Kehidupan Baru

"Huaaa! Aku dapat ikan besar!" seorang anak laki-laki muncul ke permukaan sungai. Ia mengangkat seekor ikan keluar dari sungai dengan kedua tangannya.

"Punyaku lebih besar!" Anak perempuan yang muncul ke permukaan sungai mengangkat ekor ikan yang lebih besar dengan satu tangan. "Aku lebih kuat kan?! Hehe."

"Huh! Aku akan menangkap yang lebih besar!" Anak laki-laki itu menjatuhkan ikan di tangannya. Ia kembali menyelam, lalu berenang ke tengah sungai.

"Riyal! Hati-hati!" gadis itu berseru. Wajahnya cemas. Dia juga melepaskan ikan yang sudah ditangkapnya.

"Lihat saja! Suatu hari nanti, aku akan jadi lebih kuat darimu!" Ucap anak laki-laki itu sambil mengambil napas di sela renangnya. Dia tersenyum saat melihat sesuatu yang besar mendekat ke arahnya.

"Inilah dia! Ikanku! Yang paling besar!" Riyal berseru bahagia. Ia mengapung ke permukaan, merentangkan tangan. Menangkap sesuatu itu.

"Riyal! Dia adik besar! Bukan ikan!"

Byur

Riyal terdorong ke belakang. Dengan sekuat tenaga berenang ke tepi sembari memegangi perut anak itu. Gadis itu menyusul. Setibanya di tepi, gadis itu melompat di atas batuan sungai yang licin. Hampir membuatnya terpeleset.

"Wah! Kau menyelamatkan orang. Hebat," ucapnya takjub.

"Hebat kan?" balas Riyal berbangga. "Besok kalau aku besar, aku akan menjadi lebih kuat darimu, Miya."

"Hah. Mungkin saja begitu." Mita duduk di samping Riyal. Keduanya mengamati anak kecil yang berbaring tak berdaya di hadapan keduanya.

Mita menoleh pada Riyal, "Kita bawa pulang?" Riyal mengangguk. Ia menarik tangan anak itu. Mengangkatnya ke pundak.

"Kamu mau menggendongnya? Serius?" tanya Mita cemas. Benar saja. Kaki Riyal gemetar saat anak itu benar-benar digendong di pundaknya.

"Diamlah! Aku ini kuat!" Riyal berjalan dengan langkah patah-patah. Mita mengikuti dari belakang dengan mengawasi kedua anak di depannya dengan was-was.

Langit biru menjadi merah. Burung-burung beterbangan kembali ke rumahnya. Setelah tiga jam perjalanan, akhirnya mereka sampai di tempat tujuan. Di depannya sebuah tanah kosong terbentang seluas 7×7. Sedang di kanan kirinya, berdiri rumah yang sangat sederhana.

Riyal menurunkan anak itu di pinggir jalan. Untung jalanan saat itu sepi. Tidak ada seorang pun yang melintas di sana. Ia sudah lelah. Ia terduduk di samping anak itu. meluruskan kakinya seraya mendongak. "Jauh banget ya," keluhnya sembari mengusap peluh di leher.

"Jauh? Ini kan gara-gara kamu yang menggendongnya. Harusnya kamu biarkan aku saja yang melakukannya. Fiuh," Mita melangkah maju. meraih tangan anak yang belum sadarkan diri itu. Dengan entengnya, Mita menggendong anak itu di pundaknya. Lalu menoleh pada Riyal.

"Ayo bukakan pintunya! Apa kau ingin menunggu sampai aku lelah menggendongnya? Kalau iya, berarti kau harus menunggu sampai besok malam," ujar Miya. Membuat Riyal berdiri dengan sisa tenaga.

Riyal mengangkat tangannya. "Kunci pintu pertama, terbuka."

Sebuah hitam muncul di depan mereka. menampakkan sebuah teras rumah yang tertata rapi. Mita memasuki lubang itu. Di susul Riyal. Lubang itu tertutup dan hilang secara otomatis setelah ketiganya masuk.

Saat Mita menurunkan anak itu dan menidurkannya di lantai yang di lapisi karpet tipis, anak itu mengerjakan mata. Mita dan Riyal menatapnya berbinar. Ini pertama kali mereka kedatangan tamu di rumah yang cuma teras ini.

"Siapa kalian?" tanya anak itu saat remang remang melihat keduanya.

"Oh, namaku Miya, Dia Riyal."

"Ini di mana? Gentingnya, kok lubang lubang? Apa ini sungguh rumah?"

Mita dan Riyal spontan mendongak. Mita tertawa, sedang Riyal tercengang melihat tiga lubang besar di atas sana.

"Hei! Ini gara gara kamu aku lelah. Jadinya aku kurang konsentrasi nih." Riyal duduk bersilah. Mengatur napasnya, lalu memejamkan mata.

"Ini bukan rumah sungguhan. Ini perwujudan dari bayangan Riyal. Intinya, kita sekarang ada dalam pikiran Riyal." Mita menjelaskan sembari membantu anak itu duduk. "Siapa namamu?"

"Aku? Lixe."

"Oh, Hai Lixe. Kami tadi menemukanmu di sungai. Apa yang kau lakukan sampai terseret arus seperti tadi?"

"Ah, itu? Mungkin sesuatu yang tidak ingin kau dengar. Dan tak kuinginkan. Jadi...," ucap Lixe dengan wajah tertunduk. Melihat raut wajahnya yang sedih, Mita mengabaikan pertanyaannya tadi. Keduanya pun saling mengobrol. Mita senang, dia mendapat teman baru. Dan Lixe adalah teman mengobrol yang menyenangkan. Tidak seperti Riyal yang entah sedang apa. Hingga tanpa keduanya sadari, atap di atas mereka sudah tertutup sempurna.

Keesokan harinya. Lixe terbangun dari tidurnya di sebuah ruangan sempit. Dia ingat, tadi malam Mita pamit pulang. Riyal membukakan sebuah lubang menuju suatu tempat. Riyal menatap Lixe beberapa saat. Ia tersenyum pada Lixe.

"Ikutlah denganku," ucap Riyal dengan tersenyum lebar. Lixe menggeleng. Entah kenapa instingnya berkata, "Ikut dengan Riyal, berarti bahaya."

Riyal akhirnya membiarkannya tidur di sana. Dia pun membuat sebuah lubang. Meninggalkan Lixe sendiri di dalam 'pikirannya'? Sejak Riyal pergi, tempat itu mengecil. Lixe tidak begitu menghiraukannya. Dia tidur dengan mimpi buruknya.

Sebuah lubang tercipta. Mita masuk dengan senang. Di susul Riyal. Saat lubang itu hilang. rumah itu mendadak bertambah.

Mita menyentuh lantai, tiga kotak makan muncul di sana. Ketiga menyantapnya dengan nikmat. Lalu pergi bermain di sungai hingga menjelang matahari terbenam. Selama itu, Riyal menunjukkan berbagai kekuatannya. Entah apa saja yang ada dalam pikirannya. Juga Mita yang selalu kuat dan bersemangat. satu bulan bersama keduanya, Lixe akhirnya benar -benar dekat dengan mereka. Luka di hatinya sedikit sembuh.

Di suatu malam, Lixe terbangun dari tidurnya. Sebuah mimpi buruk kembali mengganggu tidurnya. Namun beberapa saat kemudian, saat ia mencoba kembali tidur. Ia merasakan sebuah gempa yang dahsyat. Lixe menoleh ke sekitar. Sebuah lubang muncul satu meter di hadapannya. Ia menunggu lima detik. Tak kunjung ada yang datang. Dengan rasa penasaran, Lixe memasuki lubang itu. Lubang itu pun hilang dan membawanya ke suatu tempat.

Sebuah pasar yang berantakan dan sepi. Sepertinya Lixe mengenali tempat ini. Dia mengedarkan pandangan ke sekeliling. Instingnya bilang, dari atas. Lixe mendongak. Benar saja. Itu Lacky, Dia menembakkan sebuah bola cahaya ke arah Lixe.

Lixe gesit menghindar. Tak ada pilihan lain. Dia tidak mungkin bisa menang melawan Lacky yang jelas lebih kuat darinya. Aneh. Lixe menoleh ke belakang. Ia mendapati Lacky yang hanya tersenyum mengerikan, tidak mengejarnya. Masih mengambang di atas sana.

Lacky seolah tidak mempedulikan Lixe. Ia mulai membuat sebuah bola cahaya besar. Bola putih itu meledak, menciptakan hujan butiran cahaya yang jatuh ke toko toko di bawahnya. Toko itu remuk begitu butiran-butiran cahaya mengenainya.

*Aku akan menghancurkan apa yang jadi milik Suku Lyde!" Tawa Lacky meledak di langit. Lixe hendak menghajarnya. Tapi tangan dan kakinya tidak bisa ia kendalikan. Dia terus berlari, sesekali melompat, menghindari butiran butiran cahaya yang jatuh ke arahnya.

Lixe lagi lagi menoleh ke belakang. Lacky sudah tidak terlihat di tempat terakhirnya. Lixe merasa aneh. Kenapa dia tidak mengejarnya. Ditambah lagi, mata kanannya tidak lagi merah seperti terakhir ia melihatnya. Apa yang terjadi.

