memojok itu segera menggendongnya dan membawanya kekamar dirinya.
"Kakak kenapa mamah papah selalu berantem yha." Tanya sang adik sedu melihat perkelahian orang tuanya.
Lia yang juga tidak tau harus bagaimana hanya bisa diam dengan pertanyaan adiknya. Lia juga tidak tau apa penyebab perkelahian orang tuanya itu.
"Adik udah makan?." Tanya Lia mengalihkan pertanyaan sang adik tadi.
"Belom kak mamah tadi buat nasi goreng sedikit cuma untuk mamah aja." Ucap sang adik kemudian berbaring diatas kasur milik Lia itu.
Setelah selesai mengganti baju Lia segera menuju kedapur untuk membuat makanan. Lia melihat isi dapur itu cukup berantakan bahkan piring-piring kotor itu masih berserakan.
Lia segera menanak nasi karena tidak ada nasi sama sekali. Dia juga membuat telur dadar berisi irisan daun bawang hanya itu saja yang dia masak.
Setelah selesai memasak Lia mencuci perabotan juga membersihkan ruang depan. Lia tidak tau kenapa orangtuanya selaku berantem seperti ini bahkan orangtuanya baru saja pulang dari kampung.
'apakah ada masalah dikampung?.' tanya Lia dalam hati.
"Kakak." Panggilan sang adik membuyarkan lamunannya.
"Ada apa?."
"Udah jadi masakannya?." Tanya sang adik yang menahan lapar pada dirinya.
"Udah nanti kakak ambilin yha." Ucap Lia segera menyelesaikan tugas bersih-bersihnya.
Lia mengambil cukup banyak nasi dan sebotol air minum untuk dibawa kekamarnya. Dia ingin dikamar saja untuk menenangkan isi hatinya ini.
"Aaa." Ucap Lia menyuapi adiknya. Lia sangat senang melihat reaksi sang adik yang lahap menyantap nasi dan telur dadar tersebut.
Cukup dengan melihatnya adiknya sepeti ini rasa laper diperut Lia pun juga hilang.
"Udah kak aku udah kenyang." Ucap sang adik kemudian meminum air yang ada dibotol tersebut.
Kini giliran Lia yang makan. Namun tiba-tiba suara pintu terbuka. Lia kaget dan segera bangun.
"Kakak?." Lia merasa takut karena kakaknya tiba-tiba masuk.
"Mamah papah kapan pulang." Tanya sang kakak yang sudah duduk diatas kasur milik Lia tersebut.
"Enggak tau tadi baru pulang udah bertengkar." Jawab Lia sambil melanjutkan kegiatan makannya tersebut.
"Dik kapan tadi pulang?." Tanya kakak Lia kepada adiknya yang bungsu tersebut.
"Tadi jam 9." Jawab sang adik sambil asik memainkan mobil-mobilan miliknya itu. Dia membawa mainan masuk kekamar Lia saat menghampiri Lia tadi.
"Kakak udah makan?." Tanya Lia sekaligus menawarkan makanan kepada sang kakak.
"Udah tadi masih kenyang entaran aja." Sang kakak asyik bermain dengan adik bungsunya itu.
Lia yang melihat keakraban kakaknya itu sangat tersentuh. Lia segera mencuci piring yang dia gunakan untuk makan tersebut.
"Lia buatin papah mie kuah." Ucap sang ayah menghampiri Lia didapur.
"Pakai cabe pah?."
"Gak usah."
"Telur, sayur?." Tanya Lia menanyakan paket komplit kepada sang ayah.
"Boleh juga." Kemudian sang ayah meninggalkan Lia yang mulai memasak mie.
Selang beberapa menit saat mienya sudah matang sang ibu kemudian masuk kedalam dapur. Sang ibu mengecek lauk yang ada dimeja makan.
"Awas." Ucap sang ibu menyuruh Lia segera menyingkir dari kompor.
Lia segera menaruh panci kotornya ditempat cuci piring.
"Ahhh panas." Lia mengaduh saat kakinya terkena air cipratan yang ada dipanci.
"Bawa itu aja gak bener." Ucap sang ibu kemudian menghidupkan kompor.
Lia segera membawakan mie tersebut untuk sang ayah. Belum selesai Lia menaruh mangkuk mie milik sang ayah dirinya sudah dipanggil oleh sang ibu tercinta.
"LIAAA." Mendengar teriakan sang ibu Lia segera menghampiri ibunya itu.
"Ada apa mah?." Tanya Lia saat sudah berada didapur.
"Bantuin mamah buat sambal."
Mendengar itu Lia segera mengupas bawang merah dan membersihkan cabe.
"Nanti selesai itu belanja yha mamah kasih daftar belanjaan."
"Iya mah." Setelah selesai Lia menyiapkan bahan untuk membuat sambal, dirinya menggoreng bawang dan cabe tersebut kemudian dia ulek menjadi sang sambel.
"Mah udah selesai." Lia menghampiri ibunya yang berada dikamar.
"Nih." Ucap sang ibu menyerahkan daftar belanjaan dan uang kepada Lia.
Lia membaca satu persatu daftar belanjaan dan segera berjalan kewarung.
"Astaga." Lia yang sudah setengah perjalanan itu segera berlari menuju rumahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Qirana
Dukungan untuk Author tersayang
7in1 💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕
⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐
🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿
2021-09-18
0
👑~𝙉𝙖𝙣𝙖𝗭𝖊𝖊~💣
wah teman dari kecil🙂
2020-09-30
1
Sept September
hi Kak aku mampir yaaaa
2020-09-13
1