BAB 2

Are You Human?

***

"Gue udah sejauh ini, gue udah cinta mati sama Gita dan harus kandas hanya karena orang tua gue mau ngejodohin gue? Lo tahu kan Dri, gimana perjuangan gue sama Gita? Kita udah pacaran lebih dari enam tahun. Disatu sisi gue ga mungkin ninggalin Gita. Di satu sisi lainya orang tua yang dari kecil udah ngerawat gue. Yang jadi garis besarnya, setega itu mereka gadaiin kebahagiaan gue cuma karna bisnis? Mereka pikir gue ga tahu ini semua ini, perjodohan ini, semata mata cuma perjanjian bisnis? Kalau aja gue ga jadi anak mereka..." Tian memukul kesal sofa ruang kerja Andrian dengan rahang yang mengeras.

Beberapa tahun berlalu tak menjadikan persahabatan mereka luntur. Semakin dewasa semakin mereka bisa berbuat apapun tanpa di kekang orang tua. Seperti Tian yang pindah ke kota yang sama dengan Andrian. Mengurusi salah satu bisnis ayahnya yang bahkan saat ini bekerja sama dengan perusahaan Andrian. Namun sepertinya tidak dengan urusan asmara. Dua hari yang lalu orang tua Tian datang menemui anaknya hanya untuk menginformasikan perjodohan yang sangat di tentangnya. Tapi apa kuasanya sebagai seorang anak? Seberapa nekatnya dia, dia akan kalah dengan keputusan terakhir orang tuanya.

Begitu pula dengan Adit. Dia masih di Bandung, namun komunikasi tetap berjalan. Sekali kali ia akan datang ke Jakarta untuk menemui kedua sahabatnya.

"Kenapa lo ga keluar dari rumah aja?" Andrian yang masih sibuk dengan berkas berkasnya mencoba memeberi solusi terbaik... Setidaknya menurutnya.

"Lo udah berbuah Dri.. lo makin cool makin dewasa makin pendiem makin bertanggung jawab. Tapi kenapa begonya masih sama? Ya gue emang udah keluar rumah, kan gue ga tinggal sama orang tua gue. Lagi, orang suruhan papa gue itu banyak. Kemanapun gue pergi dia bakal tahu."

Tian memutar matanya malas. Dasar Andrian, cuma covernya yang berubah tapi otaknya masih sama.

"Ya terus lo kan punya uang, pake itu buat nyogok orang tua lo.. semakin mereka punya uang banyak ga mungkin mereka butuh uang lagi dari perjodohan konyol itu." Tanpa terpengaruh cacian, Andrian memberi solusi lain. Matanya masih berkutat dengan berkas berkas di mejanya. Tian tak akan tersinggung dengan sikapnya yang terkesan cuek. Karna dia tahu orang seperti apa Andrian itu.

"Dri... Ayolah. Uang gue juga uang mereka. Yang mereka mau itu kekuasaan. Semakin luasnya jangkauan mereka dalam bidang bisnis semakin besar pula kemungkinan mereka di takuti dan di percaya sebagai orang yang berpengaruh dalam bidang bisnis. Paham?" Tian yang kini mulai berdiri berganti posisi duduk tepat di depan Andrian. Menutup berkas yang dari tadi menjadi pusat fokusnya.

"Gimana kalau gue hamilin Gita. Anak yang Gita kandung bakal jadi alasan terkuat buat gue nikahin dia." Merasa brilian bengan idenya Tian tersenyum senang.

Andrian mendongak sedikit melotot tak percaya pada Tian. Sekelebat kilasan balik membuat Andrian menatap Tian tajam.

"Lo cinta sama Gita?" Tanyanya.

"Gue ga perlu jawab. Lo tahu pasti dri"

"Kata lo Gita itu anak baik baik?" Tanyanya lagi.

"Iya.. makanya gue suka sama dia dari SMA." Jawab Tian polos.

"Lo ngehormatin Gita sebagai pacar lo?"

Tian mendongak menatap manik mata Andrian. "Iya.."

"Lo ngehormatin orang tua Gita kaya orang tua lo sendiri?" Tanya Andrian dengan penuh penekanan.

"Mereka udah kaya orang tua gue sendiri, mereka yang bakal jadi mertua gue."

"Lo yakin Gita bakal mau lo hamilin?" Andrian mulai meletakan tanganya yang terkepal. Wajah yang condong ke Tian selerti sedang mengintrogasi.

"Dia kan cinta sama gue." Jawabnya yakin.

"Lo manusia kan? Pasti lo tahu batasan dalam hubungan. Jangan jadi iblis yang ngelakuin cara kotor buat ngedapetin sesuatu. Kalo lo cinta sama dia.. ngehormatin dia.. ngehormatin keluarganya.. percaya kalau dia anak baik baik...." Andrian menghela nafas, wajahnya mulai melunak dengan tatapan yang tak berubah.

".... Lo ga bakalan memperlakukan dia kaya ****** yang lo sentuh tanpa ikatan resmi hukum maupun agama. Lo ga akan ngerusak dia sebelum dia sah buat lo. Dan lo tahu yang lo lakuin cuma bakal buat Gita mikir lo ga menghormati dia sebagai wanita. Gita bakalan terluka dan perlahan cinta yang dia kasih ke lo bakalan jadi dendam. Lo ga mau kan Gita terpuruk cuma gara gara nafsu di balik cara yang lo mainin. Lo pikir setelah itu dia punya muka di keluarganya? Apa pendapat orang tuanya ke lo dan Gita kalo mereka tahu kalian merusak kepercayaan mereka. Dan yang paling tersakiti adalah Gita. Cinta ga bakalan jadi bodoh buat ngelakuin dosa, dan gue rasa Gita bukan cewek ****** yang mau aja diapain demi kata yang semu yaitu 'Cinta'.."

...dan seperti gue, dia ga bakalan lagi percaya sama yang namanya cinta.

Lanjut Andrian dalam hati.

Tian menunduk dengan tangan yang saling bertautan. Raut wajahnya menjadi sedih.

"Lo bener Dri.. cara ini cuma akan ngebuat Gita tersakiti.."

"... Tapi gue ga mau kehilangan Gita.." pasarah Tian yang meletakkan kepalanya di meja.

Andrian mengambil berkas yang tadi di tutup. Mulai mengerjakannya lagi.

"Apapun keputusan lo.. yang penting jangan menyesal di masa depan. Hidup ini ga singkat kaya yang orang lain bilang. Masih ada waktu panjang buat ngerubah itu. Ya.. kecuali takdir hidup mati lo, itu bisa di ubah selama lo berusaha" Kicau Andrian yang ia sendiripun tak terlalu paham apa yang ia katakan.

"Menurut lo sekarang apa yang harua gue lakuin" tanyanya lesu.

"Gue ga tahu" jawab Andrian kesal.

Klekk

Pintu ruangan di buka, Zian masuk dengan sekantong makanan yang ia bawa. Tak terasa sudah jam tiga.. anak itu sudah pulang dari sekolahnya.

"Eh, ada kak Tian." Ucapnya ceria.

"Hmm, kamu bawa makanan, tumben mau beli, dapet tambahan jatah ya?" Tanya Tian.

"Mana mungkin. Uang saku aku itu buat di tabung. Ini dari Alex, tadi ketemu di luar jadi sekalian aja aku ambil." Alex adalah sekertaris Andrian.

Zian meletakkan box makanan yang di pesan Andrian ke sekertarisnya. Karna sudah biasa Zian main ke kantornya, maka box yang di pesan juga termasuk untuk Zian.

"Kamu itu polos banget. Ga nyangka udah besar ya.. Iya bener.. yang rajin nabung jangan boros boros." Kata Tian mengacak rambut Zian yang merengut sebal.

"Polos.. lo ga tau aja kemarin dia gue temuin di bar dengan keadaan setengah mabuk. Dan bukan buat nabung tuh uang, tapi buat keluyuran sama temen temennya." Kata Andrian menyela melihat sang adik yang sok polos itu.

Zian hanya nyengir tak berdosa. Lalu mereka bercerita tentang apa saja, dan topik tentang perjodohan Tian dibuka kembali.

"Menurut aku ya kak.. turuti saja permintaan orang tua kakak. Menikah dengan orang itu, buat perjanjian kontrak pernikahan. Setelah beberapa bualan Kalian Pisah. Dan jadi deh nanti kakak nikah lagi sama kak Gita." Oceh Zian.

"Hah?" Sahut Tian yang terbengong mendengar Zian. Begitu juga dengan Andrian.

Zian menunjuk bacaan dalam ponselnya. "Lagi populer banget sama kisah cinta kaya gitu. Mungkin kakak mau jadi pemeran utamanya?"

Andrian menggeleng gelengkan kepalanya.

"Hmmm mungkin bisa di coba kali ya.." Andrian lebih terkejut lagi dengan jawaban dari Tian.

Kedua orang ini sama tidak waras. Setahunya saat SMA Tian bukanlah orang yang tak punya otak.

Meninggalkan percakapan konyol itu, Andrian mulai memakan makananya.

Terpopuler

Comments

🧭 Wong Deso

🧭 Wong Deso

like kk

2020-09-03

0

Rins

Rins

suka ceritanya, nanti lanjut lagi

2020-09-02

0

Evi Taria

Evi Taria

Semangat kakak, aku membawa boom likenya.
jangan lupa feetbackny ya "kesabaran hati seorang wanita"

2020-08-28

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!