Ashma sebenarnya berat hati meninggalkan Indonesia, tempat kelahirannya. Banyak sekali kenangan dan memori indah bersama kedua orang tuanya, keluarga besarnya dan teman-teman Ashma.
Tidak dapat dipungkiri bahwa kenangan terbaiknya hanya ada di Indonesia. Semua yang telah ia rasakan, senang, sedih, pahit manisnya kehidupan yang sudah dia rasakan.
Ashma pergi bukan membenci takdir yang sudah terjadi padanya tetapi dia ingin membuka lembaran baru bersama neneknya di Palestina. Dia ingin benar-benar menyembuhkan trauma dari kepergian kedua orang tuanya.
Mata Ashma menelisik keseluruh penjuru bandara, ia beberapa kali selalu mengecek jam ditangannya. Sudah hampir satu jam ia menunggu penerbangan.
Tidak lama itu suara Airport Announcer menginstruksikan bahwa pesawat yang akan Ashma naiki sudah siap untuk melakukan penerbangan.
Ashma menghela napas lega saat dia berhasil duduk dibangku pesawat, karena tadi pesawat sempat delay tiba-tiba mau tidak mau Ashma dan penumpang yang lainnya harus menunggu selama satu jam untuk menunggu penerbangan.
Perasaan Ashma tidak tenang sedari tadi entah mengapa seperti ada yang mengganjal di hatinya. Tapi Ashma berusaha berpikir positif mungkin hanya perasaannya saja yang sedang gundah akibat beberapa hari terakhir Ashma terlalu banyak memikirkan sesuatu yang berat.
TING...
sebuah notifikasi masuk dari salah satu chat yang ia sematkan.
Dokter Gilang
Asalamualaikum, Ashma kamu dimana?
^^^Waalaikumsalam. Saya sudah berada^^^
^^^di pesawat.√√^^^
kamu benar pergi Ashma?
^^^Foto√√^^^
...📞Dokter Gilang call...
"Assalamualaikum dok," Ashma menerima panggilan telepon dari dokter Gilang.
"Waalaikumsallam Ashma. Saya ingin berbicara sesuatu dengan kamu," ucap dokter Gilang di sebrang sana terus terang.
"Ada apa lagi dok? apakah pernyataan yang kemarin masih kurang?"
"Saya hanya ingin jujur dengan kamu. Tolong dengarkan saya, saya akan merasa menjadi pria pengecut jika terus memendam ini.
"Katakan dok," terdengar dari sebrang sana dokter Gilang menghela napas.
"Ini mungkin terlambat tapi saya tidak bisa membohongi perasaan saya sendiri Ashma. Perempuan yang saya cintai itu kamu Ash bukan Halifa."
Ashma dalam keterkejutannya hanya bisa diam, jauh didalam lubuk hatinya dia senang perasaannya terbalaskan tapi disisi lain dia juga mengingat dokter Halifa.
"Benar dok. Sangat terlambat, terimakasih atas keberanian dokter untuk mengungkapkan perasaan dokter yang sebenarnya, tapi maaf dok saya tidak memiliki perasaan yang sama seperti dokter."
Dokter Gilang disana terkekeh kecil, "jangan mengelak Ashma, saya tahu kamu berbohong."
"Dokter ini hobi sekali mengintimidasi ya, maaf dok tapi saya benar-benar tidak menyukai dokter apalagi jatuh hati dengan dokter."
"Ashma, apa perlu saya menyusul kamu."
"Tidak usah seperti itu dok."
Ashma mematikan sambungan telepon dengan dokter Gilang. Dokter Gilang terdiam sejenak memandangi ponselnya, entah apa yang dia pikirkan namun dokter Gilang benar-benar menyesal, sangat menyesal.
Ashma pun demikian tetapi keputusan yang telah ia pilih menurutnya benar, mematikan perasaan sendiri untuk menjaga hati yang lain apa salah?
Mengesampingkan perasaannya terhadap dokter Gilang, Ashma mencoba memikirkan hal lain yang membuatnya tidak berlarut lagi dalam kesedihan yang semu.
Ashma beralih menikmati perjalanannya didalam pesawat kelas ekonomi, matanya mengedar ke beberapa penumpang. Namun entah mengapa Ashma malah terpaku dengan salah satu penumpang pria berwajah bule yang sedang membaca sebuah buku.
Ashma mengakui pria itu tampan dan begitu maskulin. Mata pria itu berbalik melihat Ashma yang sedari tadi memerhatikan nya, Ashma yang tertangkap basah lantas dengan cepat menarik atensinya dari tatapan menghunus pria itu.
"Tampan sih, tapi serem."
mengabaikan tentang pria itu kini atensi Ashma tertarik pada beberapa pria bertubuh tegap yang baru saja keluar dari toilet, entah mengapa Ashma memiliki firasat yang buruk tentang pria-pria itu.
"Aku mikir apasih?!"
Tapi sepertinya memang ada yang tidak beres, para pria bertubuh besar itu seperti saling memberi kode satu sama lain. Ashma memerhatikan apa yang sedang ia pegang dibalik tas kecil yang pria mencurigakan itu pegang dan betapa terkejutnya Ashma saat melihat pria itu ternyata sedang memegang sebuah pistol.
Ashma sebisa mungkin bersikap tenang dan berusaha mencari ide agar dapat bertemu dengan petugas keamanan. Ashma melihat pramugari yang sedang berjalan lalu ia memanggil pramugari tersebut dan bersikap seolah memerlukan bantuan agar tidak menimbulkan kecurigaan.
Dengan ramah dan pelayanan yang baik pramugari itu bertanya apa yang Ashma inginkan.
"Kepala saya sakit, bolehkah saya meminta obat pereda sakit kepala?"
"Tentu saja nona, tunggu sebentar saya akan ambilkan terlebih dahulu." Ashma mengangguk dan diam-diam ia memberikan secarik kertas pada pramugari tersebut sang pramugari mengerti lalu berlalu pergi untuk mengambil obat sakit kepala.
"Pria bertubuh tegap dengan tato naga ditangannya membawa senjata tajam." Pramugari tersebut membaca selembar kertas yang diberikan Ashma. Dengan sigap dia memberi tahukah persoalan ini pada petugas keamanan.
Ashma melihat petugas keamanan yang sedang berbicara dengan pria itu lalu mereka entah kemana pergi, Ashma berharap semoga pria itu berhasil diamankan.
Tetapi sesuatu terjadi di pesawat, tiba-tiba terjadi keributan dan perkelahian dibagian belakang pesawat. Semua orang berteriak histeris saat salah satu petugas keamanan yang tadi bersama pria misterius itu dilempar oleh seseorang dan dia terluka.
Mereka mulai mengeluarkan senjata masing-masing dan menyandra beberapa penumpang.
Ternyata mereka adalah sekelompok kriminal yang berniat menyandra seluruh penumpang dan awak pesawat.
Ashma hanya bisa berdoa didalam hatinya meminta pertolongan pada yang maha kuasa agar menyelamatkan dia dan seluruh orang di pesawat dari kejahatan yang ada didepan matanya.
Salah seorang penjahat tertarik dengan Ashma hampir saja ia memegang wajah Ashma tetapi seorang pria tiba-tiba mencekal lengan penjahat itu dan memutarnya hingga terdengar bunyi retakan tulang.
Pria itu terlibat perkelahian dengan sekelompok penjahat, dia dengan sangat lincah melumpuhkan beberapa diantara mereka, setiap gerakannya tidak pernah ada yang meleset sudah seperti ahli dalam seni bela diri bahkan raut wajah pria itu biasa saja sama seperti pertama kali Ashma melihatnya, menghunus dan dingin.
Melihat teman-temannya yang terkapar, para penjahat yang menyandra beberapa penumpang melepaskan mereka dan memilih berkelahi dengan pria penyelamat itu.
"Cih, kalian semua amatiran!" Kata pria penyelamat itu dengan suaranya yang berat.
Para penjahat itu benar-benar kalah telak mereka terluka cukup serius karena terkena bogeman berkali-kali dari pria penyelamat itu sedangkan dia sama sekali tidak tergores sedikitpun.
Salah satu dari mereka melepaskan peluru berniat menembak si pria penyelamat akan tetapi pria itu dapat menghindarinya hingga peluru itu meleset dan mengenai pintu pesawat, semua orang berteriak karena mendengar suara tembakan.
Pria itu terus berduel dengan penjahat yang hampir menembakkannya dan lagi-lagi ia berhasil mengalahkannya. Dia berhasil Menumbangkan para penjahat itu dan sisanya berhasil di amankan oleh petugas keamanan.
"Ada bom!" Teriak salah satu penumpang, sontak membuat semua orang yang berada di pesawat semakin panik dan keadaan yang benar-benar kacau balau.
Pria itu pergi untuk mengecek nya, sementara Ashma beralih untuk menolong seorang penjaga keamanan yang terluka akibat diserang oleh salah satu dari mereka tadi.
"Tersisa waktu 30 detik lagi, apakah pria itu mampu menonaktifkan nya?" ucap salah seorang penumpang pesawat yang telah lanjut usia.
Para pramugari dan yang lainnya mencoba menenangkan seluruh penumpang yang panik. Sedangkan pria itu dengan serius berusaha menonaktifkan bom yang tersisa 15 detik lagi dan lagi-lagi sepertinya pria itu benar-benar ahli mengurusi hal berbahaya seperti ini, bom itu berhasil di nonaktifkan pada waktu 5 detik tersisa.
semua orang mengucapkan rasa syukur dan merasa lega karena mereka semua bisa selamat dari bahaya yang hampir merenggut seluruh orang yang ada di pesawat itu. Mereka juga berterimakasih kepada pria penyelamat itu hanya saja pria itu acuh dan tidak merespon rasa ucapan terimakasih mereka kepadanya karena telah menyelamatkan banyak nyawa.
Tiba-tiba atensi pria itu tertuju pada Ashma, dia seperti melihat seseorang dari masa lalunya.
Ashma yang sudah selesai membalut luka ringan petugas keamanan lantas berdiri dan mengucapkan terimakasih kepada pria penyelamat itu, dan sama seperti sebelumnya tidak ada respon baik yang diberikan pria itu, pria itu melewatinya dan kembali duduk seolah tidak terjadi apa-apa.
Ashma berpikir mungkin pria itu memang memiliki sifat dingin, atau mungkin dia sedang badmood perjalannya terhambat karena diganggu sekumpulan penjahat, ya mungkin benar begitu.
Misteri sekali, batin Ashma.
Pihak pesawat telah menghubungi bagian pusat dan melaporkan tentang kejadian yang terjadi di pesawat. Seluruh penjahat itu benar-benar diikat dan ditempatkan di ruangan yang terisolasi bahkan dijaga ketat oleh para penjaga keamanan pesawat.
Ternyata firasat buruknya sedari tadi sebelum menaiki pesawat adalah karena ini, Ashma bersyukur Allah selalu bersamanya dan melindunginya dari segala marabahaya dan telah mengirimkan pria penyelamat itu sebagai perantara.
...(Pria Penyelamat)...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments