Cinta Sang Tentara

Cinta Sang Tentara

Jakarta

Terbayang seperti apa wajah Jakarta. Banjir itu sudah biasa, macet itu cerita lama, koruptor sudah banyak beritanya, atau Ibu kota Republik Indonesia, jangan ditanya, karena itu adalah hal yang umum, bahkan sudah ada didalam buku pelajaran anak kelas dua SD, ada gambarnya lagi.

Jakarta hanya sebatas kota yang dipilih untuk menjadi wilayah khusus sebagai Ibu kota negara. Tapi hal terpenting adalah sebuah tempat berkumpulnya seluruh umat manusia dari belahan nusantara.

Wajah dari Jakarta adalah penduduknya, dari pejabat, pengamen, pengusaha, pedagang, supir, pengacara, seles, pemulung, gelandangan, preman, calo, tukang tipu, tukang jahit, tukang sol, tukang cuci tanpa setrika, tukang setrika tanpa cuci dan segala macam tukang pun berkumpul di Jakarta.

Bercerita tentang orang kaya yang mengambil uang dari rakyat miskin, atau pun rakyat miskin yang memaki orang kaya karena dengan sengaja mengambil uang mereka.

Mungkin juga, orang udik dari kampung yang mengadu nasib di Jakarta, berbekal ijazah SD untuk mencari pekerjaan, berangan-angan jika kelak akan menjadi pengacara, dan  pada akhirnya berakhir sebagai supir bus kopaja. Semua itu menjadi kegiatan rutin didalam masyarakat perkotaan.

Selain itu, ada pula orang bergaya layaknya pegawai kantoran yang menggunakan jas dan dasi, padahal dia hanya seles untuk menawarkan sebuah produk makanan dari hasil biji bunga matahari, yang disebut kuwaci.

Merayu pelanggan dari supermarket hingga warung pinggir jalan, tapi karena produknya tidak laku, membuat karirnya berakhir dari selesman kuwaci menjadi kenek kopaja. Sebuah ironi kehidupan.

******

Askar, dia hanya seorang penjaga minimarket dengan nama awal huruf 'A' berakhiran 'Mart'. Satu dari jutaan manusia yang bertahan hidup ditengah kerasnya kota Jakarta.

Berpenghasilan kecil, kebutuhan hidup mahal, potongan gaji karena kehilangan barang, selalu tersenyum bodoh dan banyak-banyak bersabar.

Itu hanya sebagian kecil dari masalah hidup Askar, dimana saat pelanggan sok kaya datang, padahal uang didalam dompet hanya cukup untuk membeli kuaci, tapi masih berlagak sombong.

"Selamat datang ." Senyum Askar penuh kepura-puraan dan terpaksa menyapa menggunakan suara lembut, walau terkadang membuat Askar malu sendiri.

Tapi para pelanggan sok kaya itu tidak menanggapinya, hanya melirik dengan tatapan sinis dan mungkin berkata dalam hati. 'Dih sok akrab banget, cuma karyawan aja belagu.'

Askar harus bersabar karena itu memang tugas yang harus dilakukan olehnya. Walau sedikit hati ingin dia angkat meja kasir dan melemparkannya kepada pelanggan sok kaya itu.

Dering panggilan ponsel terus berbunyi dengan nada klasik dan Askar tidak perduli dengan itu. Askar sadar kalau tidak mungkin ada seseorang yang secara khusus menanyakan kabar kepadanya.

Karena sebagian besar panggilan itu, dari orang-orang yang Askar kenal hanya untuk berbasa-basi meminta berhutang, menawarkan bisnis MLM, menanyakan lowongan kerja dan salah sambung. Selebihnya adalah kedok penipuan berhadiah mobil dari undian sabun colek atau hanya menawarkan pendaftaran kartu kredit.

"Terimakasih atas kunjungannya." Kembali Askar harus tersenyum penuh kepura-puraan didalam hidupnya.

Seorang manusia seperti Askar adalah hanya salah satu dari sekian banyak manusia yang sudah merasakan berbagai macam pengalaman hidup di kota Jakarta.

Askar tidak ingin mencari masalah di dalam kehidupannya dan tidak ingin mendapatkan masalah yang mengganggu keuangannya.

Bahkan hingga saat ini, Askar sudah merasa muak jika setiap menit harus berpura-pura tersenyum di depan pelanggan dan pada akhirnya saling berdebat karena kembaliannya diganti permen .

'Itu hanya 50 rupiah, jika pun ada, buat beli kuaci setengah bungkus pun gak dapet .' Itu yang ingin Askar katakan kepada setiap pelanggan yang ingin mengajaknya berkelahi hanya karena 50 rupiah .

Tapi bagi Askar, jika dia tidak bisa membawa diri dalam kehidupan bermasyarakat, maka dirinya sendiri akan tersingkirkan oleh mereka.

******

Wajah Askar tampak lemas karena terlalu banyak senyum dan mulai mengemasi barang-barangnya untuk segera pulang. Tidak perlu memakan waktu hanya untuk berganti baju dan menggunakan sepatu .

Untuk seorang pegawai minimarket Askar memiliki wajah cukup tampan dan tubuh atletis yang terbentuk dengan latihan keras.

Tapi Jakarta tidak memandang seperti apa rupa manusia, hingga yang terjadi adalah terjebak dibelakang meja kasir yang tersenyum seperti orang bodoh. Hanya saja dengan wajah tampannya, tidak menutup kemungkinan dalam mendekati beberapa wanita .

Sebut saja R, wanita cantik berambut hitam potongan shaggy, bodi langsing dengan tinggi layaknya model .

Jika dilihat dari rupa, maka setiap orang akan mengira kalau R adalah seorang model majalah yang berpura-pura menjadi pegawai minimarket.

Tapi pada kenyataannya, R adalah  mahasiswa semester 4 yang hampir drop out karena tidak memiliki biaya, dan berakhir dimeja kasir, tepat disamping Askar untuk membiayai kebutuhan kuliah dan makan keluarganya sehari-hari.

"Askar, bisa kita pulang bersama." Wanita itu secara langsung menghampiri Askar dengan senyuman manis.

"Tentu saja Rea, dan juga aku takut jika terjadi sesuatu kepadamu." Balas Askar yang dengan akrabnya mengusap kepala R. R berasal dari nama Rea.

Askar dan Rea beriringan melewati trotoar jalan, dimana waktu sore saat pulang kerja, jalanan terasa begitu ramai dan sempit, membuat Rea harus berdekatan dengan Askar.

Sesekali jari-jari Rea yang tanpa sengaja saling bersentuhan membuat suasana hatinya menjadi canggung.

Terlalu jelas terlihat bahwa wanita cantik yang selalu dianggap oleh Askar sebagai adik memiliki perasaan khusus kepadanya.

"Bagaimana dengan kuliah kakak, apa baik-baik saja." Tanya Rea yang berjalan di samping Askar dengan ekspresi wajah bahagia.

"Ya ....untuk saat ini, tidak ada hal lain, selain duduk, melihat drama orang bodoh dan menunggu kelas selesai." Jawab Askar dengan tersenyum sendiri.

Rea pun merasa santai untuk saling berbincang mengenai permasalahan kuliah. Sebagian besar waktu Rea hanya disibukan dengan berkerja di minimarket, membersihkan rumah dan mengerjakan tugas-tugas kuliah.

"Bukannya memang seperti itu, jadi jangan berharap hal lain, jika kita ingin lulus tanpa ada masalah." Rea yang menanggapi jawaban askar dalam arti lain.

Di antara setiap orang yang mengenal Askar, tidak ada satu pun dari mereka semua dengan akrab berbicara kepada Askar, sekali pun sok akrab, hanya ada dua alasan, meminjam uang dan memintanya untuk ikut bisnis MLM.

Terlebih lagi sosok Rea sudah layaknya adik bagi Askar, walau usianya hanya berbeda dua tahun, tapi bagi Rea melihat Askar menujukan adanya perasaan khusus tersimpan didalam hatinya.

"Ya, kau benar Rea, hanya saja, jika manusia melakukan hal berulang kali tentu akan bosan, pasti ada saatnya kita berpikir 'bukankah menarik, kalau aku melemparkan kursi kearah mantan pacar, ketika dia sedang menyombongkan kekasih barunya'. Bukankah itu terasa menyenangkan ." Askar mengatakan itu dengan nada datar namun menatap serius dan Rea hanya tersenyum kecut mendengar pernyataan Askar .

"Jika kakak melakukan itu, maka kemungkinan besar keesokan harinya kakak akan dibawa ke kantor polisi." Tertawa Rea membayangkan jika Askar benar-benar melakukan hal itu.

"Setidaknya itu bukan hal buruk ,hanya mengutarakan isi hati dengan sebuah tindakan." Berkata Askar dengan sedikit tertawa.

"Jika itu di perbolehkan aku pun ingin melakukannya." Jawab Rea dengan nada kesal saat setuju dengan pendapat Askar.

Tanpa sengaja seorang lelaki menyenggol tubuh Rea, itu tidaklah aneh, saat keramaian jam pulang kerja jalanan menjadi semakin sempit.

Askar menangkap tubuh lelaki itu secepatnya."Tuan tidak terluka, tolong berhati-hatilah." Sembari menepuk punggung lelaki berjaket hitam dengan celana Levis sobek-sobek.

"Terimakasih tuan, aku tidak apa-apa." Kembali lelaki itu berjalan pergi, sesekali melirik dan hilang melewati kerumunan orang.

Askar tidak merasa aneh dengan tindakan lelaki itu, siapa pun orang yang melihat Rea, ingin sesekali menyenggol tubuhnya, terlebih lagi dibagian depan.

Sesuatu yang menonjol tapi bukan bakat, selalu menggoda siapa pun, jika bukan karena rasa balas Budi kepada orang tua Rea, Askar sudah membawa Rea kepelaminan.

"Kenapa dengan orang itu." Rea bertanya saat melihat lelaki yang sesekali melirik kearahnya.

"Dia tukang copet, aku melihatnya tadi mengambil dompet didalam tasmu Rea." Santai Askar mengatakan alasan dari lelaki itu menyenggol tubuh Rea.

"Heh ?." Rea terkejut mendengar apa yang dikatakan oleh Askar, "kalo kakak tahu, kenapa tidak menghentikannya, duh uang terakhir lagi." Mencari setiap barang-barang didalam tas kecil yang Rea gunakan, tapi tetap apa yang dicarinya tidak ditemukan.

"Untuk apa, karena...." Askar mengeluarkan dua buah dompet, yang satu warna ungu dan satunya tidak lagi berbentuk seperti dompet.

Di kota ini, hidup sangat keras, siapa yang kuat dia yang berkuasa, dan siapa yang berkuasa maka hidup mereka tidak tenang.

Terpopuler

Comments

Diana S

Diana S

msh menyimak

2022-02-27

0

sultan_sj

sultan_sj

ini lanjutan cerita davendra kan

2022-01-20

0

Thripple X R

Thripple X R

sekali baca jadi suka, realita memang nyata terasa,...berirama...., "inget kata "Harta" itu dunia, hati itu yg paling "Utama" . Mantap Thor, semoga sehat selalu, amin.

2021-09-30

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!