Selepas dari pasar, Shanin dan juga Samuel tidak langsung pulang ke kontrakan. Perempuan itu mengatakan kalau ingin membeli lauk untuk makan siang, hanya lauknya saja, karena nasi nya dia akan masak sendiri, hitung-hitung berhemat.
"Gak kenapa-kenapa kan kalo siang ini kita cuma makan terong balado? Tapi aku jamin kalo kamu bakalan suka! Soalnya masakan Bu Aminah yang punya warung makan di depan gang bener-bener enak." Jelas Shanin panjang lebar.
"Gak masalah."
Shanin dapat menghela nafas lega, bukannya tidak ingin membelikan lauk yang lain, tapi Shanin ingat kalau dia harus berhemat dan terong balado itulah menu paling murah yang ada disini.
Dan juga Shanin hanya membeli satu porsi, karena sejujurnya perempuan itu tidak menyukai jenis sayuran itu, menurutnya teksturnya benar-benar aneh, dia hanya akan makan nasi dan bumbu balado nyasaja nanti.
Dengan satu kantong plastik yang Shanin jinjing di tangan kanannya, mereka berdua berjalan beriringan keluar dari dalam warung makan tersebut, masih dengan Samuel yang berjalan hati-hati dan Shanin yang membantunya.
Lelaki itu sudah terduduk di jok belakang, sudah siap untuk pergi dari tempat ini dan Shanin yang sudah siap untuk mengemudikan motor kesayangannya itu.
"Udah siap kan?" Shanin memastikan keadaan lelaki yang ada di belakangnya.
Shanin melirik ke arah spion untuk melihat keadaan lelaki yang dia tanya barusan, lelaki itu hanya merespon dengan sebuah anggukan kecil.
Setelahnya Shanin langsung menghidupkan mesin motornya dan menjalankan motor tersebut membelah jalanan gang sempit menuju ke kontrakannya.
Butuh waktu beberapa menit untuk mereka sampai di kontrakan, Shanin langsung memarkirkan motornya dan tidak lupa untuk membantu Samuel turun dari atas motor dengan hati-hati.
Dengan dua kantong plastik yang ada di tangannya, satu plastik yang berisi obat dan satunya lagi berisi terong balado yang baru saja Shanin beli di warung Bu Aminah tadi, perempuan itu melangkah kaki masuk ke dalam kontrakannya.
Merogoh sebuah kunci kontrakan kecil yang ada di dalam saku celananya, setelah mendapatkan kunci tersebut, Shanin membuka pintu kontrakan itu.
Di dalam kontrakan, Shanin langsung meletakkan kedua kantong plastik itu di atas meja belajarnya, karena memang tidak ada meja lain yang ada di ruangan itu.
"Kamu tunggu disini, aku mau masak nasinya dulu."
Setelah mengatakan hal itu, Shanin langsung menyeret kursi yang ada disana, mempersilahkan Samuel untuk duduk sambil menunggu dia selesai memasak nasi.
Samuel sudah duduk di atas kursi yang diseret oleh Shanin tadi, melihat hal itu membuat sang perempuan mengembangkan senyumnya dan kemudian berjalan ke arah dapur untuk melaksanakan tugasnya memasak nasi.
***
"Keadaan perusahaan saat ini sedang kacau setelah Samuel menghilang." Ucap Regard kepada sang ayah.
Lelaki itu sedari kemarin terus merayu ayahnya untuk segera menyerahkan tugas Samuel kepadanya, ah lebih tepatnya Regard ingin dia menggantikan posisi Samuel.
Terdengar helaan nafas kasar dari lelaki yang lebih tua disana, tidak lupa dengan satu tangan yang memijat pelipisnya, dia benar-benar pusing.
"Huft, tolong kamu urus perusahaan selama Samuel belum ditemukan." Final lelaki yang lebih tua itu.
Tentu saja perkataan barusan adalah kata-kata yang ditunggu-tunggu oleh Regard dari kemarin, lelaki itu menyunggingkan senyuman dan kemudian melirik ke arah sekretaris pribadinya yang sama-sama menyunggingkan senyuman.
"Baiklah ayah, aku akan berusaha sebaik mungkin untuk mengurus perusahaan sementara ini dan semoga adikku cepat-cepat ditemukan." Balas Regard yang dibuat sesedih mungkin.
Entah belajar akting dari mana lelaki ini, tapi aktingnya bisa diacungi jempol, siapa saja yang melihatnya mungkin akan langsung percaya dengan apa yang dia rasakan.
***
Kembali lagi ke sisi Shanin dan Samuel, kini kedua manusia itu tengah duduk di atas lantai dingin yang ada di kontrakan Shanin.
Dengan piring keduanya sudah terisi oleh nasi putih dan ada satu piring yang terisi dengan terong balado yang dibeli tadi.
Shanin menambahkan beberapa potong terong dan tidak lupa dengan bumbunya di atas piring milik Samuel yang sudah terisi nasi.
"Segitu dulu ya, nanti kalo mau lagi tinggal nambah." Ucap Shanin setelah selesai menaruh terong balado itu di atas piring milik Samuel.
Shanin pun melakukan hal yang sama dengan piringnya, perempuan itu menambahkan bumbu balado yang ada di piring terbang ke piringnya, hanya bumbunya saja, tidak dengan potongan terongnya.
Melihat tidak ada satu potong pun terong di atas piring Shanin membuat lelaki yang ada di sebelahnya mengernyitkan dahi.
"Kenapa hanya bumbunya?"
Mendengar pertanyaan itu membuat Shanin spontan menoleh ke arah orang yang melayangkan pertanyaan tersebut.
"Eh? A-ah itu, aku gak suka terong, bumbunya doang tetep enak kok, lanjutin makannya."
Setelah mendapatkan jawaban atas pertanyaannya, membuat lelaki itu menganggukkan kepalanya dan kembali pada kegiatannya, begitupun dengan Shanin yang melakukan hal yang sama.
"Oh ya, besok aku harus kerja, kamu gak kenapa-kenapa kan kalo disini sendirian?"
Shanin membuka suara setelah baru saja menghabiskan nasi yang ada di atas piringnya tadi.
"Tidak apa-apa."
Mendengar jawaban itu membuat Shanin merasa lega, dia bisa dengan tenang meninggalkan lelaki itu sendirian besok di kontrakannya.
"Kalo udah selesai makannya, piringnya disimpan di tempat cuci piring aja ya, aku mau mandi dulu."
Setelah mengatakan itu, Shanin berdiri dengan membawa satu piring kotor bekasnya tadi, kemudian menyimpannya di atas wastafel tempat mencuci piring.
Perempuan itu kemudian meraih satu handuk yang ada di gantungan baju kecil dekat pintu kamar mandi, kemudian masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya terasa lengket.
Sedangkan Samuel masih dengan makanannya, tadi pria itu menambah porsi nasi dan juga terong balado nya, benar apa yang perempuan itu bilang, kalau masakan Bu Aminah memang enak sampai membuat nafsu makan si lelaki meningkat.
Shanin tentu saja tidak keberatan dengan hal itu, malah dia senang karena Samuel makan banyak hari ini, tidak seperti kemarin dan semoga saja lelaki itu bisa dengan cepat sembuh.
"Makanan ini tidak terlalu buruk ternyata."
Monolog Samuel dengan kembali menyuapkan satu sendok nasi dan terong balado itu ke dalam mulutnya.
"Oh? Kamu belum selesai makan?"
Shanin tiba-tiba muncul dari arah kamar mandi, dengan baju tadi yang masih utuh di tubuhnya, membuat timbul banyak pertanyaan di benak Samuel.
"Tidak jadi mandi?" Tanya Samuel dengan kepala yang mendongak karena memang posisinya saat ini masih duduk di lantai.
"Jadi, tapi aku mau beli sabun dulu di depan, sabun nya abis." Balas Shanin dengan senyum canggungnya.
Samuel hanya mengangguk-anggukkan kepalanya mendengar jawaban yang diberikan oleh Shanin dan kembali melanjutkan kegiatan menghabiskan makanannya tadi.
Dengan langkah cepat Shanin keluar dari dalam kontrakan dan berjalan menuju ke arah warung yang ada di ujung gang sana untuk membeli sabun yang dia butuhkan tadi.
BERSAMBUNG.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments