Setelah menumbangkan semua musuhnya Adam bergegas pergi dengan Ashma. Tanpa kendaraan dan arah tujuan, Adam membutuhkan ponsel untuk menghubungi anak buahnya.
"Aku masih memegang janjimu tuan Adam. Kamu harus membawaku pulang dengan selamat!" Adam mendengar untuk yang keempat kali wanita disebelahnya ini mengatakan hal yang sama.
"Tidak akan selamat jika kamu pulang," Balas Adam. Ashma mengernyitkan dahinya.
"Apa yang kau maksud?" Ashma tidak mengerti, mengapa dirinya tidak akan selamat.
"Kamu sudah berurusan dengan saya." Ashma semakin tidak paham dengan ucapan Adam, mengapa dia harus berada dalam bahaya dengan apa yang tidak pernah ia perbuat. Ashma tidak pernah melakukan tindakan kriminal.
"Aku tidak mau tahu pokoknya aku ingin pulang, aku ingin bertemu dengan nenekku!" Ashma tetap dengan keinginannya, ia tidak ingin terjebak terlalu lama dengan pria asing tersebut. Ashma tidak mau berada dalam bahaya lagi, dia hanya ingin pulang bertemu Neneknya.
"Keras kepala." Ucap Adam. Ashma semakin tidak suka pada Adam.
"Aku pinjam ponselmu." Ashma berharap Adam mau meminjamkan ponsel kepadanya, saat tadi di dalam mobil ponsel Ashma terjatuh dan tidak bisa dihidupkan padahal itu adalah harapan satu-satunya untuk bisa menghubungi paman Amith.
"Ponsel saya juga terjatuh."
Ashma menghela napas dengan berat, cobaan apalagi ini.
Mereka terus berjalan sampai akhirnya mereka menemukan rumah penduduk, ini sepertinya berada di tepi barat Palestina. Ashma terdiam, seketika ingatan buruk itu teringat lagi.
"Tunggu disini." Pria itu mendatangi seorang warga lokal sedang Ashma bergemuruh mengingat peristiwa kelam itu.
Adam dari jarak jauh matanya memandangi Ashma yang tampak seperti gelisah lantas Adam memutuskan untuk datang menghampiri Ashma setelah selesai meminjam ponsel pada salah satu warga penduduk disana.
"Kau kenapa?" Adam menanyainya sedang Ashma tidak ingin menjawab dia hanya menggelengkan kepala. Adam tidak ambil pusing lalu ia menginstruksikan Ashma untuk mengikutinya.
"Kita mau kemana?" Sekali lagi Ashma bertanya.
"Pulang." Seketika itu Ashma mengembangkan senyumannya, sudah tak sabar untuk pulang dan bertemu neneknya.
Tapi Ashma berpikir lagi, Adam ini kenapa tidak menanyainya dimana letak rumah neneknya.
"Rumah nenekku di-" Adam menyela.
"Kamu akan pulang ke rumah saya." Adam melanjutkan sedang Ashma terkejut, apa maksud dari perkataan pria depannya ini.
"Kau gila!" Ashma mengumpat kesal.
"Mereka sudah melihat dirimu, saya yakin mereka pasti akan mencari dirimu lagi. Kamu harus tahu, kalau kamu pulang saya tidak bisa menjamin hidupmu dan nenekmu akan aman."
Ashma semakin kesal, mengapa lelaki itu seperti sedang menahan nya.
"Apa kau ini seorang penjahat sama seperti mereka? Kau rampok, Mafia atau..."
"Apa kau merasa terintimidasi dan takut kepadaku?"
"Tidak, malah aku ingin memukul wajahmu yang songong itu."
"Bagus."
"kamu benar-benar tidak waras."
"Terserah."
Mobil hitam melaju dari arah jauh dengan sangat kencang dan berhenti tepat dimana mereka berdiri. Adam langsung menarik lengan Ashma yang tertutupi kain lengan yang panjang.
"Hey aku hanya ingin pulang, ini Palestina aku sudah sampai. Tolong lepaskan!" teriak Ashma begitu melengking, dia jadi parno seperti wanita yang sedang dalam penculikan.
Adam dengan terpaksa memasukkan tubuh Ashma kedalam mobil seperti sedang menculiknya.
"Dasar bedebah!" pekik Ashma karena berani-beraninya Adam memperlakukan dia seperti seorang penculik.
Didalam mobil Ashma merutuki perbuatan Adam. "Kau pasti penjahat kan?" Adam bersikap tidak peduli saat wanita itu mengatainya.
Adam mencebik kesal, "kalau saya penjahat mengapa kamu begitu tenang?"
Ashma menatapnya dengan sinis, tapii jujur saja dia tidak merasa takut dengan pria disampingnya ini.
Selama perjalanan Ashma tidak henti-hentinya mengoceh dan itu sangat membuat Adam terganggu, Adam ingin sekali menyumpal bibir wanita itu.
"Kau ini sungguh wanita berisik!"
Ashma menatap Adam tak suka. "Kalau kamu ingin mulutku diam cepat pulangkan aku tuan."
"Tidak bisa!"
"Aku membencimu!" Ashma memalingkannya wajahnya menahan tangis, bukan karena ia cengeng tapi Ashma sungguh sangat merindukan neneknya dan ia hanya ingin pulang.
Adam menghela nafas panjang saat melihat wanita disebelahnya menitihkan air mata. "Maaf jika kau harus terlibat dengan masalahku, tapi saya melakukan ini sementara untuk membuat mu aman dan tidak mau melibatkan banyak orang yang tentunya akan menjadi korban." Jelas Adam. Ashma menatapnya penuh pertanyaan.
"Jelaskan dengan benar!" Ashma meminta penjelasan.
"Intinya kau harus bersama dengan ku untuk sementara waktu."
Ashma menatap Adam dengan ekspresi frustasi. "Aku tidak mengerti apa yang kamu maksud dengan 'bersama denganmu untuk sementara waktu'. Apa yang sedang terjadi?"
Adam menjawab dengan sabar, "Ada seseorang yang sedang memburu saya, Ashma. Orang itu sangat berbahaya, dan saya tidak ingin melibatkan orang lain dalam masalah saya. Saya ingin melindungimu."
Ashma masih sangat bingung namun ia memilih diam karena berbagai pikiran buruk sekarang muncul dikepalanya.
Tidak berselang lama mobil yang mereka naiki akhirnya sampai, Ashma mau tidak mau mengikuti langkah besar Adam bersama beberapa anak buahnya yang terlihat sangat menyeramkan.
"Kita mau kemana si?" Ashma berbisik sambil mengimbangi langkah Adam.
"Tidak usah banyak tanya." Ketus Adam. Ashma mendelik sebal.
"Jhon apakah sudah siap?" Adam menelpon seseorang dari sebrang sana.
Setelah itu Adam mematikan ponselnya, tiba-tiba Adam menarik lengan Ashma sedikit kencang.
"Hey tuan lepaskan!" Adam tidak peduli. Ashma sedikit kesakitan akibat cekalan tangannya.
Setelah sampai pada tujuan utamanya Adam melepaskan tangan Ashma. Ashma sekali lagi dibuat kebingungan melihat helikopter didepannya.
"Kau tidak berniat menggunakan ini kan?"
"Masuk."
"Apa?"
"Masuk!"
"Tidak mau!"
Ashma terus menolak hingga kesabaran Adam sudah diujung batas lantas ia menggendong Ashma agar wanita itu masuk kedalam helikopter. Ashma langsung terkejut sekaligus marah. Ashma marah karena seorang pria asing yang baru saja ia kenal berani menyentuhnya.
"Brengsek lepaskan!" Ashma memukul-mukul punggung Adam. Adam yang sudah berhasil memasukan Ashma kedalam helikopter lantas memegang pipinya yang habis ditampar oleh Ashma.
"Wanita gila, kenapa kau menampar saya?" Adam meninggikan intonasi suaranya.
"Kau sudah berani menyentuhku tuan."
Adam mengernyitkan dahinya. "Bodoh, saya tidak menyentuh kamu."
"Kamu telah menyentuh saya!"
"Saya hanya menggendong kamu untuk segera masuk kedalam helikopter."
"Kamu benar-benar laki-laki brengsek." Ashma menatapnya dengan penuh kemarahan.
"Kamu perempuan gila mana ada saya menyentuh kamu."
"Saya wanita muslim, dan kamu sudah berani menyentuhku." Adam mengernyitkan keningnya.
"Apa?"
"Yang boleh menyentuh ku hanya suamiku kelak."
"Hmhh begitu."
"Baiklah kalah begitu saya akan menikahi kamu." Ashma terkejut bukan main atas penuturan Adam.
"Gila. Mana mau aku menikah denganmu lagian aku tidak berkeinginan untuk menikah. dengan penjahat sepertimu!" tukasnya sangat marah seperti perkataan Adam sangat sensitif.
Adam terkejut mendengar ucapan Ashma yang tiba-tiba. Dia tidak mengharapkan reaksi seperti itu dari wanita dihadapannya.
"Apa yang kau bicarakan? saya tidak berniat menikahi kamu, itu hanya bercanda." Kata Adam dengan nada heran. Ashma tidak habis pikir, mana ada bercanda seperti itu.
Ashma menatapnya dengan penuh keberanian. "Kalau begitu, kau tidak berhak menyentuhku. Aku tidak akan mengizinkanmu melanggar prinsip-prinsip agamaku."
Adam mengerutkan keningnya, mencoba memahami apa yang sedang terjadi. "Kau tahu, ini bukan saat yang tepat untuk membicarakan hal seperti ini. Kita tengah dalam bahaya, dan saya hanya ingin menjaga keselamatanmu."
"Tidak peduli apa yang terjadi, aku tidak akan mengabaikan prinsip-prinsip ku. Lebih baik aku mati daripada melanggarnya," ujar Ashma dengan tegas.
Adam merasa sedikit terdiam oleh keberanian Ashma. Meskipun dia tidak sepenuhnya memahami ucapannya, tapi dia mulai menghormati keteguhan hati wanita itu.
"Baiklah, saya mengerti. Saya akan menghormati prinsip-prinsip mu," kata Adam dengan suara pelan. "Tapi saat ini, kita harus fokus pada situasi yang ada. Saya akan melindungi mu sebaik mungkin."
Ashma melihat ekspresi tulus di wajah Adam dan merasa sedikit lebih tenang. Dia mulai memahami bahwa pria itu sepertinya memang tidak bermaksud jahat, tetapi Ashma tetap harus waspada.
Helikopter itu pun mulai bergerak, meninggalkan segala pertanyaan dan keraguan Ashma. Bagaimanpun juga Ashma hanya ingin bertemu neneknya tetapi melihat situasi sekarang Ashma rasa dia benar-benar sedang dalam keadaan yang tidak aman.
#TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
cAY
ashma barbar bngt dh
2023-07-08
0