Bukan Waktu yang Tepat

Sejak awal Mizar berniat menolak ajakan Riandra dan Kikan. Ia terlalu malas terlibat dengan kedua cewek itu di luar tongkrongan Andromeda.

Ribet. Mereka jauh berbeda dari segala hal. Termasuk obrolan yang tak pernah nyambung. Terutama bagi Mizar dan Riandra. Itulah yang dipikirkan oleh cowok itu. Namun, Sky memaksa Mizar untuk ikut.

Mizar tahu, ajakan Sky bukan hanya untuk mengabulkan keinginan dua cewek itu. Tapi juga memiliki tujuan tersembunyi yang cuma bisa dipahami oleh dirinya. Meski begitu, Mizar paham apa yang diinginkan oleh temannya sejak SMA itu.

"Lo di mana?" Mizar berbicara dengan seseorang melalui sambungan ponselnya.

Ia baru saja tiba di tempat tujuan sebelum hujan turun dengan derasnya. Namun, belum ada tanda-tanda Sky sudah sampai duluan. Padahal cowok itu berangkat lebih dulu ketimbang dirinya.

"Kejebak ujan. Lo masuk aja dulu. Andra sama Kikan udah sampai duluan. Mereka udah di dalem!" Di ujung panggilan, suara Sky berebut dengan gemuruh hujan.

"Elah, ribet banget lo. Gue balik aja deh."

"Nggak, nggak. Ini gue berhenti cuma buat pakai jas ujan, Anjir! Jangan harap lo punya niatan buat kabur!" tukas Sky dengan nada tegas di ujung panggilan.

"Kelamaan lo."

"Heh, si Anj*ng! Ini gue sama Arlan udah mau jalan! Awas lo nggak di tempat begitu kami sampai sana!" Ancaman Sky membuat Mizar mengurungkan niat.

Lagipula, hujan turun dengan derasnya. Tak mungkin Mizar meninggalkan tempat begitu saja.

Cowok itu memilih masuk ke dalam restoran cepat saji dan menyusul Riandra serta Kikan yang sedang tertawa cekikikan. Mizar yakin betul, mereka sedang menertawakan seseorang yang ada di sana.

Kebiasaan, kedua cewek itu memang sering kali menjadikan kekurangan orang lain - bahkan kelebihannya - untuk menjadikan bahan tertawaan. Itu juga salah satu hal yang membuat Mizar malas berhubungan dengan mereka secara personal.

Kalau saja bukan urusan Andromeda, sudah lama Mizar ingin sekali menjauhkan kedua cewek itu dari tongkrongan.

Buktinya bergaul dengan mereka hanya membuat urusan Mizar menjadi kian runyam. Terlebih ketika seorang pemuda yang empat tahun lebih tua darinya, menyapa dengan raut muka terkejut.

Mungkin akibat tak menyangka jika mereka bakal bertemu di tempat seperti ini. Atau mungkin karena sang adik yang berdiri di sampingnya menatap Mizar dengan raut muka tak suka.

"Mizar?"

"Bang Agil?"

Mizar mengucapkan nama itu hampir tanpa ekspresi. Bahkan suara yang keluar seakan tersekat di kerongkongan.

Sudah lama, mereka tak pernah bertemu tanpa sengaja ataupun direncanakan. Dan, pertemuan mereka begitu tiba-tiba.

Kalau saja si pemuda yang baru saja menyapanya tak sedang bersama sang adik, ia pasti bakal merangkul Abigail saat itu juga. Namun, sifat defensif sang adik, membuat Mizar melakukan niatnya.

"Zar, lo kenal?" tanya Riandra terkejut ketika kedua orang itu saling menyapa.

Mizar menatap cewek itu sekilas dan menjawabnya tanpa minat.

"Iya."

Lantas sorot matanya kembali menatap perempuan yang berdiri berdampingan dengan sang kakak. Meski perempuan itu sama sekali tak menunjukkan raut muka bersahabat.

Kalau saja ada hal yang bisa ia lakukan untuk meminta maaf pada perempuan itu. Pikir Mizar dalam benaknya dan membuat cowok itu menghela napas panjang tanpa kentara.

