Sampailah mereka di suatu taman, perasaanku sudah tidak enak dikarenakan wajah dari mamanya Abrar tampak berbeda sekali. Tapi aku berusaha untuk tetap baik kepada beliau karena beliau adalah mamanya aparat orang yang aku cintai selama ini. "Kamu ngapain sih ngajak mama ke sini? Mama tuh banyak kerjaan di rumah enggak bisa ngurusin kamu terus di sini?" Ketus sekali ucapannya yang sengaja mengatakan itu disampingku.
"Udah lama aku ngajak kesini ini sama Alya karena aku tahu mama bosan kan kalau di rumah terus?"
"Iya tapi kan kita bisa bareng-bareng sama keluarga dirumah nggak usah sama orang lain kan jadi sepi." Mamanya Abrar seperti itu tanpa memperdulikan aku ada di sampingnya. Tapi aku harus berusaha untuk sabar.
"Mama maunya apa? Biar aku beliin?"
"Mama mau es krim."
"Ya udah deh mama tungguin sini ya aku beli es krim dulu. Alya kamu mau es krim juga?" tanyanya kepadaku dan aku hanya menjawab dengan anggukan biasa.
Kami pun di tinggal berdua saja di sini. Aku dan mamahnya Abrar terlihat aneh sekali dan canggung seperti orang asing yang tidak pernah ketemu sama sekali atau bertemu. "Sudah berapa kali sih saya bilang kamu jangan dekat-dekat sama Abrar lagi. Saya tuh nggak suka sama kamu aja kalian SMA saya sudah enggak merestui Abrar sama kamu tapi saya cukup diam dan memberikan kesempatan untuk kalian dekat di waktu SMA. Namun setelah kalian lulus kenapa kalian masih berhubungan? Kamu tahukan tante sama sekali enggak restui sama anak saya?"
"Tapi tante saya sayang sama anak tante saya enggak mengharapkan uangnya tapi saya cinta karena dia baik sama saya dan dia sayang dia sayang dengan saya." Sama sekali tidak ada dengan ucapanku, apa yang kulakukan adalah yang sebenarnya terjadi memperlakukanku anaknya sendiri yang benar-benar baik kepadaku Jadi tidak ada yang melebih-lebihkan dari ucapanku hari ini namun ternyata mamanya menolak perasaan hubunganku bersama anaknya.
"Mulai sekarang kamu harus menjauhi Abrar. Asal kamu tahu ya dia udah mulai dijodohkan sama anak temen tante sendiri dan asal kamu tahu jodoh Abrar nanti itu bukan kamu tapi melainkan orang yang sudah tante temukan selama ini dan tante harapkan. Kamu menjauh secara keseluruhan dan jangan kamu menang ntar kalau kamu menentang lihat aja nanti akibatnya." Panjangnya yang membuatku langsung bergetar. Aku tak menyangka ternyata orang kaya seperti ini sifatnya dia walaupun tidak semua orang bersikap seperti ini yang tidak merestui hubungan antara anaknya dan kekasihnya hanya sebatas level dan kasta belakang. Aku mencoba untuk tidak menjatuhkan air mata karena aku tahu aku manusia yang tegar aku ingin berjuang demi cintaku yang selama ini baik banget walaupun orang tuanya tidak merestui hubungan kami.
***
Aku mencoba tidak mengecewakan Abrar aku mencoba untuk tidak mengatakan ini. Namun perlu diingat aura wajah ku tidak bisa dirubah 100% tapi aku berusaha untuk merubahnya agar tidak ada kesalahpahaman antara ibu dan anak.
Akhirnya Abrar datang Juga menghampiri kita berdua. "Ini buat Alya satu dan buat mama satu, kebetulan tadi aku udah makan duluan di sana jadi buat kalian aja mungkin dahaga kalian bisa lebih mengejutkan kalau misalkan makan es krim ini."
"Makasih ya." Kebetulan sekali dahagaku terasa kering karena terakhir tadi aku minum pas di rumah sebelum di jemput Abrar.
"Eh udah lama banget ya kita nggak ke sini terakhir pas kita waktu SMA." Ternyata tempat ini tempat mereka bernostalgia ketika mereka masih duduk di bangku SMA tak pernah terlupakan sedikitpun digunakan Abrar oleh tempat ini. Bahkan ketika masih memiliki badan yang kurus seperti orang yang kurang gizi. Tidak terasa waktu berjalan begitu cepat kini hubungan mereka hampir sekitar 4 tahun berjalan.
