BAB 3

Dengan undangan atau tidak sama sekali

***

"Zian setelah makan pulanglah, bawa juga barang barang mu dan kembali ke rumah ayah." Suruh Andrian pada Zian yang saat ini sedang main game di sofa kantornya.

Tian sudah pulang, katanya ia akan memikirkan rencana gagalkan nikahnya dengan Gita.

Semoga saja ada jalan terbaik untuk Tian dan Gita. Semoga saja.

"Tidak mau!" Balas Zian melemparkan pandangan yang tak di balas oleh Andrian. Ingat? Dia itu workaholic jadi masih tetap pandanganya hanya untuk sang dokumen tercinta.

"Tidak mau apa? Ayah sudah menelpon ku tadi siang. Kau jangan buat orang tua khawatir. Khusunya ibu, dia sangat khawatir satu hari tidak melihatmu"

Benar. Ibu adalah sosok yang selalu menghawatirkan kita terlepas dari dengan siapa kita bersama.

Walaupun tahu bahwa Zian sedang bersama kakaknya, namun perasaan waswas seorang ibu tetap saja selalu ada.

Bagaimana jika Andrian tidak pulang dan Zian sendirian di Apartemen?

Bagaimana dia makan jika Andrian tidak pulang?

Andrian itu sering makan mie instant. Apa Zian juga makan mie instant?

Betapa sayangnya Andrian kepada sang adik tak akan berlaku jika Andrian marah besar kepada adiknya. Lalu bagaimana jika Zian melakukan kesalahan?

Dan satu lagi, Zian masih kecil.

Oh oke Ibu, pikiranmu terlalu tak berdasar. Dan untuk terakhir, Zian itu sudah SMA apa pantas ia di sebut kecil?

"Oh ya?" Tanya Zian meledek.

"...."

"Kalau aku tidak mau bagaimana?" Untuk yang kedua kalinya dia menggoda Andrian.

"Berarti kau akan tidur di pinggiran toko malam ini." Andrian mulai menatap sang adik dengan senyuman di wajahnya.

"Bagaimana ceritanya aku tidur diluar sementara aku tahu sandi apartemen kakak?" Zian mulai tertawa melihat kebodohan kakaknya itu.

"Lalu? Coba saja kau masuk kalau bisa. Kau tak tahu kan sandinya sudah ku ubah?"

Rasa rasanya Zian mau menangis saja saat ini. Wajahnya mulai memerah tanda ia marah. Air matanya sudah di menggenang. Kau ini. Nakal iya, manja iya. Mau soksokan nakal menjadi brengsek dan bad boy. Tapi lihatlah! Mana ada badboy menangis seperti itu.

Bukankah lebih cocok menjadi putri kecil yang lugu?

"Tapi aku tak suka dikekang kakak.. dirumah selalu saja tidak boleh main. Kalau mau main selalu di tanya ini itu. Aku juga pengen kaya yang lain."

Dengan sedikit mengontrol air matanya supaya tidak mengalir ia mengedip ngedipkan matanya dan mendongak melihat atap. Sekarang ia sudah tidak menangis.

Zian berdiri mengibaskan majalah yang dia baca. Ruangan tidak panas.

AC masih menyala. Tapi karena perdebatan ini membuat Zian yang naik pitam menjadi gerah.

Andrian yang melihat itu hanya tersenyum kecil.

"Dasar bocah" gumamnya.

"Kamu itu masih kecil tugasmu belajar. Tidak usah memikirkan yang lain. Sukses dulu baru kamu bertingkah semau mu. Kalau masih hidup di bawah penghidupan orang tua jangan harap kamu bisa hidup sesukamu. Setiap rumah pasti punya aturanya masing masing." Balas Andrian yang mampu membuat Zian terdiam tak menyahuti.

"Baik, baik.. besok pagi aku pulang tapi tidak malam ini."

Zian pergi meninggalkan Andrian yang yang menggeleng gelengkan kepala.

Andai saja Zian itu perempuan, apa jadinya ia jika terus seperti itu. Untung saja dia laki laki yang tak akan rugi jikalau ia bermain ****. Ia tak akan hamil bukan?

Tak lama setelah itu Alex datang mengabarkan bahwa rapat akan dimulai.

"Pak, rapat sudah siap. Tuan Devan sudah menunggu."

Andrian pergi keruang meeting dengan Alex yang mengikuti di belakangnya.

"Lama tidak bertemu bro! Gimana udah mau nikah?"

Devan itu adalah teman Andrian saat kuliah. Mungkin bisa dibilang teman satu satunya.

"Ini Christine, tunanganku."

Devan menarik Christine yang tadinya berjarak beberapa meter darinya. Merangkul pinggang sang tunangan. Melabeli bawa itu miliknya.

Andrian melihat pasangan itu tersenyum tipis. Sudah jadi rahasia umum kalau temannya ini adalah orang yang narsis dan selalu memamerkan apapun kepada orang lain.

Ia selalu sok asik kepada orang orang yang baru dikenalnya. Itulah mengapa Andrian bisa berteman dengannya. Jika tidak Devan yang menempel padanya tak tahu malu, mungkin sekarang mereka tak berteman.

Tak heran kalau bocah ini memiliki banyak teman. Walaupun begitu, dia tak semenyebalkan itu, ia teman yang setia. Walau omonganya sedikit blak blakan.

Andrian meraih tangan Christine di depannya dan menjabatnya.

"Andrian." Sapanya lalu melepaskan genggaman sebelum Devan melotot padanya.

"Oh, ya. Bisa di mulai rapatnya pak?" Tanya Alex yang memengang beberapa dokumen.

"Tentu saja. Ayo!" Jawab Devan masih merangkul pinggang Christine.

Rapat selesai dan semua orang telah pergi. Hanya beberapa orang yang nasih berada disitu.

Andrian, Alex, Devan dan Christine salah satunya.

"Andrian, kami akan menikah bulan depan. Dan sebagai temanku aku ingin kau datang ke pesta pernikahanku."

Devan tersenyum kepada Andrian.

Melihat wajah ramah Devan, Andrian ikut tersenyum.

"Apakah ini undangan?"

Mendengar ini Christine tertawa samar.

"Tentu saja, kau teman Devan jadi tak perlu undangan kau akan menjadi tamu sopesial kami." Jawabnya.

"Baik, jangan salahkan aku jika nanti security mengusirku karna tak mempunyai undangan." Kelakar Andrian yang membuat semua orang tertawa kecuali Alex yang setia di sampingnya.

"Kau ******** tengik, terserah kau sajalah yang terpenting kau datang. Kalau perlu nanti aku kirimkan undangannya." Balas Devan tertawa.

"Oh ya, kau belum berencana untuk menikah?"

Senyum Andrian memudar, ia sudah bosan kalau di tanya kisah asmaranya.

"Aku masih dua puluh tiga tahun. Setua itukah sampai semua orang bertanya?"

Devan tertawa sampai matanya tak terlihat. Menarik tanganya untuk mengusap air matanya. Devan menjawab.

"Setidaknya harusnya kau punya pacar, dari masa kuliah sampai sekarang aku tak melihat kau menggandeng seorang wanita. Mungkin saja kau itu gay."

Sekali lagi semua orang tertawa, bahkan Alex pun ikut tertawa.

Tak berpikir untuk meladeni ledekan Devan Andrian hanya diam tak bergeming. Melirikpun tidak. Ia hanya mengecheck email email yang masuk ke ponselnya.

"Aku pergi dulu, ayo Alex!" Kara Andrian sembari pergi tanpa senyum.

"Hei kau marah? Kenapa serius sekali?" Terdengan suara Devan menggema di ruangan rapat yang kosong itu.

***

"Alex apa jadwalku selanjutnya?" Seperti anjing yang setia, Alex yang berada di samping Andrian membuka catatan kecilnya sambil membenarkan letak kacamatanya yang merosot.

"Makan siang dengan Tuan Surya. Mereka bilang akan membicarakan kerja sama sekalian makan siang."

Andrian sudah makan tadi siang bersama Tian dan Zian, tapi ini hanya makan siang formal jadi tak masalah. Lagi pula tak mungkin ia benar benar memakan semua makanan yang dihidangkan sedangkan tujuan awalnya untuk membicarakan kontrak kerja.

"Oke, tapi sebelum itu kau cari tahu dulu dimana Zian sekarang. Anak itu tak mungkin bisa masuk ke apartemenku, tapi tak mungkin juga pergi kerumah."

"Baik tuan." Jawab Alex dengan datar.

Kadang Andrian bingung dengan Alex. Sedingin dinginya Andrian ia masih punya berbagai macam ekspresi.

Tapi Alex? Selain tertawa karena hal hal yang benar benar lucu, Andrian tak pernah mendapati ekspresi dimuka Alex selain datar.

Tampangnya yang selalu mengikuti Andrian di kantor sudah seperti bodyguard dengan ekspresi gahar.

Tapi karena wajahnya yang tampan. Tak sedikit wanita yang mengejarnya. Ia selalu mendapat sedikitnya satu bunga di laci mejanya.

Jadi apakah Andrian kalah populernya dengan Alex? Tentu tidak. Namun tidak ada yang berani menggoda Andrian.

Berbeda dengan Alex yang cuek saat di goda, Andrian lebih condong ke memaki karyawan yang berani menggoda.

Jika ada bunga di mejanya? Maka bunga cantik itu akan berakhir di tong sampah. Dan Alex yang kena getah sempotan Andrian.

Dari itu, Alex selalu memeriksa meja Andrian sebelum Andrian datang dan membuangnya. Ia tak mau kecolongan yang berimbas pada kemarahan sang bos.

Terpopuler

Comments

🧭 Wong Deso

🧭 Wong Deso

lanjut kk

2020-09-03

0

ayyona

ayyona

mampir lg kk 😍😎

2020-08-28

0

Mei Shin Manalu

Mei Shin Manalu

Likkee lagi

2020-08-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!