Suara alto

Bar 'senja malam' menjadi tempat hiburan malam yang lumayan terkenal, bahkan sudah memiliki tiga puluh cabang hampir di seluruh penjuru kota Jakarta.

Terdapat dua ruangan yang dimiliki tempat hiburan senja malam ini, lantai atas sebagai tempat orang kere dan orang yang ingin minuman murah.

Sedangkan ruangan bawah, tepatnya ruang khusus yang dibuat secara VIP, tersembunyi dan rahasia. Hanya pemilik kartu member saja dapat masuk, biasanya digunakan oleh para pejabat, artis-artis dan orang kaya.

Penjaga pintu khusus ruang VIP pun menunduk hormat saat melihat Askar datang.

"Tuan Askar silakan masuk."

Askar berhenti sejenak sebelum memasuki ruang VIP, "Ranu, apa kau tidak ingin menguji kemampuan seperti Samuel."

"Tidak tuan Askar, kemarin aku sudah dikalahkan telak oleh anda."

"Membosankan." Gumam Askar melihat ekspresi Ranu yang menunduk.

Askar berjalan santai melewati rayuan wanita dengan rok mini, parfum menyengat dan bibir bergincu merah merona.

Menghidupkan rokok murahan yang Askar beli diwarung pinggir jalan, menarik panjang dan menghembuskan asapnya yang berbau apek.

Sekali lagi asap mengepul keluar dari mulut Askar.

Bahkan saat orang-orang kaya mencium aroma asap dari rokok yang dihisap oleh Askar, mereka semua terbatuk-batuk sampai keluar air mata. Para orang kaya itu tidak pernah mengerti kenikmatan yang Askar rasakan dari rokok murahan dimulutnya.

Seorang lelaki berjas merah dengan dasi bermotif bunga-bunga, melirik Askar dari ujung rambut hingga kepalanya. Dia merasa terganggu atas pemandangan dari lelaki yang baru saja melewati tempat duduknya.

"Siapa lelaki itu, aku tidak tahu kalau tempat ini memperbolehkan orang miskin masuk ke ruang VIP."

"Itu tuan Askar, tamu pribadi nona sela." Jawab wanita penghibur yang duduk dioangkuan lelaki berjas merah merah itu.

"Sejak kapan, nona sela berteman dengan orang miskin." Ucapnya dengan nada suara sinis.

"Jangan berbicara seperti itu tuan, nanti tuan Askar akan tersinggung mendengar perkataan anda." Gadis penghibur itu memberikan peringatan.

Tidak perlu heran jika setiap pengunjung ruang VIP, yang menyombongkan jas dan dasi mereka, melihat sinis kearah Askar. Dengan pakaian kemeja hitam polos dan celana jeans robek seperti habis kecelakaan, membuat siapa pun pasti akan mengira jika Askar hanya seorang tukang parkir atau oun. kenek Kopaja.

"Hei pak tua, sebelumnya aku mendengar perkataan yang tidak menyenangkan dari tempat ini." Setelah mendengar ejekan tentangnya, Askar secara tiba-tiba muncul tepat disebelah lelaki berjas merah yang menikmati minuman digelasnya.

"Tuan Askar se_" Askar menghentikan perkataan gadis penghibur itu dengan jari telunjuknya. Askar tersenyum penuh makna dengan gelengan kepala.

Askar mengambil gelas minuman dari lelaki berjas merah, duduk disampingnya dan bersandar siku, "Tuan siapa yah !?, ah!! ...aku tahu anda, anda yang sering muncul di radio." Tebak Askar saat ingat wajah dari lelaki itu.

"Televisi, aku presenter diacara debat malam." Tegasnya yang tidak menyukai sikap lelaki berfasion kenek Kopaja duduk dengan santai disampingnya.

"Ah maaf, aku tidak punya televisi, jadi aku melihatnya lewat radio." Kata Askar berkata jujur dan kembali meminum air berkadar alkohol 10%.

Askar meletakan gelasnya diatas meja, mengacungkan jari telunjuk didepan hidung lelaki berjas merah, "Jadi begini, apakah perlu anda menghakimiku, entah aku kenek Kopaja, tukang sapu, tukang ojek atau pun seales kuwaci, aku punya harga diri, siapa tahu, aku sebenarnya orang kaya yang sedang menyamar menjadi orang miskin."

Lelaki dengan dasi bermotif bunga-bunga itu mengangguk cepat, wajahnya pucat ketakutan, merasa jika sosok yang dipanggil Askar bukan orang sembarangan.

Dimana sekarang ada banyak acara yang menggunakan metode prank, saat para orang kaya pura-pura miskin, eh ternyata emang miskin beneran.

"Memang tuan Askar ini orang kaya ?." Presenter itu menjadi lebih sopan kepada Askar.

"Bukan, aku hanya kasir minimarket saja." Jawabnya dan langsung saja pergi setelah menghabiskan satu botol penuh Vodka dari meja lelaki berjas merah.

Askar berjalan mendekat kesebuah meja bartender, dimana seorang wanita cantik berambut cokelat kemerahan duduk santai menunggu seseorang, "Sela, kenapa kau memanggilku tengah malam begini, besok aku ada kuliah."

Sela menggunakan gaun tipis berwarna kelabu dengan bentuk yang terbuka depan belakang, punggungnya putih mulus tanpa cacat, termasuk longgar gaun yang menampakan jurang dalam dari cela himpitan dadanya.

Lirikan matanya tajam namun sendu, bibir indah bergincu merah, dan senyuman manis yang melengkung diwajah, semua daya tarik dimana orang gila pun akan waras seketika.

Itu membuat siapa pun tertarik, tidak perduli tua atau pun muda, perjaka atau yang beranak lima, sekilas pandangan mata tertuju kepada sela, hilang semua akal semua orang

Jika sela meminta mereka semua untuk menggonggong sekali pun, asalkan bisa menjilat kaki putih yang tersimpan dari balik gaunnya, tidak akan bisa untuk menolak.

Sentuhan jari lentik dengan cat kuku berwarna merah, secara perlahan mengelus pipi Askar dengan lembut, "Mas kamu kok lama amat."

Saat mendengar nada suara alto dari mulut manis gadis cantik yang duduk itu, semua orang baru akan tersadar jika sela adalah seorang lelaki, tidak mantan lelaki yang berganti profesi menjadi wanita, tidak juga, waria lebih tepatnya.

Nama lengkapnya : Selamet Saefudin.

Entah apa yang terjadi, kemungkinan besar akibat salah suntik hormon estrogen dan progesteron, membuat ke jantannya diambil alih.

Jika bukan karena suara alto 5 oktaf yang jelas terdengar ditelinga Askar, dia pun akan langsung jatuh cinta, sama seperti pertama kalinya Askar bertemu dengan sela.

"Memang sebaiknya kau itu tetap diam sela, semua fantasiku lenyap oleh suara serak-serak basah yang kau ucapkan." Askar berbicara dengan penepuk kening, mencoba melenyapkan semua gambaran tentang sela dari dalam otaknya.

Tanpa menunggu lama, sela mengambil selembar kertas dari dalam tas merah yang dia bawa. Askar melihatnya, itu sebuah foto, seorang wanita cantik luar biasa, rambut hitam sebahu, tatapan mata yang tajam dan bibir mungil merah muda.

"96." Kata Askar dengan singkat setelah melihat foto cantik yang ditujukan oleh sela.

"Aku tidak butuh penilaian darimu, tapi, kenapa nilainya tinggi sekali." Sela merasa binggung atas nilai yang Askar berikan kepada gadis di dalam fotonya.

"Ya banyak alasannya." Jawab Askar yang tersenyum sendiri.

"Begini, gadis ini bernama Yuna, teman aku_"

"Tunggu, aku tidak tahu kau memiliki teman secantik ini, dimana kau menemukannya." Potong Askar yang merasa aneh mendengar cerita dari sela. Siapa yang percaya, sosok lelaki yang bermetamorfosis menjadi berang-berang ini memiliki teman secantik malaikat.

"Banyak ceritanya, walau tidak serumit pertemuan kita, Askar." Jawab Sela yang mengedipkan mata, dan merinding seluruh tubuh hara.

"Jadi kenapa kau menujukan foto gadis ini kepadaku." Askar bertanya-tanya tentang inti dari pertemuannya di bar senja malam ini.

"Dia mencari seorang pengawal." Singkat jawab Sela.

Terpopuler

Comments

Crisna

Crisna

untung bukan selamet malam semua..

2022-04-13

0

Nur Hidayat

Nur Hidayat

kayax bakal jdi jodoh si askar

2021-09-19

0

S mangkujagat

S mangkujagat

gua ngakak terussss...

2021-09-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!