BAB 6

Otak Zian itu kecil

***

Alex duduk melihat Zian yang berlari kesana kesini membersihkan kekacauan apartemen ini. Beberapa saat lalu ia tiba disini Zian yang membukakan pintu untuknya dengan wajah kusut.

Meninjau lebih dekat, sepertinya ada gunanya Andrian membiarkan adik semata wayangnya itu tinggal bersamanya. Selain pembuat onar sebenarnya dia lumayan rajin membersihkan rumah.

Andrian yang baru saja keluar dari kamarnya dengan setelan jas lengkap melihat Alex yang sudah berada di apartemennya.

"Oh kau sudah datang." Sapanya.

Alex yang sedang memperhatikan Zian mengalihkan pandangannya ke Andrian.

"Baru saja" jawabnya.

Kepala Andrian bergerak ke atas dan ke bawah bersamaan dengan tangannya yang mengambil sebuah berkas lalu di taruhnya di meja.

"Ini berkas yang ku bilang kemarin. Besok pagi berikan padaku. Kau bisa kerjakan dirumah saja, nanti akan ada kerjaan yang tidak bisa di tunda."

Seperti mengingat sesuatu Andrian berbalik untuk mengambil sebuah Flashdisk dan menaruhnya di atas berkas itu.

"Kalau ada waktu salinkan video dan foto foto saat perjalanan bisnis kemarin. Buat jadi satu folder." Printahnya.

Alex hanya menganggukkan kepalanya berulang kali.

Zian tersenyum bangga melihat ruangan yang sudah bersih. Hanya butuh waktu beberapa menit dan ia menyelesaikannya tepat waktu sebelum ia terlambat. Tapi melihat badannya, ia mendengus tak suka, keringat sudah membasahi seragamnya. Seharusnya bersih bersih sebelum mandi kan, sehingga seragamnya tak akan kotor. Sekali lagi otak kecilnya memang tak berguna.

Tak berlama lama berdebat dengan pikirannya sendiri Zian menggendong tas yang tak pernah ada isinya.

"Ayo! Nanti aku terlambat jangan salahin aku kalo akhirnya bolos. Salahin saja kakak"

"Loh?"

"Iyalah aku gak mungkin ribut pagi pagi kalo kakak ga bilang sandi apartemen di ganti!"

Zian bodoh apa itu salah Andrian?

"Kamu dengan otak kecilmu memang selalu menyalahkan orang lain." Andrian mengambil ponselnya, memeriksa pesan. Tak ada satupun pesan yang di rasanya penting, Andrian segera mengunci kembali layar ponselnya, siap untuk berangkat.

Alex yang melihat tuannya sudah siap berangkat sedang membuka pintu, ia segera berdiri dari duduknya, meredakan tawanya di dalam hati atas sikap Zian yang kekanakan.

"Heii kalian meninggalkanku!" Zian menjerit tak terima.

"Heii!! Kalian dengar?!" Tinggal di apartemen sendiri bagai anak terlantar, Zian segera mengejar Andrian dan Alex, jangan sampai ia ditinggal. Apa kabar uangnya yang tipis nanti?.

"Pakai sepatumu!" Perintah Andrian saat Zian sudah disampingnya dengan terengah-engah.

Kaki Zian masih terbungkus sendal dengan epicnya, sendal beruang yang penuh bulu bulu lembut itupun bahkan terbalik. Yang mana kanan untuk kiri sedangkan kiri untuk kanan.

Mana yang lebih pantas? Anak SMA kah? Atau balita dengan popok penuh poop serta urin?

Menengadah ke wajah kakaknya Zian segera tersenyum, lalu wajah itu berubah menjadi melotot dengan tatapan khawatir.

"5 menit aku ganti. Kakak tunggu sini jangan berangkat dulu."

Lalu dengan kecepatan secepat kilat tubuhnya sudah hilang seiring suara sendal bertabrakan dengan lantai.

"Ck..ck..ck.." Andrian menggeleng malu melihat tingkah bodoh adiknya. Kalau dipikir pikir dirinya juga sekonyol itu dulu. Andrian malu memikirkan masa lalunya, ia cepat cepat mengusir ingatan itu.

"Kita tunggu saja di mobil" ujar Andrian. Dengan patuh Alex mengikuti di belakangnya, tak lama menjadi di sampingnya, lalu mendahului Andrian untuk membukakan pintu mobil untuknya.

***

Waktu istirahat baru saja dimulai. Guru kimia yang mengajar sudah dengan lega meninggalkan kelas dengan sejuta kenakalan siswa siswa badung di dalamnya.

Wajar saja, dikelas ini hanya ada murid laki laki. Walaupun murid di kelas itu bukan kelas dengan otak rata rata ke bawah dalam mata pelajaran, siapa yang betah mendengar seluruh siswa mengoceh saat di depan guru sedang menjelaskan. Bermain gitar saat guru sedang mencoba mengabsen, makan saat pelajaran baru saja dimulai, tidur saat tugas ia berikan, menggambar saat ada ulangan, dan masih banyak lainnya. Bahkan untuk beberapa siswa ada yang berangkat saat jam istirahat berakhir.

Yah.. walaupun secara bicara siswa dikelas ini selalu sopan pada guru, tak pernah membalas saat dimarahi apalagi sampai membentak guru. Rata rata murid di kelas itu hanya akan diam saat guru memarahi. Tersenyum saat gurunya menasehati lalu berakhir dengan ucapan terimakasih dari sang siswa tersebut atas nasehat yang di berikan.

Jadi apa itu bisa mengurangi nilai min dari keburukan siswa kelas itu? Jawabannya tidak. Karena hanya beberapa menit, suasana yang baru tenang akan kembali merujuk pada keadaan semula. Betapa sabarnya guru guru yang mengajar bukan?

Zian kini tengah berada di antara siswa yang menggerombol di tengah kantin, seperti sebuah geng. Diantara siswa itu hanya ada satu siswa yang bukan berasal dari kelas yang sama, namanya Rian. Rian itu temennya Edi yang akhir akhir ini dekat dengan siswa dari kelas Zian.

Agak menunduk, Zian menjepit sedotan berwarna biru dengan kedua bibirnya. Menyedot dengan perlahan es teh yang menemani semangkok mie ayam super pedas kesukaan Zian.

Teman temannya hanya mengobrol mengabaikan makanan yang hanya beberapa kali mereka cicipi, akibatnya kini dihadapannya tersaji berjejer jejer mangkuk mie ayam yang nganggur tanpa di lirik sang pemilik.

Sedangkan tanpa memperdulikan percakapan itu, Zian mengunyah mie ayamnya dengan sedikit kunyahan sebelum akhirnya ditelannya bulat bulat.

Matanya berkeliling dengan mulut yang terkatup lalu terbuka tanpa menujulurkan lidah dengan tempo cepat. Dipandangnya seluruh isi kantin. Jika diperhatikan cewek cewek di sekolahannya itu baru tersadar kalau sebagian siswi disekolah ini cantik cantik dan bening bening.

"Ya kan Zi.."

"...." Mata Zian menyapu pada ibu kantin berusia sekitar 40 tahun dengan sedikit uban mencuat di balik rambut ikalnya. Sedikit peluh muncul pelipisnya membuat tangan yang sibuk perlahan mengusap telaten pelipis sampai dahi.

"Zi...."

"...." Bibir kering tanpa pemerah itu bisu atas semua kelelahannya. Tak pernah mengeluh dengan sikap siswa yang kadang tak sopan dengan dirinya. Semua itu mengingatkannya pada ibunya yang sangat ia sayangi. Untunglah ibunya tidak perlu bekerja keras seperti itu. Ngomong ngomong soal ibunya, Zian jadi kangen dengan ibunya. Biasanya saat pagi hari ibunya ak--.

"WOY ZIAN!!!!!"

Gebrakan meja membuat seluruh kantin memusatkan pandangannya ke gerombolan meja di tengah itu.

Sedangkan objek atas bentakkan itu sudah melotot terkaget kaget hingga jantungnya berdebar tak henti.

"Astaga.. astaga.. " bisiknya meredakkan detak jantung yang melompat lompat.

"APA!! LO PIKIR GUE BUDEK HAH! LO MAU BIKIN GUE JANTUNGAN?" Bentak Zian balik saat jantungnya sudah tenang. Ia dengan sangat kesal berteriak kepada Rangga yang tadi membentaknya dan menggebrak meja tepat didepannya.

"Emang lo budek. Dari tadi juga.. gue panggil ga nyaut nyaut kenapa lu galau?"

"Eh? Nanya apa lu?" Tanya Zian dengan sedikit malu yang tersisa. Sesibuk itu dirinya melamun sampai tak mendengarkan sekitarnya.

"Yang kemarin kita simpen ada di flashdisk lo kan?" Tanya Rangga dengan penuh kelembutan.

"Yup. Yang apa?"

Senyum samar di wajah Rangga luntur seiring pertanyaan tak terduga meluncur dari mulut Zian. Sedangkan Edi sudah terbahak bahak memuncratkan es teh yang baru saja masuk ke mulutnya.

"Gue bilang juga apa. Jangan kasih Zian jaga, tau sendirikan akibatnya?" Katanya dengan tawa tak kunjung mereda.

Terpopuler

Comments

ayyona

ayyona

aku datang bawa kembang 🌺
biar kakak nulisnya senang 💜

2020-09-18

0

Mei Shin Manalu

Mei Shin Manalu

Aku boom like ya Thor ❤️❤️❤️

2020-08-27

0

Ilham Rasya

Ilham Rasya

hadir Thor 💪💪😅

2020-08-26

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!