Bab 1- pt 2

Sedangkan di tempat lain, seorang wanita baru saja pulang dari tempat kerjanya sore hari sambil mengendarai motor Vespa matic kesayangannya, dia melewati jembatan kecil yang hanya mampu dilewati satu motor saja menuju ke arah kontrakan kecilnya.

Disaat dirinya melewati jembatan tersebut sambil menikmati hembusan angin di sore hari, mata nya tiba-tiba saja menangkap seseorang yang sedang terbaring tidak sadarkan diri di bawah jembatan sana.

Dengan cepat di turun dari motor miliknya setelah dia menepikan motor itu terlebih dahulu agar tidak menggangu orang yang melintas, langkah lebarnya membawa dirinya sampai di dekat orang yang tergeletak tidak sadarkan diri itu.

Shanin menengokan kepalanya ke kiri dan ke kanan untuk mencari seseorang yang bisa dia mintai pertolongan, tapi tidak ada siapapun, disana nampak sepi.

"Mas? Mas bangun." Shanin mengatakan itu sambil menepuk-nepuk pelan orang itu berusaha agar pria itu dapat tersadar.

Tidak melihat adanya perubahan apapun, membuat Shanin menghela nafasnya pasrah. Kemudian dengan sekuat tenaga, tubuh kecilnya itu berusaha untuk membopong tubuh milik pria yang tidak sadarkan diri itu yang tentu saja tubuhnya lebih besar daripada tubuh Shanin.

Membawa tubuh pria itu sampai ke tepi jalan dimana motornya berada, berharap ada seseorang yang bisa dia mintai tolong. Shanin merasa putus asa karena sudah beberapa menit dia menunggu seseorang melintas untuk dimintai tolong, tapi tidak ada satupun yang melintas disana.

Sebuah ide terlintas di pikirannya, dia kemudian mengarahkan jarinya ke arah hidung pria yang tidak sadarkan diri itu, kemudian berusaha untuk menutup kedua lubang hidung pria itu agar dia tidak bisa bernafas.

Sesuai dengan harapannya, akhirnya pria itu tersadar dengan wajah memerah yang terbatuk-batuk, melihat hal itu pun membuat Shanin khawatir.

"Kamu gak kenapa-kenapa? Maaf ya, aku terpaksa ngelakuin itu biar kamu sadar, soalnya dari tadi kamu gak sadar-sadar." Jelas Shanin pada pria yang tidak dia ketahui namanya itu, sebelum dirinya kena marah pria itu.

Pria itu masih terbatuk-batuk karena merasa banyak air yang masuk ke dalam organ pernapasannya, ditambah lagi karena tadi hidungnya sengaja ditutup oleh wanita yang ada di sampingnya itu.

"Apa tidak ada cara lain? Kamu hampir membuat saya mati." Pria itu mengatakan hal tersebut sambil menatap tajam ke arah Shanin.

Shanin yang mendapatkan tatapan seperti itu langsung menciut.

"T-tadi aku udah berusaha buat bangunin kamu di bawah jembatan sana, tapi kamu tetep gak bangun-bangun. Mau cari pertolongan dari orang lain pun disini nggak ada siapa-siapa, jadilah aku berusaha buat bawa kamu kesini, berharap ada orang yang lewat, tapi tetep sama aja." Jelas Shanin panjang lebar dengan wajah yang menunduk takut.

Dalam hatinya dia sudah menggerutu, 'tadi aja gak usah aku tolongin, biar dimakan buaya sekalian di bawah sana.'

Tidak mendengarkan balasan apapun dari pria tersebut membuat Shanin kembali mendongakkan kepalanya untuk menatap ke arah pria tersebut. Pria itu sedang memegangi kepalanya yang terasa nyeri, melihat hal itu membuat Shanin khawatir.

"Arghh!!" Teriak pria itu dengan kedua tangan yang memegangi kepalanya.

Teriakan itu tentu saja membuat Shanin terkejut dan langsung menatap penuh khawatir pada pria itu.

"Mas kenapa?! Mas jangan buat saya takut kayak gini."

Selain rasa khawatir yang menggerogoti hati Shanin, rasa takut juga tidak kalah terasa disana, dia takut jika pria itu kesurupan setan penunggu sungai ini, apalagi saat ini hari mulai gelap karena akan malam dan angin terus berhembus kencang.