"Iya terakhir pas SMA bunga-bunganya juga masih lebat yang sekarang. Mungkin karna banyak yang ngerawat kali ya." Dan begitupun dengan aku sama sekali tak merupakan tempat ini walaupun kita jarang ke sini tapi aku masih sangat ingat sekali ketika Abrar mengajakku ke sini.
"Iya sih banyak banget, enak banget kayaknya sejuk gitu makanya bisa bagus kayak gini."
Mama merasa panas ia pun melakukan aksinya untuk membuat onar di antara keduanya. Ternyata tiba-tiba saja es krim yang ada di tangan mamanya Abrar langsung saja menyentuh rok yang berwarna putih yang kukenakan. "Astaghfirullahaladzim." Refleks demikian.
"Kok bisa kayak sengaja gitu sih mah? Kamu nggak papa kan? Kamu ada tisu enggak kalau misalka! nggak ada tisu aku beliin ya?"
"Nggak usah nggak papa kok. Nanti kalau dicuci bakalan hilang juga jadi santai aja ya."
"Nggak-nggak sengaja sama sekali mungkin karena tangan mama udah benua kali makanya nggak bisa megang yang berat-berat termasuk es krim yang ringan kayak gini." Sahut mama yang mengalir begitu saja menjawab dari pertanyaan dari Abrar.
"Ya udah kalau gitu." Abrar pun tak mempermasalahkannya lagi. Aku mengambil sisa tisu yang ada di dalam tasku lalu mengelapkan kebagian rokku agar sedikit lebih memudar warnanya nanti mungkin ketika di rumah akan aku cuci langsung dan aku jemur.
"Maafin mama ya, mama enggak sengaja."
"Kamu jangan terlalu berlebihan cuma tumpahan es krim doang nanti dicuci udah hilang!"
Tempatnya begitu indah sekali bermacam-macam warna ada disini terutama bunga-bunga yang sangat subur sekali yang membuat mata memandang sangat menikmatinya.
***
Ema pun menghampiri mereka berdua dia ingin berangkat tugas hari ini. "Mama dari mana aja kok kayak capek banget?"
"Dari taman tadi sama Abrar dan sama perempuan itu."
"Dia punya nama mah namanya Alya!"
"Jadi kita tuh tadi ke taman bertiga kakak sih nggak bisa ikutan kerja terus nanti kalau misalkan hari libur kita jalan-jalan yuk bareng-bareng sama keluarga besar sama calon suami kakak dan sama pacar aku juga." Ema mengangguk dan tersenyum ajakan dari Abrar.
"Oh gitu ya, ya udah di lanjut aja obrolannya, aku berangkat dinas dulu." Ema pun salim kepada mama dan menepuk bahu Abrar dengan gemas sekali.
"Ya udah hati-hati ya."
"Iya mah assalamua'laikum," pamitnya.
Setelah Ema pergi terlintaslah di pikiran mama. "Mama mau nanya deh sama kamu?"
"Kamu maukan wujud-in apa yang mama pengen dari kamu?"
"Apa mah?" Karena saking penasaran aku pun duduk di samping magma dengan begitu dekat sekali.
"Mulai sekarang kamu nggak usah lagi deket-deket sama Alya!"
"Tujuan aku kan buat deketin mama sama Ali atau supaya mama sama Alya saling kenal satu sama lain, biar jauh lebih akrab tapi kenapa mama tiba-tiba ngomong kayak gini?"
"Pokoknya mama nggak suka sama dia. Kamu lihat sendiri kan rumahnya kayak gimana?" Mama melihat rumah Alya yang begitu sangat sederhana dan sangat biasa berbeda sekali dengan rumahnya yang begitu mewah yang dibalut dengan pilar-pilar besar berwarna putih elegan.
"Mah sudah berapa kali sih aku bilang sama ama dia tuh beda dari perempuan lain. Kenapa mama jadi kayak gini sih sifatnya? Dulu pas kak Ema punya pacar mama selalu saja enggak setuju dan yang terakhir baru mama setujuin. Kenapa sih mah mama milih-milih banget?"
Mamanya diam saja. Ia pun hanya menarik napas sejenak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments