BAB 8

Gundah penyesalan

***

suara ketukan jari lurus nan adil milik Andrian menggema di seluruh ruang kantor. Nafasnya teratur dengan mata kosong lurus kedepan membuat suatu bernama kewarasan di pertanyakan keberadaannya.

Berkas berkas yang biasanya menjadi candu jiwanya kini terbengkalai tertata rapi di tempatnya. Tak bisa menarik tubuh dan jiwa itu bersenggama.

Abaikan pekerjaan, telfon yang berbunyi saja tidak ia hiraukan.

Bibirnya tak henti henti mengucapkan kata kata yang hanya dimengerti dirinya.

Sebagaian besar pikiranya terfokuskan pada kejadian kemarin.

Hal hal yang ia percayai, masalah dan jalan yang ia yakini, kini berubah hanya dalam semalam. Bagaimana otaknya bisa beristirahat?

Anak itu.. Anak laki laki yang ia pikir adalah anak haram ternyata adalah anak Alex.

Andrian selalu berpikir negatif sampai sampai opini yang berasal dari sudut pandangnya seorang bisa ia percayai dengan sepenuh hati.

Alex dulu pernah menikah. Usia pernikahannya berumur 7 tahun saat mereka memutuskan berpisah. Didasari atas perjodohan yang dipaksakan, akhirnya hanya ada ketidakcocokan yang terjadi diantara keduanya, lalu mereka berpisah dengan damai. sekarangpun mereka masih mempertahankan komunikasi.

Anak pertama bernama Denis. Anak yang diasuh oleh Alex berumur 5 tahun. Kini anak itu sudah TK. Seperti yang kalian tahu, TK dimana saat itu Andrian melihatnya di dekat sekolah Zian.

Anak yang kedua bernama Dimas. Berusia 1 tahun, diasuh oleh ibunya. Sebenarnya Alex dan mantan istrinya tidak mau memisahkan keduanya, namun karna Alex tidak mau kehilangan Denis, Dimaspun masih sangat kecil kala itu maka keputusan itu diambil.

Kembali lagi ke persoalan Andrian, pantas saja wajah Bila dan Denis mirip. Memang mereka keponakan dan bibi kan?.

Wajah Alex dan Bila juga terbilang sangat mirip. Hanya perbedaan terdapat pada alis tebal dan tipis, rahang Alex yang tegas dan hidung Alex yang lebih mancung. Bila sendiri tak terlalu mancung membuat kesan manis di wajahnya lebih menonjol.

Salahkan Andrian yang tak pernah memperhatikan Alex sama sekali.

Ia kini menyesal karena telah menuduh Bila seperti itu. Tapi ia tak sepenuhnya salah. Bagaimana dengan hal 'berkencan dengan orang kaya baik **** gendut atau yang lain selama itu bersaku jutaan'. Itu masih belum jelaskan kebenarannya? Bila sendiri tak pernah mengkonfirmasi itu benar atau tidak, yang secara tak langsung dia mengakui bahwa itu BENAR.

"Wahh kakak membeli tanah di disini? Aku tidak percaya perusahaanmu semaju itu." Keasyikan melamun, Andrian tak menyadari bahwa Zian sudah berada di dekatnya dengan seenaknya mengacak acak berkas dan laporan di mejanya.

"Ngomong ngomong apa kakak akan membangun mall disini? " Tanya Zian yang melihat kakaknya tak bereaksi sedikitpun atas pertanyaan pertamanya.

"Sedikit ruang dipojok tanah Itu kusiapkan untukmu" Jawab Andrian. Tak mau berdebat untuk urusan konyol, Andrian segera beranjak ke sofa dimana makan siangnya- lebih tepatnya makan sore karna ini jam tiga sore- sudah tergeletak disana yang lagi lagi dibawa Zian dari Alex.

Di sana Zian tengah bingung atas jawaban kakaknya.

Untukku? Maksudnya untuk membangun rumah untukku? Pikirnya.

Namun setelah teringat sesuatu ia akhirnya mengerti ucapan kakaknya.

"Kau mendoakan aku mati?" Tanyanya pada seonggok manusia berjas diruangan itu.

"Kau pintar ternyata."

Dengan berselimut marah Zian membuka kotak makan siangnya, mengambil kotak milik kakaknya dan memindahkan semua daging ke kotak miliknya.

Kini makanan Andrian hanya tinggal nasi dan beberapa sayuran. Andrian menggelengkan kecil kepalanya melihat tingkah adiknya yang kelewat kekanakan.

"Besok hari minggu jadi aku akan pulang ke rumah, aku sangat merindukan ibu."

"Syukurlah".

"Kakak juga harus pulang, kasian ibu ingin bertemu denganmu. " Kata Zian mulai melembut. Jika berbicara tentang ibunya, maka ia akan rindu ibunya walaupun kadang jengkel dengan ibunya.

"Oho.. Kau berani menasehatiku? Pikirkan dirimu sendiri!"

"Dan kak... Ibu sangat ingin mempunyai menantu apa kau tak berniat untuk mencari satu saja?" Ucap Zian hati hati. Zian tahu Andrian sangat sensitif dengan itu.

"Satu saja? Kau pikir berapa seharusnya istri itu? Lagi pula umurku masih muda, aku masih pantas untuk berkeliaran seorang diri....."

".... Sudahlah. Kau itu masih kecil, jangan bebani pikiranmu dengan hal semacam ini. Itu juga buka urusanmu"

Lanjutnya

Setelah itu tak ada pembicaraan diantara keduanya. Kebisuan yang terjadi menambah kejelasan gurat masalah di salah satu pihak.

***

Pukul 18.00

Hari ini Andrian tengah disalah satu cafe dengan Tian. Sekaligus bernostalgia waktu mereka sering nongkrong nongkrong.

Obrolan demi obrolan terus mereka layangkan dengan gembira. Tak perlu memikirkan apapun masalahmu, jika kau bisa bahagia sekarang, bahagialah!

Dunia perlu beristirahat dengan semua kemunafikan yang pernah dihadapinya.

Netranya melirik pada sesorang di ujung bersragam waiters. Dia tentu tahu siapa itu. Bahkan jika kau berdiri limaratus meter panjangnya, bagaimana bisa Andrian tak mengenali sosok itu?

Matanya yang terus menatap kepada sosok bersragam tak lepas dari penglihatan Tian. Sedangkan Tian, Melupakan semua perbincangan yang menyumbat masalah, Pandangannya mengikuti kemana pupil itu melayangkan tombaknya, jika itu hanya sebuah gurauan, Tian rasa itu tak mungkin.

Sayang beribu sayang, matanya hanya menangkap beberapa sosok di meja ujung yang terdapat satu pria dan satu wanita ditambah dengan pelayan yang memunggungi dirinya.

Menelisik lebih dalam, ia tahu kepada siapa mata itu terkunci. Dia adalah pelayan yang saat ini memunggungi dirinya.

"Siapa? Temen lo?" Tanyanya kepada Andrian. Mengalihkan tatapannya ke arah Tian Dirinya kini tak lagi kepo dengan apapun yang dilihat sahabatnya itu. Apapun itu bukan urusannya.

"Bukan, cuma seseorang yang kaya gue kenal." Jawab Andrian mengalihkan tatapannya ke orang yang berada di depannya. Sesekali melirik ataupun mengikuti kemana sosok itu pergi.

"Ohh.. Gue kirain. Gitu banget liatnya, kaya ga pernah liat orang aja. "

Kedua orang itu tertawa, Andrian yang biasanya diam kini lebih terlihat aura bahagianya. Bukan cuma lahiriah saja, namun lebih tepat jika bahagia yang ia rasakan sangat mendalam dari hatinya yang paling tulus. Apa sebabnya? Mana Andrian tahu. Ia sendiri bingung dengan hatinya. Mungkin lain kali ia harus ke dokter untuk memeriksakan mentalnya.

Tian akan mengarahkan cangkir yang terabaikan di hadapannya kemulutnya saat ponselnya berdering. Muncul nama Gita di layar ponselnya, buru buru tanganya meng-klik tombol hijau dengan sedikit membungkuk.

"Halo sayang.. " Perbedaan intonasi pengucapan terdengar jelas. Kini entah disengaja atau tidak suaranya lebih lembut dan mendayu.

"Nggak papa.." Senyuman keterpaksaan bisa Andrian lihat di bibir lelaki idiot itu.

"Aku juga lagi ngga dirumah kok, tenang aja."

"Ok. Bye! "

Setelah itu Tian membereskan semua barang barangnya. Hanya ponsel dan kunci mobil lebih tepatnya. Dirinya yang langsung berdiri membuat Andrian bingung, namun tampangnya hanya datar. Ok, let's enter into the character.

"Gue cabut dulu, mau ketemu Gita. Bye!"

Andrian tak menyahut ataupun menanggapi. Matanya menelisik ke arah jam tangan yang ia pakai.

Beberapa menit lagi cafe ini akan tutup. Maka yang ia lakukan hanya bisa menunggu dengan khidmat.

***

Sebelum detik detik terakhir cafe ini tutup Andrian keluar menuju ke mobilnya. Mengawasi segala aktifitas keluar masuk tanpa lengah sedikitpun.

Beberapa menit kemudian sosok itu keluar. Dia memang tidak tahu kalau Andrian berada di cafe dari tadi. Seperti yang Andrian lihat, hanya dua kali sosok itu keluar untuk melayani. Itupun jauh dari meja Andrian tadi.

Jadi dengan pasti langkah kakinya melangkah ke arah wanita tadi, sepatunya bertabrakan dengan jalan mengakibatkan suara familiar dari langkah kaki.

Menyadari sebuah suara mendekat ke arahnya, Bila mendongak dari pandangannya yang menunduk.

"Hai.. "

Terpopuler

Comments

ayyona

ayyona

beli duren ke kota baru
novel keren di like dulu 😍😎

2020-09-22

1

Triana R

Triana R

3 like untukmu kak, semangat

2020-09-06

0

ig@taurusdi_author

ig@taurusdi_author

jadi ingat kisah


Andrew dan Diana, juga Georges dan Felicia.

di karya

HIDUPKU BERSAMA CEO

&

I LOVE YOU

2020-09-02

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!