"Kepala saya sakit.." Balas pria itu pelan dengan tangan yang masih bertengger di kepalanya.

Shanin bingung harus melakukan apa, tangan miliknya pun terulur untuk menyentuh bahu pria tersebut berusaha untuk menenangkannya walaupun dia tidak yakin jika hal ini dapat bekerja.

"Mas inget gak rumah mas dimana? Biar saya antar ke rumah mas nya."

"Saya lupa, saya lupa semuanya. Yang saya ingat cuma nama saya, bahkan saya lupa kenapa saya bisa seperti ini."

Balasan dari pria itu membuat Shanin menghela nafas panjang, dia semakin bingung harus membawa kemana pria ini, atau dia bawa saja pria ini ke kontrakan kecil miliknya? Tapi dia tidak yakin pria itu mau tinggal di kontrakan sempit seperti itu.

"Eumm.. ya udah, mas nya ikut ke kontrakan aku aja gimana? Tapi kontrakan aku sempit, aku gak yakin mas mau tinggal disana."

"Bawa saya kesana, saya tidak masalah tentang hal itu."

Padahal sebenarnya Shanin tidak serius menawarkan hal itu, tinggal sendirian saja terkadang dia merasa sangat pengap di kontrakan itu, apalagi jika harus tinggal berdua, dia hanya mampu menghela nafas panjang untuk kesekian kalinya hari ini.

"Ya udah, ayo naik ke motor aku."

Dengan langkah gontai Shanin berjalan mendekat ke arah motor nya dengan diikuti oleh pria tadi dari belakang yang kemudian mendudukkan diri di jok belakang motor tersebut.

Shanin yang belum benar-benar siap untuk menahan berat tumpangan pun hendak terjatuh dari motor, tapi hal itu tertahan oleh kaki panjang milik pria itu yang menahan motor itu agar tidak terjatuh.

"Ish! Bilang-bilang dulu kek kalo mau naik!" Gerutu Shanin pada pria yang ada di belakangnya itu.

Si pria tidak merespon apapun apa yang Shanin katakan, pria itu terlihat biasa-biasa saja dan terlihat tidak merasa bersalah.

Shanin pun dengan pelan-pelan melajukan motornya itu menuju ke arah kontrakannya dengan seorang pria yang duduk di jok belakangnya sambil memegang bahu milik Shanin.

Dalam hati Shanin menggerutu atas tindakan yang dilakukan pria tersebut 'apa-apaan?! emang dia pikir aku tukang ojek, pegangannya kayak gini.'

Tapi tanpa Shanin ketahui jika dia sedang dibohongi oleh pria yang sedang dibonceng olehnya itu, pria itu tidak benar-benar hilang ingatan, dia hanya berpura-pura saja.

Dia ingat dengan jelas semuanya, dan dia juga mengetahui siapa yang menyabotase mobil miliknya sehingga membuat dia menjadi seperti ini.

Samuel yakin jika orang yang menyabotase mobil miliknya adalah Regard, kakak kandungnya sendiri yang memang sedari dulu tidak menyukai dirinya, meskipun dia tidak secara langsung melihat hal itu tapi otaknya langsung tertuju kepada Regard, sang kakak.

Ditambah lagi kakaknya itu merasa tidak terima karena ayahnya lebih memilih menjadikan Sameul sebagai penerusnya menjadi pemimpin di perusahaan, bukan Regard yang sudah seharusnya menjadi penerus utama karena dia merupakan anak pertama.

Untuk sementara waktu ini Samuel berencana untuk membiarkan sang kakak merasakan kesenangan terlebih dahulu untuk sementara, membiarkan saudara kandungnya itu menempati posisi di kantor sementara ini sebelum dirinya kembali ke tempat itu dan kembali mengambil apa yang sudah menjadi miliknya.

BERSAMBUNG.

Terpopuler

Comments

Wirda Lubis

Wirda Lubis

pura pura lupa ingatan

2023-05-25

0

𝐈𝐬𝐭𝐲

𝐈𝐬𝐭𝐲

ternyata pura² amnesia...

2023-05-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!