'Gue bakal cari cara supaya lo mau maafin gue, Ra.' Ia berbisik dalam hati. Namun, ucapan perempuan itu justru membuat Mizar kaget tak terkira.

"Oh, jadi mereka temen lo? Pantes nggak ada akhlak."

Tatapan Mizar langsung tertuju kepada kedua cewek di depannya. Ia sempat menduga ketika melihat kedua cewek itu cekikikan saat dirinya datang. Namun, tak pernah menyangka jika yang mereka jadikan bahan tertawaan adalah Maura.

"Kalian ngomong apa?" tukas Mizar dengan nada tegas. Sorot matanya jelas menunjukkan kekecewaan.

Namun, belum sempat kedua cewek itu menjawab, Abigail lebih dulu memecahkan kecanggungan di antara mereka.

"Kami duluan ya. Nanti kita sambung kalau ketemu lagi," pamit pemuda itu sambil mendorong pelan pundak adiknya agar menjauh dari sana.

Tinggallah mereka bertiga yang masih menunggu antrean di counter pemesanan makanan.

"Jawab sekarang, apa yang udah kalian lakukan pada mereka?!" tegas cowok itu terdengar tak main-main.

"Jangan coba-coba buat bohong! Gue emang nggak tahu apa yang udah kalian lakuin pada mereka. Tapi gue tahu pasti, kalian udah bikin kesalahan fatal!" imbuh Mizar menjadikan kedua perempuan itu berdiri gelisah.

Keduanya saling lirik. Namun, tak ada satu pun yang mau mengakui kesalahan.

"Belum pada pesen?" Tiba-tiba sebuah suara mengalihkan atensi Mizar. Cowok itu menoleh dan mendapati Sky dan Arlan sudah bergabung bersama mereka.

"Kenapa tuh muka justru mau nelen orang bulat-bulat?" imbuh Arlan ketika menyadari raut muka Mizar.

"Syukur deh kalian udah dateng. Lanjut aja. Gue cabut!"

Mizar hendak meninggalkan tempat saat Sky menahannya tiba-tiba.

"Eh, eh. Gue udah di sini sesuai janji ya. Mau kabur gitu aja lo! Nggak ada. Tetep di sini!" larang cowok itu sambil menahan Mizar supaya tak jadi pergi.

"Males gue deket-deket sama pengacau!" tukas Mizar menahan emosi agar tak ia luapkan di sini.

Menyadari maksud ucapan Mizar, Arlan menjadi orang pertama yang menoleh cepat ke arah dua cewek yang berdiri gelisah tak jauh dari mereka.

"Bikin ulah apalagi kalian?" tanya cowok itu dengan nada tajam.

"Ka-kami nggak ada buat ulah kok," bohong Kikan sama sekali tak membantu. Sebab dengan begitu, Arlan semakin yakin jika mereka sudah membuat kesalahan.

"Udah, udah. Lo berdua pesen aja dulu. Kita bakal cari tempat." Sky menengahi keributan itu dan segera mengajak Mizar serta Arlan menjauh dari area counter pemesanan makanan.

"Ck, lo kebiasaan. Suka banget manjain mereka. Gitu tuh jadinya. Mereka jadi seenaknya aja," omel Arlan ketika mereka telah mendapat tempat yang cukup nyaman.

"Iya, iya. Sorry. Gue yang salah. Lain kali gue bakal ngomong sama mereka biar nggak bikin masalah.

Lo kan tahu sendiri, Andromeda butuh mereka. Lo juga yang bilang kalau kerja mereka bagus.

Sementara maklumin aja dengan alasan itu," titah Sky hanya membuat Mizar ataupun Arlan menghela napas panjang.

Ucapan Sky memang ada benarnya. Sejak SMA, Andromeda memang sering kali terlibat dengan balapan liar. Geng motor yang terdiri dari enam anggota inti itu memang terbantukan dengan keberadaan Riandra dan Kikan.

Mereka yang mengurus segala kebutuhan. Mulai dari mencarikan lawan hingga mengatur jadwal di sela-sela kesibukan mereka menjadi mahasiswa.

Tentu saja itu bukan tugas yang mudah. Mizar menyadari hal itu. Namun, dengan sikap kedua perempuan itu, sering kali membuatnya kesal dan tak jarang naik pitam.

"Lo urus deh. Gue males berurusan sama cewek yang kelakuannya minus kayak mereka!" Mizar benar-benar kesal kali ini.

Sky menyadarinya. Begitu juga dengan Arlan yang duduk di samping cowok itu.

"Oke, Bos. Gue bakal urus mereka. Tapi, gue mau tahu, lo beneran sekelas sama Maura di matkul pilihan?" Sky memelankan suara dan mencondongkan badan ke depan supaya lebih dekat dengan Mizar.

Arlan yang semula tak tertarik, kali ini ikut penasaran dengan apa yang baru saja diucapkan oleh Sky. Selain Sky, Arlan satu-satunya orang yang tahu jika Mizar pernah memiliki masa lalu yang suram dengan Maura.

"Eh, berita apaan nih? Kenapa gue bisa ketinggalan?" desak Arlan kepada kedua temannya.

"Ini juga baru mau bahas, Njir!"

"Jadi, lo beneran sekelas sama dia?"

"Iya." Cowok itu menjawab singkat.

"Mampus! Terus, lo bakal gimana?"

Mizar tak bisa lagi mengelak. Namun, ia juga tak tahu harus berbuat apa. Hingga fokus cowok itu teralihkan pada seorang lelaki yang baru saja melewati pintu masuk.

"Sagara," ucap cowok itu sambil mengepalkan tangan.

Refleks kedua cowok lainnya menoleh ke arah yang dituju Mizar. Dengan sigap, Arlan menahan Mizar ketika cowok itu hendak bangkit dari kursinya.

"Gue harus buat perhitungan sama dia!" dendam Mizar terbakar. Namun, Arlan berusaha mati-matian menahan cowok itu agar tetap berada di tempatnya.

"Tahan, Zar. Lo nggak bisa gegabah!" Sky ikut meredam emosi Mizar yang terbakar.

"Berengsek, dia deketin Ara!" seru cowok itu hampir tanpa suara. Namun, tampak jelas jika kemarahan sedang menguasainya.

Sky menoleh cepat. Melihat ke arah mana fokus Mizar tertuju saat ini.

Benar saja, Sagara sedang duduk di antara pemuda dua puluh lima tahunan dan seorang cewek yang cukup lama tak dijumpai Sky ataupun Arlan.

"God, permainan takdir macam apa ini," keluh Sky sambil meraup wajahnya.

Sesaat kemudian ia beralih kepada Mizar. Ucapnya,"Lo dengerin gue! Apa pun yang terjadi, lo harus tahan amarah. Ini benar-benar bukan waktu yang tepat kalau lo mau balas perbuatan Sagara.

Inget, hal pertama yang lo lakuin harus dapet simpati Maura. Kalau lo nekat, nilai lo bakal semakin minus di hadapan cewek itu."

"Gue setuju sama Sky, kali ini." Arlan menambahkan hingga membuat Mizar kian putus asa.

"Nah, lo harus dengar kata gue, Zar. Ini sama sekali bukan waktu yang tepat!" tegas Sky dengan sorot tajam. Peringatan agar temannya itu tak berbuat nekat.

"Berengsek!" Mizar hanya sanggup mengumpat sambil mengepalkan tangan.

Ucapan Sky yang panjang lebar ada benarnya dan hal itu menjadikan Mizar kian mati kutu.

Cowok itu meraup wajahnya dengan telapak tangan. Baru kali ini ia merasa benar-benar tak berdaya di hadapan musuh bebuyutannya.

Terpopuler

Comments

Himawari

Himawari

hemm... jadi Sky dan Arlan bisa jd kunci dlm hubungan Ara sama Mizar?

2023-05-15

0

lihat semua
Episodes
1 Permainan Takdir
2 Tongkrongan Andromeda
3 Jakarta Sempit, Ya?
4 Bukan Waktu yang Tepat
5 Akhir Hubungan
6 Rumah Hantu
7 Memaafkan? Tak Sudi!
8 Area Balapan
9 Bertukar Peran
10 Tak Ada Pilihan Lain
11 Penyamaran yang Terbongkar
12 Suasana Canggung
13 Mau Apalagi?!
14 Hai, Ra
15 Peringatan!
16 Apa Kabar, Sa?
17 Dendam Masa Lalu
18 His Enemy
19 Lelaki di Tepi Jalan
20 Rumah Sakit
21 Harus Bagaimana?!
22 Bimbang?
23 Pantang Menyerah
24 Menyusun Rencana
25 Thank You, Ara
26 Suasana Canggung
27 Jangan Temui Dia Lagi!
28 Trauma
29 Incident!!
30 Momen tak Terduga
31 Degup Jantung
32 Gadis Berkepang Dua
33 Kita Cuma Pegangan Tangan
34 Percakapan Abang dan Adik
35 Jalur Negosiasi
36 Rencana Cadangan
37 Harus Ngomong Apa?
38 Lirikan Maut
39 Cemburu!!
40 A Sky Full of Stars
41 Sepotong Kenangan Masa Lalu
42 Kalian Pacaran?!
43 Batagor Kuah atau Kering?!
44 Thank's, Zar!
45 Sepayung Berdua
46 Hujan dan Kenangan?!
47 Panggilan!
48 Gandengan Tangan
49 Basecamp
50 Provokasi
51 Dukungan
52 Cerita-Cerita Setelah Hujan
53 Pelan-Pelan Saja
54 Revenge is Red
55 Revenge is Red - 02
56 Revenge is Red - 03
57 Revenge is Red - 04 (End)
58 Bentrokan
59 Urus Sendiri Lukamu!
60 Makasih, Ara
61 Ada Apa dengan Bumantara?
62 Pengganggu!
63 Sebuah Ajakan
64 Nggak Apa-apa, Pelan-pelan Saja!
65 Apa Sudah Waktunya?
Episodes

Updated 65 Episodes

1
Permainan Takdir
2
Tongkrongan Andromeda
3
Jakarta Sempit, Ya?
4
Bukan Waktu yang Tepat
5
Akhir Hubungan
6
Rumah Hantu
7
Memaafkan? Tak Sudi!
8
Area Balapan
9
Bertukar Peran
10
Tak Ada Pilihan Lain
11
Penyamaran yang Terbongkar
12
Suasana Canggung
13
Mau Apalagi?!
14
Hai, Ra
15
Peringatan!
16
Apa Kabar, Sa?
17
Dendam Masa Lalu
18
His Enemy
19
Lelaki di Tepi Jalan
20
Rumah Sakit
21
Harus Bagaimana?!
22
Bimbang?
23
Pantang Menyerah
24
Menyusun Rencana
25
Thank You, Ara
26
Suasana Canggung
27
Jangan Temui Dia Lagi!
28
Trauma
29
Incident!!
30
Momen tak Terduga
31
Degup Jantung
32
Gadis Berkepang Dua
33
Kita Cuma Pegangan Tangan
34
Percakapan Abang dan Adik
35
Jalur Negosiasi
36
Rencana Cadangan
37
Harus Ngomong Apa?
38
Lirikan Maut
39
Cemburu!!
40
A Sky Full of Stars
41
Sepotong Kenangan Masa Lalu
42
Kalian Pacaran?!
43
Batagor Kuah atau Kering?!
44
Thank's, Zar!
45
Sepayung Berdua
46
Hujan dan Kenangan?!
47
Panggilan!
48
Gandengan Tangan
49
Basecamp
50
Provokasi
51
Dukungan
52
Cerita-Cerita Setelah Hujan
53
Pelan-Pelan Saja
54
Revenge is Red
55
Revenge is Red - 02
56
Revenge is Red - 03
57
Revenge is Red - 04 (End)
58
Bentrokan
59
Urus Sendiri Lukamu!
60
Makasih, Ara
61
Ada Apa dengan Bumantara?
62
Pengganggu!
63
Sebuah Ajakan
64
Nggak Apa-apa, Pelan-pelan Saja!
65
Apa Sudah Waktunya?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!