Gadis Biasa Milik CEO Tampan
Shanin melakukan aktivitas sehari-hari nya yaitu bekerja disebuah toko bunga yang ada di pinggir kota, kehidupannya begitu sederhana, dia tinggal di sebuah kontrakan kecil seorang diri karena memilih untuk hidup mandiri jauh dari kedua orangtuanya.
Tring... Tring...
Suara itu berasal dari telepon toko yang ada di atas meja kasir yang menandakan jika ada seseorang di depan sana yang menelpon, tangan Shanin pun langsung bergerak dengan cepat meraih telepon antik tersebut dan mengangkat.
"Halo? Selamat siang, dengan Duftend Florist disini, ada yang bisa saya bantu?" Shanin berucap ramah seperti biasanya pada seseorang yang menelpon di seberang sana.
"Siang, saya ingin meminta tolong agar pesanan saya kemarin bisa dikirim siang ini juga tidak?" Pertanyaan itu datang dari seseorang yang ada di panggilan tersebut.
"Pesanan atas nama siapa ya nyonya? Agar bisa saya cari tau datanya terlebih dahulu."
"Oh iya saya lupa, kemarin saya memesan atas nama perusahaan Wohlstand Company."
"Baik, bisa ditunggu sebentar, saya akan mengecek datanya terlebih dahulu." Setelah mengatakan hal itu, jari jemari Shanin langsung bergerak lihai di atas keyboard komputer yang ada dihadapannya.
Jari nya berhenti bergerak di atas keyboard saat sudah menemukan data pelanggan bulan ini dan dia langsung mencari pesanan atas nama perusahaan tersebut.
Tertera dilayar sana nama perusahaan itu memesan satu buket bunga ukuran medium yang seharusnya di kirim nanti lusa tapi si penelpon tadi meminta untuk dikirim siang ini.
"Nyonya? Apakah masih disana? Maaf membuat anda menunggu, buket bunganya akan kami kirim siang ini sesuai dengan alamat yang ada di pesanan kemarin."
"Ah baiklah, terimakasih atas respon yang telah diberikan, bunga nya saya tunggu."
"Sama-sama, semoga anda suka dengan pelayanan yang toko kami berikan." Balas Shanin sebelum pada akhirnya panggilan terputus.
Sambungan pun terputus, Shanin langsung meninggalkan tempat kasir dan bergegas untuk ke belakang, dimana disana sudah ada pegawai lain yang sudah bergelut dengan bunga-bunga yang ada disana.
Langkah kaki milik Shanin melangkah mendekat ke arah Gita yang sedang menyusun buket bunga yang sepertinya sudah dipesan oleh seseorang.
"Git, kamu bisa bikinin buket bunga pesanan atas nama Wohlstand Company sekarang gak? Soalnya tadi orang nya telepon minta dikirim siang ini juga." Ucap Shanin saat baru saja sampai di hadapan Gita.
"Loh, bukannya itu pesanan buat nanti lusa ya?"
"Iya emang harusnya lusa sih, tapi tadi orang nya minta buat dikirim siang ini."
"Mendadak banget, mana ukuran medium pula, ya udah deh ini langsung aku kerjain. Kamu balik lagi aja sana ke depan, kalo udah selesai nanti aku panggil."
Walaupun sambil terus mendumal, Gita tetap mengerjakan buket bunga tersebut, daripada nanti kena semprot bos galaknya itu.
Sedangkan Shanin sudah kembali lagi ke meja kasir untuk berjaga disana, takut-takut akan ada pelanggan yang datang tapi di tempat kasir tidak ada siapa-siapa.
***
Kini Shanin sudah berada di atas Vespa matic miliknya yang sedang melaju dengan kecepatan sedang sambil sesekali bernyanyi kecil selama dalam perjalanan.
Di dalam kotak penyimpanan yang berada di belakang jok motor yang di dalamnya terdapat satu buket bunga yang harus dia kirim ke alamat yang dikirim oleh konsumen yang memesan atas nama Wohlstand Company.
Sambil bernyanyi kecil di atas motor nya, Shanin juga menikmati suasana siang hari ini yang terasa sejuk. Namun, kenikmatan itu dengan cepat berakhir saat suara klakson mobil membuat Shanin terkejut dan motor yang sedang dia kendarai pun menjadi oleng.
Untung saja Shanin tidak sampai terjatuh dari atas motor nya itu, dia menatap kesal mobil yang melaju dengan kencang, yang tadi sempat mengagetkan dirinya karena suara klaksonnya yang menggelegar tadi.
'Mobil sialan! Semoga aja tuh ban mobil pecah di tengah jalan!' Shanin mengumpat di dalam hatinya, menyumpahi mobil yang membuatnya oleng tadi.
Dengan hati yang dongkol, wanita itu kembali mengendarai motor miliknya yang tadi sempat terhenti.
Butuh waktu beberapa menit untuk Shanin akhirnya sampai di tempat tujuannya, yaitu perusahaan Wohlstand Company. Shanin dibuat takjub dengan bangunan tinggi yang ada di depannya, bangun tersebut benar-benar sangat tinggi ditambah interior yang terlihat mewah, wanita itu jadi membayangkan bagaimana jika dirinya bisa bekerja di perusahaan ini.
Tidak ingin berkhayal lebih tinggi, Shanin segera memarkirkan Vespa matic nya itu di parkiran yang ada di depan bangunan tersebut, dia berjalan mendekat ke arah pintu masuk, tapi tiba-tiba ada hal lain yang menarik perhatian Shanin, yaitu mobil yang terparkir di parkiran khusus disana, dia merasa tidak asing dengan mobil tersebut.
Shanin mengingat-ingat dalam otaknya, apakah sebelumnya dia pernah berurusan dengan mobil atau pemiliknya? Akhirnya dia mengingat jika mobil inilah yang tadi membuat dirinya oleng saat mengendarai motor saat menuju kesini, dia ingat dengan jelas plat nomor mobil tersebut.
Lupakan tentang masalah itu, kini dia harus menyerahkan buket bunga pesanan ini ke dalam sana. Saat sampai di lobby perusahaan, dia langsung menuju ke meja resepsionis yang ada disana.
Sang resepsionis pun langsung menyambut dengan baik Shanin yang sedang membawa sebuah buket bunga, resepsionis itu langsung menerima buket bunga yang diserahkan oleh Shanin padanya.
"Terimakasih." Ucap resepsionis tersebut saat baru saja menerima buket bunga tersebut.
"Sama-sama, jangan lupa untuk memesan bunga di Duftend Florist kembali." Balas Shanin dengan senyum yang mengembang di wajahnya.
Karena sudah selesai dengan tugasnya, Shanin langsung keluar dari dalam bangunan tersebut, kembali ke parkiran tempat dimana motor miliknya terparkir.
***
Sedangkan di tempat lain seorang CEO muda yang belakangan ini sedang menjadi perbincangan hangat orang-orang karena baru saja diangkat menjadi CEO di perusahaan milik ayahnya itu, berjalan dengan seorang sekretaris di belakangnya menuju ke arah ruang rapat.
Jika kalian bertanya-tanya siapa nama dari CEO tersebut, dia adalah Samuel Georlouis atau kerap disapa Sam oleh orang-orang. Dia adalah putra bungsu dari Louis Walsh, seorang pengusaha terkenal di negeri ini. Sam baru saja diangkat menjadi CEO di perusahaan yang bergerak di bidang properti milik ayahnya.
Saat langkah kaki milik sang CEO masuk ke dalam ruang rapat yang tadinya berisik menjadi tiba-tiba hening, disana sudah terkumpul beberapa kepala pegawai dan orang-orang penting perusahaan yang sudah menunggu kedatangan CEO muda tersebut untuk melaksanakan rapat.
Dengan langkah yang tegas, CEO muda tersebut berjalan ke arah satu-satunya kursi yang sudah diperuntukkan untuk dirinya di ujung sana.
"Silahkan dimulai." Ucap pria yang baru saja duduk itu bagaimana sebuah sihir yang membuat para bawahannya langsung terdiam dan ada satu orang yang menjelaskan satu konsep mengenai rapat kali ini.
"Berhenti." Suara milik sang CEO memotong si pembicara yang sedang menjelaskan sesuatu di depan sana.
Suara itu tentu saja mengalihkan atensi orang-orang yang ada di dalam ruangan itu, tidak terkecuali sekretaris pribadinya yang dengan setia berdiri si sebelahnya.
Mendapatkan beberapa pasang mata menatap bingung kepadanya atas tindakannya tersebut, pria itu pun langsung membuka suaranya kembali.
"Banyak terjadi kesalahan dalam materi rapat yang telah anda berikan." Ucap pria tersebut sambil menunjuk ke arah si pembicara berada.
"Meskipun itu kesalahan kecil sekalipun, kesalahan yang anda perbuat hanya dalam beberapa menit itu dapat mempengaruhi perusahaan dalam waktu yang berkepanjangan." Jelas pria itu yang tidak dimengerti oleh orang-orang yang ada disana.
"Rapat kali ini ditunda, silahkan revisi dulu proposal milik anda dengan teliti. Jika masih ada kesalahan lagi saat kita rapat nanti, silahkan keluar dari perusahaan saya." Lanjutnya dengan wajah angkuh, kemudian beranjak dari tempat duduk miliknya meninggalkan keheningan yang tercipta di dalam ruang rapat tersebut.
Sang CEO muda itu berjalan keluar dari ruang rapat dengan ditemani oleh sekretaris pribadi yang berada di belakangnya, berjalan ke arah lobby karena hari ini dia memiliki acara lain diluar sana.
Saat di lobby, si resepsionis yang melihat kedatangan bos nya dan juga sekretaris yang ada di belakangnya, langsung dengan cepat berlari kecil meninggalkan tempatnya untuk menghampiri kedua orang tersebut dengan buket bunga yang ada di tangannya.
Buket bunga tersebut langsung diserahkan oleh resepsionis itu kepada sekretaris pribadi bos nya dan langsung diterima oleh sekretaris tersebut.
"Tuan, ini buket bunga untuk anda bawa ke rumah sakit menjenguk nyonya besar." Ucap sekretaris tersebut sambil menyerahkan buket bunga tersebut pada bos nya.
Tanpa mengatakan sepatah katapun, pria itu langsung menerima buket bunga yang diberikan oleh sekretaris pribadinya dan melanjutkan langkahnya keluar dari dalam gedung kantor miliknya tersebut.
Di depan sana sudah ada penjaga yang menyambutnya dengan membungkukkan badan, kemudian menyerahkan kunci mobil miliknya dengan mobil yang kini sudah ada di hadapannya, siap untuk dia kendarai.
Kali ini dia berencana untuk mengendarai mobil miliknya seorang diri, tanpa adanya supir ataupun penjaga, karena dia berencana untuk menghabiskan waktu berdua dengan ibunya yang masih terbaring lemah di rumah sakit.
Mobil hitam itu pun melaju dengan kecepatan tinggi membelah jalanan kota siang ini, awalnya semua berjalan biasa-biasa saja, Sam yang sesekali melihat ke arah layar yang menampilkan rute jalur menuju ke rumah sakit ibu nya dirawat.
Jika kalian bertanya kenapa harus menggunakan petunjuk arah? Itu semua karena Samuel yang baru saja tiba disini setelah menyelesaikan pendidikannya di luar negeri selama tujuh tahun lamanya, hal itu membuat dirinya lupa- lupa ingat dengan jalanan yang ada di negara kelahirannya ini.
Saat matanya melirik ke arah spion mobil miliknya, Samuel merasa curiga dengan keberadaan mobil yang tepat berada di belakangnya yang seperti sedang mengikutinya.
Samuel memiliki ide untuk mengelabuhi mobil yang mengikutinya dari belakang, dia merubah rute perjalanan yang ada di ponselnya yang kemudian dengan cepat membelokkan mobilnya ke kanan yang tidak sempat diterka oleh mobil yang ada di belakangnya.
Kembali dia melirik ke arah spion mobil untuk memastikan apakah mobil yang mengikutinya tadi masih mengikuti atau tidak, dia menghela nafas lega karena tidak lagi menemukan mobil tersebut di belakang nya.
Jalanan siang ini cukup padat, kini mobil nya tengah melewati jembatan panjang yang menghubungkan dua wilayah, tiba-tiba saja di depannya muncul sebuah truk besar yang mengharuskan dia untuk menginjak pedal rem mobilnya, wajahnya mendadak pucat saat rem yang dia injak tidak berfungsi apapun, kemungkinan seseorang telah menyabotase mobil miliknya ini.
Dengan terpaksa dan untuk melindungi orang lain yang ada di depan mobilnya yang melaju kencang karena tidak dapat di rem, Sameul langsung membanting setir ke arah kiri yang menyebabkan mobil miliknya terjerembab ke dalam sungai yang ada di bawah jembatan tersebut.
Semuanya terjadi begitu cepat, dia berusaha membuka pintu mobil miliknya sebelum mobil itu benar-benar masuk ke dalam air. Suara yang terakhir pria itu dengar adalah suara benturan keras yang kemudian membuatnya tidak sadarkan diri....
***************
Lanjut Part 2
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Iluh Sekar
kok smpek episode 41 aja thor
2023-04-27
1