Bagian 3. Di Ruang Keluarga

Makanan pun tersedia di meja makan saatnya untuk disantap keluarga besar yang sudah pakai komplit melengkapi bangku bangku yang kosong. Abrar tak sabar lagi untuk menyantapnya. Obrolan-obrolan ringan pun berubah menjadi obrolin yang sedikit berat. "Cie sekarang bentar lagi bakalan jadi ibu rumah tangga."

"Iya nih mah bentar lagi jadi ibu rumah tangga. Siap-siap harus siap siaga sama suami dan siap-siap juga buat nanti punya anak," ucap Ema yang berbeda sekali ketika beberapa tahun kebelakang yang masih manja dan masih kekanak-kanakan kini berubah menjadi sosok yang keibuan dan dewasa. Semakin berjalannya waktu akan seperti itu manusia akan berubah ketika di waktu yang tepat.

"Rencananya kalian akan menikah kan di bulan akhir? Emang jadikan?" tanya mama kepada Ema kakak pertama Abrar. Kebetulan mereka sedang duduk di meja makan. 

"Iya mah, kayaknya sebulan lagi, persiapan sudah hampir selesai kok. Ya kali mah kalau enggak jadi mah ribet mau cari cowok yang kayak gimana lagi kan mantan-mantan aku semuanya enggak mama setujuin kecuali sama mas Benny? Akhirnya aku dapat restu juga dari mama." 

"Bagus dong. Pokoknya kamu harus jadi istri yang baik ya bagi suami kamu. Bukannya mama pilih-pilih ya karena pengen anak mama bisa nemuin orang yang bener-bener sayang sama dia dan bisa ngejagain anak kesayangan mama yang lama rawat selama ini dari kecil sampai sekarang." 

"Iya dong mah, pastinya," sahut Ema yang begitu santai sekali menjawab ucapan mama. 

"Pada kita dan keluarga dia menjadi keluarga bersama kamu sebagai anak harus menjaga harkat dan martabat keluarga kita dan kamu harus jadi istri yang penurut kepada suami kamu sendiri nantinya." 

Oke sekarang giliran Abrar. 

"Abrar," panggilnya di hadapan warga yang lain.

"Iya mah?"

"Kamu masih saja ya pacaran sama perempuan itu? Kenapa gak kapok juga sih buat jalanin hubungan? Kenapa kamu berani sekali ajak dia ke sini kemarin? Kenapa kamu bawa dia ke pesta Chilla?" 

"Mah, mama kan tau kalau misalnya aku cinta dan sayang dia dengan tulus dan kita juga udah lama juga kok saling kenalnya." Ema hanya bisa menatap kedua mata adiknya yang begitu fokus sekali menjawab. 

"Kamu contoh kakak kamu, apakah kamu bisa cari yang sepadan dan dia. Masa kamu nggak bisa sih?" 

"Mah semua orang tuh punya cerita dengan masing-masing orang itu punya caranya untuk mendapatkan apa yang dia inginkan. Jadi nggak bisa disamaratakan mah semua orang itu beda-beda. Mama dan papa aja beda iya kan?" 

"Kamu jangan cantik itu ngomong sama mama ya udah berani sekarang?" 

"Udah-udah di meja makan nggak boleh ngomong kayak gitu."

Abrar merasa tak terima apabila mama menjelek-jelekkan Alya, karena Alya tidak seperti apa yang dibilang. Alya adalah gadis sederhana dan baik yang selama ini tidak pernah seperti orang-orang pikir. Tak berapa lama Benny pun datang, dia adalah calon suami Ema yang sudah direstui hubungannya mereka berdua oleh mama dan papah karena mereka sama-sama berprofesi sebagai dokter. Benny salim kepada kedua orang tua yang duduk mengapit Ema kanan dan kiri. "Hallo tante hallo om assalamua'laikum." 

"Waa'laikumsalam." 

"Maaf banget ya aku telat datangnya tadi kebetulan di jalan ada macet jadi terpaksa deh buru-buru datang ke sini takut telat soalnya." 

"Jangan buru-buru juga ntar kalau misalkan ada apa-apa kayak gimana jangan ngebut ya!" 

Kedekatan antara Benny dan mama begitu dekat sekali. Diantara pacar-pacar Ema yang lain hanya Benny yang direstui oleh mama dan papah, karena selain berprofesi yang sama dengan anaknya dia juga memiliki paras yang ganteng yang bisa sepadan dengan Ema. 

"Kamu lapar? Ya udah yuk makan?" 

"Nggak usah tante nggak papa kok aku udah kenyang tadi di rumah udah makan juga. Aku kesini cuma pengen silaturahmi aja pengen deket sama keluarga yang ada di sini. Abrar kamu kenapa?"

Abrar hanya menggeleng pertanyaan dari Benny. Ia sudah galau dengan pertanyaan dan ocehan mama tadi. "Nggak papa nggak papa kok." Karena Abrar adalah status adik dari Ema maka ia tidak terlalu menanyakan sesuatu yang terlalu berlebihan. 

Ema pun berbisik kepada Benny. "Biasa dia lagi galau jadi gitu deh mukanya dan raut wajahnya nggak bisa ditebak sama sekali." Benny mengangguk dengan paham ucapan dari Ema tersebut.

"Oh iya rencananya kamu mau kenalin temen kamu sama Abrar kan? Kapan?" 

"Hah?" 

Abrar langsung saja menatap kedua mata Ema dengan tatapan yang begitu sangat tajam seolah-olah ia berharap agar kakaknya tak menyambut pertanyaan dari mama. "Nggak tau juga mah nanti deh aku urus lagi."

"Mampus gue bisa-bisa gue di musuh yang sama Abrar!" Gumamnya dalam hati yang memposisikan ketika ia ditanya seperti itu oleh mama. 

"Mau ke mana kamu Abrar?" Abrar sudah merasa tak nyaman dia pun memundurkan bangku yang ia duduki di sedari tadi, permisi untuk ke kamarnya kalau punya percakapan hanya dengan gerak-gerik mereka pun tahu maksud dan tujuan Abrar tersebut.

"Abrar ngantuk kali mah." 

"Masih ngantuk udah jam segini? Biasa juga larut malam?" Geleng mama dengan singkat. Abrar melangkahkan kaki menuju ke arah kamar ia langsung saja mengunci kamarnya dengan cepat. Ia bete banget ketika mama bersikap seperti itu. Seharusnya mama tidak perlu ikut campur karena ia merasa dirinya sudah dewasa tidak perlu diatur-atur seperti anak kecil lagi ya sudah bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk untuk kedepannya nanti. Perkara baik atau tidaknya itu balik lagi ke konsekuensi yang dipilih oleh Abrar sebagai seorang anak. 

***

Abrar masuk ke dalam kamarnya. Ini sama sekali tak terima dengan ucapan mama tadi di ruang tamu. "Kenapa sih mama kayak gitu banget menilai Alya. Padahal kan yang dinilai itu hatinya. Apa besok gua ajakin dia buat ketemu mama lagi ya atau ajakin ke mall biar mereka bisa saling mengenal satu sama lain lebih jauh?" Sepertinya ide yang bagus Abrar pun mengirimkan pesan teks kepada Alya kalau misalkan besok dia akan mempertemukan ibu dan calon yang Insya Allah akan di nikahnya nanti. 

Ia berinisiatif untuk menelpon Alya. 

Alya 

"Hallo, tumben kamu nelfon aku?" 

"Kamu lagi ngapain? Besok kamu ada waktu nggak aku pengen ngajakin kamu ke rumah?"

Alya 

Ekspresinya begitu terkejut sekali ketika mendengar ajakan untuk rumah kedua kali. "Ngapain aku ke rumah kamu lagi bukannya udah kemarin?" Pertanyaan macam apa ini seharusnya Alya merasa senang ketika ia sering untuk diajak ke rumah Abrar pacarnya itu tandanya Abrar serius. 

"Kok kamu ngomongnya kayak gitu sih aku pengen kenalin kamu sama mama lebih jauh lagi biar mama tuh nggak salah sangka sama kamu."

Alya

"Salah sangka?"

"Enggak maksud aku, aku pengen kamu kenal lebih jauh aja sama mama biar lebih akrab dan lebih kenal aja satu sama lain. Kamu jangan salah paham dulu kamu mau kan nanti ke rumah?"

Alya

"Ya udah deh kalau gitu nanti aku ke rumah kamu ya."

"Ya udah kalau gitu. Kamu kalau misalkan pengen tidur jangan lupa berdoa ya semoga doa kamu diijabah sama Allah dan semoga tidur nyenyak dan mimpiin aku di tidur kamu yang indah itu."

Alya 

"Apaan sih kamu suka banget gombal dari dulu nggak pernah berubah sama sekali." 

"Hahaha ya iyalah aku nggak akan pernah berubah kan cintanya aku cuma kamu." Entah tahu kenapa ketika Abrar teleponan dengan Alya mood yang awalnya rusak dan nggak mood sama sekali berubah menjadi mood bahagia dengan cara yang sangat sederhana.

Episodes
1 Bagian 1. Bertemu Orang Tua
2 Bagian 2. Tak Direstui
3 Bagian 3. Di Ruang Keluarga
4 Bagian 4. Terhalang Restu
5 Bagian 5. Larangan Mama
6 Bagian 6. Bertemu Mempelai
7 Bagian 7. Mencomblangkan Mereka Berdua
8 Bagian 8. Siapa Dia?
9 Bagian 9. Iya Siapa?
10 Bagian 10. Meninggalkan Olivia
11 Bagian 11. Merasa Aneh
12 Bagian 12. Masalah Percintaan
13 Bagian 13. Mama Ulang Tahun
14 Bagian 14. Dicuekkin
15 Bagian 15. Memperkenalkan Sania
16 Bagian 16. Alya Galau
17 Bagian 17. Keluh Kesah
18 Bagian 18. Acara Keluarga
19 Bagian 19. Menuju
20 Bagian 20. Ingin Dipisahkan
21 Bagian 21. Salah Paham
22 Bagian 22. Curahan Hati Abrar
23 Bagian 23. Acara Sakral
24 Bagian 24. No Tak Dikenal
25 Bagian 25. Menjauh
26 Bagian 26. Kampung Halaman
27 Bagian 27. Panik
28 Bagian 28. Abrar Mencari Alya
29 Bagian 29. Putus
30 Bagian 30. Masalah
31 Bagian 31. Terus Berusaha
32 Bagian 32. Frustasi
33 Bagian 33. Ema Hamil
34 Bagian 34. Banyak Maunya
35 Bagian 35. Restu Tak Berpihak
36 Bagian 36. Belajar Melepas
37 Bagian 37. Memutuskan Pergi
38 Bagian 38. Pernikahan?
39 Bagian 39. Romantis
40 Bagian 40. Romansa
41 Bagian 41. Bagiannya
42 Bagian 42. Canggung
43 Bagian 43. Tak Sengaja Bertemu
44 Bagian 44. Salah Paham
45 Bagian 45. Apa Yang Dilakukan?
46 Bagian 46. Mama Merestui
47 Bagian 47. Masa Depan Didepan Mata
48 Bagian 48. Berhasil
49 Bagian 49. Masalah Lagi
50 Bagian 50. Restu Mama
51 Bagian 51. Galih Menikah
52 Bagian 52. Rasa Indah
53 Bagian 53. Masa Depan
54 Bagian 54. Menyampaikan Niat Baik
55 Bagian 55. Janji Kita
Episodes

Updated 55 Episodes

1
Bagian 1. Bertemu Orang Tua
2
Bagian 2. Tak Direstui
3
Bagian 3. Di Ruang Keluarga
4
Bagian 4. Terhalang Restu
5
Bagian 5. Larangan Mama
6
Bagian 6. Bertemu Mempelai
7
Bagian 7. Mencomblangkan Mereka Berdua
8
Bagian 8. Siapa Dia?
9
Bagian 9. Iya Siapa?
10
Bagian 10. Meninggalkan Olivia
11
Bagian 11. Merasa Aneh
12
Bagian 12. Masalah Percintaan
13
Bagian 13. Mama Ulang Tahun
14
Bagian 14. Dicuekkin
15
Bagian 15. Memperkenalkan Sania
16
Bagian 16. Alya Galau
17
Bagian 17. Keluh Kesah
18
Bagian 18. Acara Keluarga
19
Bagian 19. Menuju
20
Bagian 20. Ingin Dipisahkan
21
Bagian 21. Salah Paham
22
Bagian 22. Curahan Hati Abrar
23
Bagian 23. Acara Sakral
24
Bagian 24. No Tak Dikenal
25
Bagian 25. Menjauh
26
Bagian 26. Kampung Halaman
27
Bagian 27. Panik
28
Bagian 28. Abrar Mencari Alya
29
Bagian 29. Putus
30
Bagian 30. Masalah
31
Bagian 31. Terus Berusaha
32
Bagian 32. Frustasi
33
Bagian 33. Ema Hamil
34
Bagian 34. Banyak Maunya
35
Bagian 35. Restu Tak Berpihak
36
Bagian 36. Belajar Melepas
37
Bagian 37. Memutuskan Pergi
38
Bagian 38. Pernikahan?
39
Bagian 39. Romantis
40
Bagian 40. Romansa
41
Bagian 41. Bagiannya
42
Bagian 42. Canggung
43
Bagian 43. Tak Sengaja Bertemu
44
Bagian 44. Salah Paham
45
Bagian 45. Apa Yang Dilakukan?
46
Bagian 46. Mama Merestui
47
Bagian 47. Masa Depan Didepan Mata
48
Bagian 48. Berhasil
49
Bagian 49. Masalah Lagi
50
Bagian 50. Restu Mama
51
Bagian 51. Galih Menikah
52
Bagian 52. Rasa Indah
53
Bagian 53. Masa Depan
54
Bagian 54. Menyampaikan Niat Baik
55
Bagian 55. Janji Kita

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!