Rafael menatap Arrabelle yang masih menggunakan kemeja milik bosnya, tanpa mengucapkan apapun membuat Arrabelle menjadi gugup dan merasa tidak nyaman.
"Siapa Belle?" teriak Haidar.
"A—."
"Ini saya direktur Ha," sela Rafael memotong ucapan Arrabelle. Ia melewati wanita yang telah menahan bosnya itu begitu saja. Jika dilihat dari gerak geriknya Rafael terlihat tidak menyukai Arrabelle entah apa alasannya, tapi semenjak kejadian beberapa hari yang lalu Rafael selalu mencurigai setiap orang asing yang mencoba mendekati bosnya tersebut.
"Direktur Ha, saya sudah membawa barang yang anda minta," ucap Rafael menunjukan banyak paperbag pada Haidar.
"Apa semuanya sudah lengkap?"
"Sudah, atasan, bawahan, dress, ****** *****, penutup pa*yu d*Ara, pembalut dan—,"
"Eh, sudah-sudah kau tidak perlu menyebutkan semuanya." Arrabelle memotong ucapan Rafael yang menyebutkan semua barang-barang milik wanita di depan Haidar karena merasa malu.
Haidar mengangkat kedua alisnya dan Rafael menyerahkan semua barang-barang yang dibawanya ke tangan Arrabelle.
"Nona Belle, saya ada perlu dengan direktur Ha. Bisakah anda meninggalkan kami sebentar," ujar Rafael dingin.
"Oh, baiklah." Arrabelle menoleh pada Haidar sesaat, kemudian ia pergi meninggalkan kedua pria dengan karakter berbeda itu di area pantry.
Haidar kembali duduk dan melanjutkan sarapannya kembali, begitupun dengan Rafael yang ikut duduk di samping Haidar untuk membicarakan orang-orang yang telah menyerangnya beberapa hari lalu.
"Maafkan saya direktur Ha, saya tidak dapat menemukan jejak mereka. Saya telah melacak plat nomor mobilnya akan tetapi plat nomor itu palsu dan mobilnya pun adalah hasil rental dari sebuah showroom, saya juga sudah menanyakan data mereka pada pihak terkait namun mereka memakai data palsu," papar Rafael menjelaskan semuanya pada Haidar.
"Lupakan saja hal itu dari pada kita membuang tenaga untuk mencari orang tidak jelas, sebaiknya kita fokus saja pada pekerjaan," jawab Haidar santai.
"Baik direktur Ha." Rafael diam sejenak dan menatap Haidar untuk beberapa saat.
"Ada apa?" tanya Haidar yang sadar jika Rafael ingin menyampaikan sesuatu padanya.
"Mengenai nona Arrabelle, sebaiknya anda tidak terlalu dekat dengannya," bisik Rafael menyimpan kecurigaan pada Arrabelle.
Haidar memutar tubuhnya dan menatap Rafael serius. " Apa maksudmu?"
"Maaf direktur Ha, saya tidak bermaksud apa-apa hanya saja menurut pengamatan saya nona Arrabelle tidak sepolos yang kita kira. Saya khawatir jika orang-orang kemarin memiliki hubungan dengan nona Arrabelle," ungkap Rafael.
Mendengar penuturan Rafael, Haidar langsung tertawa terbahak-bahak. Ia merasa kesimpulan yang dimiliki Rafael itu tidak masuk akal, bagiamana mungkin gadis secantik dan sepolos Arrabelle bersekutu dengan orang-orang jahat dan lagi Haidar tahu jika Arrabelle berasal dari kalangan bawah jadi Haidar merasa itu sangat tidak mungkin. Lagipula kenapa Arrabelle mesti melakukan kejahatan padanya, mereka baru saling mengenal dan tidak memiliki dendam apapun.
"Kau hanya terlalu khawatir Raf, sudahlah jangan berpikir berlebihan tentang Arrabelle aku bisa jamin jika dia gadis yang baik," tutur Haidar pergi meninggalkan Rafael untuk bersiap-siap pergi ke kantor.
Haidar masuk ke dalam kamar dan mendapati Arrabelle sedang duduk di sudut ranjang sambil terisak.
"Belle, ada apa? Kenapa kau menangis?" Haidar menghampiri Arrabelle dan duduk disampingnya.
Arrabelle mengusap air matanya dan tersenyum pada Haidar. "Hah, aku tidak apa-apa hanya kelilipan," dalih Arrabelle.
"Jangan berbohong Belle, katakan padaku apa yang membuatmu bersedih."
Arrabelle menyandarkan kepalanya di bahu Haidar, ia mengatakan jika dirinya merasa tidak nyaman karena Rafael menyimpan curiga terhadapnya. Padahal ia baru pertama kali bertemu dengan Haidar dan Rafael akan tetapi, Rafael malah mengiranya sebagai orang jahat.
"Haidar kau percayakan padaku, jika aku bukan orang jahat." Arrabelle menatap sendu Haidar dengan manik mata berkaca-kaca.
Haidar mengusap pipi Arrabelle lembut. "Tentu saja aku percaya, jangan pedulikan Rafael dia hanya terlalu waspada akhir-akhir ini sehingga tak dapat berpikir dengan jernih."
Arrabelle menganggukan kepalanya sembari sedikit tersenyum pada Haidar.
"Aku harus pergi ke kantor ada urusan mendadak yang harus aku tangani, kau bisakan pergi ke dokter sendirian?"
Arrabelle menganggukkan kepalanya lagi.
"Maaf aku tidak menepati janjiku," sesal Haidar menggenggam tangan Arrabelle.
"Tidak perlu khawatir urusan mu jauh lebih penting, aku bisa melakukannya sendiri," balas Arrabelle mengusap tangan Haidar.
Haidar tersenyum pada Arrabelle sebelum dirinya masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri, setelah usai mandi dan berpakaian rapi ia pun keluar dari kamar mandi lalu meminta tolong pada Arrabelle untuk memasangkan dasi pada lehernya.
Arrabelle berdiri diatas ranjang untuk mensejajarkan tinggi badannya dengan Haidar, ia mulai melingkarkan kain panjang itu di leher Haidar dan di detik berikutnya ia menarik dasi itu kuat hingga membuat Haidar tercekik dan sulit bernapas sampai pada akhirnya Haidar pun tewas di tempat.
Arrabelle menarik sebelah bibirnya ke atas, saat melihat Haidar tergeletak di lantai kamarnya. Hatinya terasa begitu puas karena akhirnya setelah bertahun-tahun lamanya ia menunggu, kini dia bisa membalaskan dendam pada Haidar yang telah membunuh kakaknya secara kejam dan tanpa perasaan.
Arrabelle berjongkok di depan jasad Haidar, manik matanya terlihat menggenang air mata. Ia mengusap wajah Haidar lembut sembari tersenyum sinis.
"Bukankah ini tidak adil, kau mati dengan mudah di tanganku sementara kakak ku harus menderita dan merasakan rasa sakit yang luar biasa karena keegoisan mu," ucap Arrabelle getir.
"Belle," lirih Haidar tiba-tiba sadar kembali membuat Arrabelle terkejut.
"Belle … Belle!" Haidar mengguncangkan bahu Arrabelle dan membangunkannya dari dalam lamunannya.
"Hah." Arrabelle spontan mundur dari Haidar dengan raut wajah gelisah setelah tahu jika dirinya sedang berkhayal membunuh Haidar.
"Belle kau baik-baik saja?" tanya Haidar khawatir, karena Arrabelle tiba-tiba terlihat cemas setelah melamun.
"A-aku aku baik-baik saja," jawab Arrabelle mengatur napasnya agar lebih tenang.
"Apa yang kau pikirkan?"
"Hah, t-tidak ada. Maaf sudah membuatmu menunggu, kau pasti akan terlambat," ucap Arrabelle kembali menghampiri Haidar dan memasangkan dasinya.
Haidar menatap Arrabelle secara seksama, ia jadi khawatir karena ucapan Rafael membuat Arrabelle menjadi tertekan. Usai dasinya terpasang dengan rapi, Haidar berpamitan pada Arrabelle dan memberikan credit card-nya untuk biaya rumah sakit Arrabelle.
.
.
.
"Raf, lain kali jangan tunjukkan sikap tidak suka mu pada Belle," tegur Haidar pada sekertarisnya.
Rafael melirik bosnya dari balik spion yang menggantung dan mengangguk. Rafael tak percaya, baru tiga hari bosnya bertemu dengan wanita yang tak sengaja ditabraknya tapi Haidar sudah meluluh dan seolah telah mengenalnya sejak lama. Rafael semakin penasaran, siapa Arrabelle sebenarnya dan apa yang telah diberikan oleh Arrabelle pada bosnya sehingga membuat Haidar lebih membelanya dibanding Rafael yang telah lama mendampinginya.
.
.
.
Bersambung….
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments