"Kak gimana sih caranya biar mama mau terima Alya di keluarga kita?" Curhatan sang adik kepada kakak yang lebih berpengalaman soal restu mama pastinya. Mereka mengobrol berdua. Ema adalah orang yang paling mendukung apapun yang terbaik untuk adiknya berbeda karakter dengan mama yang selalu mendahulukan bibit, bebet, dan bobot tapi kalau Ema yang penting bahagia dan selalu bisa menjadi contoh untuk pasangannya, itu saja.
"Kamu ajak mama aja jalan-jalan hari ini, ajak juga Alya biar mereka dekat."
"Bener sih kak tapi aku ragu ajak mama dan Alya jalan-jalan."
"Kamu harus berani ajak mereka berdua, nah pas kalian sudah berada di restoran kamu tinggalin mereka berdua. Biarin mereka saling ngobrol satu sama lain biar sama-sama akrab." Ide yang bagus pikir Abrar. Ia pun langsung saja menghubungi Alya agar siap-siap di rumah untuk di jemput.
"Kamu siap-siap ya, aku bakalan jemput kamu hari ini." - Terkirim.
"Sudah kamu. Makasih ya kak, aku ganti baju dulu." Sebelum berdiri mama pun melintas di hadapan mereka berdua.
"Mau kemana? Ngomongin apa aja sih kalian?"
"Mah ganti baju yuk, aku mau ngajak jalan nih," suruh Abrar dengan begitu manja sekali agar mama mau ikut. Untungnya Abrar punya kakak yang baik, ia pun mendukung Abrar dan pro ke adiknya.
"Ya udah deh mama ganti baju, kamu jangan aneh-aneh ya." Mama pun langsung saja menuju ke arah kamar begitupun oleh Abrar.
***
Dari tadi tak sampai-sampai juga di mall atau di restoran yang ada di mall. Muncullah pertanyaan di benar mama. "Kita mau kemana sih?" Karna tak sampai.
"Kita bakalan jemput Alya, nah itu rumahnya," tunjuk Abrar ke salah satu rumah yang ada di depannya.
"Itu rumah Alya? Kecil sekali ya." Abrar menatap mama, kenapa mama malah menanyakan hal ini kepada Abrar.
"Aku turun dulu ya mah, mau jemput dia." Abrar pun turun mengetuk pintu rumah.
"Assalamu'alaikum."
"Assalamu'alaikum," ketuknya. Ketukan kedua aku pun membukakan pintu untuk Abrar.
Aku sudah siap untuk jalan malam hari ini, aku belum tau kalau misalnya ada mamanya Abrar di dalam mobil.
"Ya udah yuk ikutan ke dalam mobil bareng sama mama."
"Mama?" batinku.
"Ya udah." Abrar mengajakku masuk ke dalam mobilnya. Ternyata benar ada mamanya ada di dalam mobil duduk di bangku depan.
"Hallo tante." Aku berusaha untuk sopan tapi terlihat sekali tanggapannya ketus sekali.
"Hallo."
"Kita hari ini bakalan ke restoran bareng bertiga."
Tak ada jawaban sama sekali dariku atau mama Abrar kita hanya diam saja.
***
Aku di apit oleh mamanya Abrar dan Abrar, ibaratnya aku berada di tengah-tengah mereka berdua. Aku merasa tak nyaman, aku melihat gestur mamanya Abrar yang menjaga jarak terhadapku. Aku tahu itu! Tak aku berusaha untuk merasa nyaman. Abrar mengajak kami ke restoran panggangan mereka katanya. "Kalian nanti ngobrol-ngobrol aja ya. Soalnya aku pengen ke tempat temen sebentar." Abrar menarik kan bangku kosong dan mempersilahkan mamanya duduk dan setelah baru aku di perlakukan hal yang sama.
"Kamu mau kemana sayang?"
"Mama sama Alya aja ya? Biar saling kenal satu sama lain."
Abrar pun memesan makanan di restoran seperti biasa, begitupun aku yang baru kedua kalinya ke sini itupun kalau di ajak oleh Abrar.
"Mungkin habis ini biar gue tinggal, kali aja mereka bakalan akrab kalau gue tinggal," batinnya. Ide macam ini? Bisa buruk dan merugikan.
"Mah aku tinggal sebentar gak papa kan? Kalian ngobrol aja berdua ya?" Abrar pun pergi begitu saja meninggalkan kami berdua.
Aku meminum minuman yang sudah pesan tadi. Aku merasa ada sesuatu yang ingin di ungkapkan oleh mamanya Abrar kepadaku. Setelah Abrar pergi, mulailah pembicaraan kami berdua. "Ehem."
"Iya Tante?"
Mamanya Abrar menatap begitu tajam sekali menatapku. Ada apa? Dan kenapa? "Saya ingin kasih tau sesuatu ke kamu boleh? Saya harap kamu mengerti dan segera melakukannya. Mau?"
"Boleh," batinku dalam hati. Ada apa ini?
"Boleh apa itu tante."
"Kamu jangan kasih tau ini ke mama kamu ya. Dan jangan sesekali kamu mengadu kepada Abrar anak tante, sampai dia tau itu tandanya dia tau dari kamu."
"Tante pengen kamu dan Abrar untuk berpisah dan tak usah lagi menjalani hubungan berdua. Tante ingin anak tante bersama perempuan yang sepadan."
"Tante?"
"Kenapa? Tante tau kalau hubungan kalian sudah lama tapi sudah saatnya kamu meninggalkan Abrar secepat mungkin," jawabnya yang membuatku sedikit tak merasa di hargai sama sekali oleh mamanya.
"Tante harap kamu mengerti. Dan tante juga rencananya akan menjodohkan anak tante dengan anak teman tante yang sepadan juga. Yang sama seperti keluarga kita. Kamu tau kan kakaknya Abrar yang bernama Ema?"
Aku mengangguk. "Kenapa tante?"
"Dia ingin menikah, dan baru tante kasih restu karna jodohnya sepadan dengan dia dan asal kamu tau selama ini tante tak memberi restu kepada pacar-pacar dia terdahulu." Rasanya sesak sekali ketika mama orang yang aku cintai selama ini. Apa mungkin selama ini alasan Abrar tak mengajakku tak berkunjung juga ke rumahnya? Apa itu adalah hal yang benar?
"Tapi apa salah tante mencintai anak tante?"
"Salah sekali. Kalian tidak pantas satu sama lain, kalian tidak cocok karna kalian berbeda kasta. Saya tau ini kurang sopan tapi saya ingin anak saya bisa mendapatkan yang lebih baik. Saya rasa atau tante rasa kalau kamu memiliki anak juga bakalan melakukan hal yang sama untuk anak kamu nantinya." Benar, aku ingin mendapatkan yang terbaik untuk anakku kelas. Tapi soal tahta dan soal sosial yang di pilih tapi lebih ke attitude yang nomor satu yang ku dahulukan. Aku sangat menghargai mamanya Abrar mengatakan hal ini.
***
Tak berapa lama Abrar pun datang dengan begitu santainya, ia tadi sempat melambaikan tangannya. "Wah seru banget kalian maaf banget ya agak lama. Tapi kalian seru kan?" Aku tersenyum saja ucapan dari Abrar yang seperti itu.
"Mama pengen pulang nih, kita pulang dulu yuk. Mama capek."
"Lah baru aja makan, belum jalan-jalan gimana sih mah?"
"Mama capek, mama udah tua pengen istirahat di rumah brar."
"Ya udah deh kalau gitu kita langsung pulang ya!" Aku hanya mengikuti langkah dari Abrar dan mamanya. Seolah aku orang asing. Memang orang asing ketika berada di samping mama Abrar. Pertemuan pun ini kedua kalinya. Kami pun menuju ke area parkiran, jadi perjalanan hari ini hanya ke restoran untuk makan dan di wejangan dari mamanya Abrar.
-----
Aku hanya diam saja di dalam mobil. Kepikiran dengan ucapan mamanya tadi di restoran begitu masih sangat terngiang. "Kamu kok diam aja sih?"
"Gak kok gak papa, mungkin efek ngantuk kali ya."
"Gimana tadi ngobrol apa aja sama mama?"
"Seru kok, seru banget. Aku langsung masuk ke dalam aja ya mas, makasih udah ngajakin aku makan bareng sama mama kamu. Makasih banyak udah nanganterin aku balik ke rumah," suaraku terdengar begitu serak sekali, aku mencoba untuk tetap seperti biasa aku takut apabila Abrar tau kalau aku sedang menahan tangis.
"Iya nanti aku ajak ke keluarga besar lagi oke? Yang lebih luas biar kalian saling mengenal satu sama lain oke?"
"I---iya. Masuk dulu ya. Hati-hati ya mas pulangnya."
"Ya udah dah..." Abrar pun melambaikan tangan. Abrar menungguku sampai benar-benar masuk ke dalam rumah baru mobil melenggang pergi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Nur hikmah
ko g jujur aj c alya..uuh
2021-10-01
0