Belum sempat Lixe berpikir. Sebuah tombak bayangan dari belakang meluncur ke arahnya. Mendarat persis di belakangnya. Membuat sebuah ledakan di tanah, hingga tanah itu hancur dan Lixe terpental ke depan. Tubuhnya tertahan puing puing bangunan. Membuatnya mengaduh kesakitan.

"Hai, Nak. Apa yang membuatmu berani datang ke sini? Apa kau mendapat insting bahwa tempat peninggalan leluhurmu akan segera hancur?" Bayangan hitam berjalan mendekatinya. Semakin dekat, bayangan itu hilang, muncul seorang yang sangat ia kenali Geor Wist.

"Aku akan mengalahkanmu!" Lixe berseru marah. Ia bangkit. Memasang kuda-kuda dan menatap Geor menantang.

"Mengalahkan Ku? Orang yang telah membunuh ayahmu? Kau bahkan tidak bisa menyentuh putraku, Gean, bukan?" Geor menatap remeh Lixe. Di tangan kanannya, terbentuk sebuah tombak dari bayangan. Dia memutar tombak itu dengan jemari. Kemudian melemparnya ke arah Lixe.

"Pedang Mata Cahaya." sebuah pedang muncul di tangan kanannya. Ia berlari mendekati tombak itu. Lalu mengayunkan pedangnya. Sayangnya tombak itu bukannya terpental, Tapi tetap berada di posisi yang sama.

"Sepertinya kau tambah kuat ya." Geor menghilang. Hanya sekejap mata, muncul di samping Lixe. "Ayo ke tempat terakhir ayahmu."

Bayangan menyelimuti mereka berdua. Lalu hilang. Keduanya muncul di tebing kematian. Geor menggenggam lengan kanan Lixe. Lalu melemparnya ke sembarang arah.

"Aaaaah!" Lixe merasakan tulang punggungnya retak, patah. Ah entahlah. Sekujur tubuhnya mati rasa. Apakah ini akhir hidupku? Lixe memandang langit cerah di langit. Berharap seorang malaikat jatuh dan menolongnya.

"Kau tahu, Nak. Kenapa jurang ini diberi nama Jurang Kematian," tanya Geor seraya melangkah mendekatinya. dengan santai. Lixe tidak merespon. Selain tubuhnya tidak bisa bergerak. Dia juga selalu bertanya-tanya, mengapa tempat dengan pemandangan langit yang indah ini diberi mana seseram itu.

"Karena ratusan tahun yang lalu. Suku Lyde dibantai di tempat ini. Selama puluhan tahun, sungai itu merah oleh dari mereka yang kotor. Keluarga kakekmu, satu-satunya keluarga yang selamat. Tapi berjalannya waktu, waktu sendiri yang memusnahkan mereka. Hidup bersembunyi dan menghindari kerajaan. Tapi kau justru mengundang maut dengan datang memenuhi undangan kematian putraku. Selamat tinggal Lixe, pewaris terakhir Suku Lyde."

Geor menendang Lixe dengan keras. Penuh amarah dan dendam. Membuatnya terpental dan jatuh bebas ke jurang. "Kalau kau ingin tahu apa salah sukumu. Tanyakan pada kakekmu, juga sampaikan padanya. Salam dari anak yang telah dibuatnya yatim piatu."

"Telur dewa kegelapan." Geor mengangkat tangan. kedua tangannya tinggi-tinggi. Sebuah telur besar tercipta. Ia melalu melempar telur itu ke tanah. Saat mengenai tanah. Seluruhnya bergetar. Tanah mulai letak. pepohonan tumbang. Dalam sekejap, jurang itu hancur. Geor mengambang di langit. Pergi meninggalkan jurang yang runtuh.

Apa pun yang dikatakan Geor. Lixe sudah pasrah. Tidak ada yang bisa ia harapkan. Di atasnya, puing puing besar berjatuhan. Menghantam tubuhnya.

Sungguh tidak ada malaikat yang akan menolongnya. Dia hanya memejamkan mata. Mulai membayangkan apakah orang tuanya akan senang kalau dia menyusul mereka.

Dua meter lagi dari tumpukan batu. Sebuah kalung rantai perak terlihat di lehernya. Kalung itu memancarkan cahaya kuning. Lixe memejamkan mata. Sebuah suara yang ingi diikuti berbisik di telinga.

"Mode Berung. Hibernasi musim gugur."

Tubuh Lixe mengambang di udara. mendarat lembut di atas tumpukan batu. Sebuah tameng transparan tercipta. Melindunginya dari reruntuhan. Ia memejamkan mata. Tertidur entah sampai kapan.

Dia harus beristirahat. Saat ia bangun. Kehidupan baru menanti.

Terpopuler

Comments

Ayano

Ayano

Semangka wak. Iklan meluncur

2023-06-12

1

Jira (💤)

Jira (💤)

beruang. hadoh typo. makasih

2023-06-03

0

Yuchen

Yuchen

Mode burung atau mode berung yah baru ini dengan sihir mode berung😅

2023-06-03

0

lihat semua
Episodes
1 Nama Belakang
2 Selamat Tinggal Dunia
3 Kehidupan Baru
4 Terbangun dari tidur panjang
5 Suku Cahaya
6 Siapa?
7 Kesepakantan
8 Pengintai Amatir
9 Orang Lemah
10 Zaman Nenek Moyang
11 Mata Merah
12 Tanpa kehormat
13 Terimakasih
14 Cyborg yang Jenius
15 Pengganti
16 Rantai yang Tak Kan Putus
17 Lupakan Saja
18 Penyusupan oleh Sampah
19 Kenangan
20 Rubik Memori
21 Tanggungan Dosa
22 Pertemuan Tanpa Tahu
23 Manusia tetap manusia
24 Anak bangsawan yang kabur
25 Perang saudara
26 Penemuan
27 Jiwa dari masa lalu
28 Kemalangan dalam hidup
29 Di Ambang yang rapuh
30 Tunjukkan dirimu
31 Seelok patung
32 Moster dari yang tertindas
33 Bangsawan menyebalkan
34 Bulan yang menangis
35 Melalui malam
36 Keluarga?
37 Terjun ke sarang lawan
38 Tamu kejutan
39 Tak terlihat
40 Monster kegelapan
41 Garis ibu
42 Orang misterius
43 Darah yang hilang
44 Bantuan yang tak terduga
45 Pertandingan bulutangkis
46 Anak baru yang menggemparkan
47 Demi cinta
48 Bersatu
49 Rasa bersalah
50 Paman yang berbeda
51 Bertemu kembali
52 Tertangkap
53 Tamu kehormatan
54 Dalam genggaman lawan
55 Bukan Seekor Tikus
56 Sebuah Ikatan
57 Yang pertama kali
58 Sepenggal memori
59 Kakak beradik
60 Perpecahan
61 Penghianat kecil
62 Lebih Baik Melupakan
63 Kacau
64 Tenanglah
65 Urusan pribadi
66 Pukulan pertama
67 Memasuki titik akhir
68 Untuk semua
69 Serangan datang
70 Pemanggilan
71 Dendam lama
72 Kehancuran
73 Musnahkan
74 Lepaskan!
75 Keegoisan
76 Kembali
77 Kebertemu kembali
78 Hak yang dicari
Episodes

Updated 78 Episodes

1
Nama Belakang
2
Selamat Tinggal Dunia
3
Kehidupan Baru
4
Terbangun dari tidur panjang
5
Suku Cahaya
6
Siapa?
7
Kesepakantan
8
Pengintai Amatir
9
Orang Lemah
10
Zaman Nenek Moyang
11
Mata Merah
12
Tanpa kehormat
13
Terimakasih
14
Cyborg yang Jenius
15
Pengganti
16
Rantai yang Tak Kan Putus
17
Lupakan Saja
18
Penyusupan oleh Sampah
19
Kenangan
20
Rubik Memori
21
Tanggungan Dosa
22
Pertemuan Tanpa Tahu
23
Manusia tetap manusia
24
Anak bangsawan yang kabur
25
Perang saudara
26
Penemuan
27
Jiwa dari masa lalu
28
Kemalangan dalam hidup
29
Di Ambang yang rapuh
30
Tunjukkan dirimu
31
Seelok patung
32
Moster dari yang tertindas
33
Bangsawan menyebalkan
34
Bulan yang menangis
35
Melalui malam
36
Keluarga?
37
Terjun ke sarang lawan
38
Tamu kejutan
39
Tak terlihat
40
Monster kegelapan
41
Garis ibu
42
Orang misterius
43
Darah yang hilang
44
Bantuan yang tak terduga
45
Pertandingan bulutangkis
46
Anak baru yang menggemparkan
47
Demi cinta
48
Bersatu
49
Rasa bersalah
50
Paman yang berbeda
51
Bertemu kembali
52
Tertangkap
53
Tamu kehormatan
54
Dalam genggaman lawan
55
Bukan Seekor Tikus
56
Sebuah Ikatan
57
Yang pertama kali
58
Sepenggal memori
59
Kakak beradik
60
Perpecahan
61
Penghianat kecil
62
Lebih Baik Melupakan
63
Kacau
64
Tenanglah
65
Urusan pribadi
66
Pukulan pertama
67
Memasuki titik akhir
68
Untuk semua
69
Serangan datang
70
Pemanggilan
71
Dendam lama
72
Kehancuran
73
Musnahkan
74
Lepaskan!
75
Keegoisan
76
Kembali
77
Kebertemu kembali
78
Hak yang dicari

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!