"Hmmm... Baru juga masuk, otot leher kalian udah tebel aja. Kali ini kalian lagi debat apaan sih? Cewek tuh kalem kan bisa ngomong nya".
Begitulah Nesya, selalu alus tutur katanya dan tidak pernah ikut tersulut perdebatan antar anak ayam yang tengah berciap. Anak ayam? Itulah penggambaran Nesya saat melihat Zyzy dan Vivi. Paras wajah keduanya begitu cantik tapi imut, sayang sifat keduanya sangat kekanakan. Walaupun sama-sama perempuan, tapi Nesya begitu mengagumi kharisma dua sahabatnya yang begitu terlihat. Jika ada pertanyaan, "bagaimana kira-kira rupa dewi-dewi di kahyangan?" Maka Nesya tidak akan segan menjawab, "lihatlah rupa dua gadis didepanku ini. Mungkin beginilah rupa titisan dewi kahyangan itu".
"Gue kasih tau ya Ne, temen lo satu ini kelewatan warasnya tau. Masak ni anak terang-terangan banget tanya dimana Kak Andra ke Bunda Rara. Ya gue tarik aja dia naik kesini. Ketara banget tau kayak cewek ganjen aja".
"Kok gue jadi salah ya Zy? Gue itu cuma mau ngejar jodoh gue. Kali aja kan gue bisa jadi kakak iparnya Nesya. Lagian ya Zy... Gue ini udah puber keles. Bukan lagi anak ayam, tapi juga bukan 'ayam kampus' lho ya!!"
Zyzy hanya mendengus sebal. Ia sudah malas meladeni argumen Vivi yang sudah nyasar kemana-mana. Vivi sudah mengerti arti diam dadakan sahabat didepannya bahwa Zyzy ingin menyudahi debat terbuka itu. Tapi apalah daya seorang gadis yang masih bersih dibelakang pintu kamarnya malah memperpanjang adegan barusan.
"Ayam kampus apaan sih? Anak yang kuliah karena ikutan program akselerasi ya?" Tanya Nesya dengan polosnya.
Hal yang paling menyebalkan selain perdebatan antara Zyzy dan Vivi adalah adanya tanggapan Nesya yang teramat polos. Saat bahan debat atau bahan ghibah Zyzy dengan Vivi sedang apik-apiknya, selaan Nesya selalu membuat bahan mereka jadi tidak berbobot. Nesya bukan gadis yang kolot, hanya saja ia tidak mengetahui perumpamaan maupun singkatan yang gelap artinya. Dan keheningan tiga gadis itu menutup pembicaraan mereka seketika. Tidak ada lagi pembahasan tentang Kak Andra, maupun 'ayam kampus'.
Matahari sudah memutar dirinya ke sisi yang lain. Setelah makan malam singkat bersama keluarga Nesya, para gadis kembali ke perkemahan mereka di kamar Nesya. Mereka akan segera memulai ritual penting sebelum membuka tumpukan lembaran buku pelajaran. Memasukkan daftar list lagu dan mengeklik tombol play pada Winamp di layar laptop Zyzy. Itu adalah kombinasi daftar lagu yang selalu menempel di telinga ketiganya. Jangan lupa!!! Camilan dan juga susu hangat juga selalu men-support kegiatan penting mereka. Dan riual ini akan terjadi selama empat hari kedepan.
Meskipun mereka dalam tiga tahun selalu satu kelas, tapi cara belajar mereka tidaklah sama. Mereka mempunyai cara sendiri agar mudah menyerap ilmu yang bisa jadi telah luntur selama tiga tahun yang lalu. Dan saat seperti ini Zyzy akan selalu memulai mantra pertamanya.
"Siapa sih yang awal mula ngasih ujian kayak gini? Harusnya tuh ulangan harian aja udah cukup. Kasian tau otak para pelajar harus nyerap materi lagi dari awal kelas tujuh sampek sekarang".
Nesya dan Vivi sampai bisa menirukan kalimat beserta nada yang tiap semester selalu Zyzy ucapkan. Saat lagu pertama menyala, mereka sudah dalam keheningan. Mata pelajaran UNAS mereka untuk hari pertama besok adalah Bahasa Indonesia, permulaan yang ringan untuk menyetrum memori yang sudah usang.
Mungkin banyak yang menganggap mata pelajaran ini adalah yang paling mudah ketimbang yang lainnya, tetapi tidak untuk tiga gadis ini dalam kamar ini. Justru menurut mereka, Bahasa Indonesia adalah mata pelajaran yang banyak mengandung kalimat ambigu yang bisa menjebak mereka dalam menjawab. Tidak seperti Bahasa Inggris ataupun Matematika yang sudah ada ilmu pastinya. Jadi untuk mempelajari materi mata pelajaran kali ini mereka harus benar-benar menghayati setiap pemahaman didalamnya.
Dalam tiap ujian, ketiganya pasti banyak menemukan perbedaan pendapat dalam mengemukakan jawaban. Mereka pun sama seperti pelajar lainnya yang ingin mendapatkan nilai yang memuaskan. Saat mereka ragu atas pilihan dari jawaban mereka, ketiganya akan berdiskusi dari jarak jauh mereka. 'Berdiskusi' lho ya, bukan mencontek atau menyalin jawaban. Meskipun dalam sudut pandang guru pengartiannya bisa saja sama. Bukankah dari jaman pertama kali nenek moyang kita ujian juga pasti melakukan hal yang sama. Mungkin sudah tradisi turun temurun. Bukankah hasil musyawarah itu lebih baik daripada ego sendiri.
Begitulah dalih ketiga gadis itu saat ada yang mengatai mereka sedang saling mencontek. Waktu belajar mereka dimalam hari hanya satu jam saja. Mereka akan mengulang materi yang mereka pelajari saat jam tiga dini hari sampai subuh. Itulah saran dari papi Vivi yang seorang Profesor disebuah Universitas.
"Dini hari adalah waktu yang paling pas untuk memori bisa benar-benar menyerap materi yang sedang dipelajari". Entah karena sugesti ini berasal dari seorang Profesor, atau ada teori yang lainnya yang menyokong kebenaran sugesti itu sendiri. Yang jelas setelah melakoni saran dari Papi Vivi mereka memang merasakan manfaatnya, jadi kenapa tidak selalu dilakukan. Hal yang bisa bermanfaat bagi diri ini bukankah adalah hal yang baik.
🍁 BERSAMBUNG.....
Terima kasih dukungan kalian...
Jangan bosen kasih BINTANG 5, VOTE, LIKE, & KOMEN yang tidak menyayat hati penulis 😉😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
Sept September
jempollll
2020-08-03
5
Yatii
lanjut ahhh .. sru kayaknya
2020-07-21
4
Sasa (fb. Sasa Sungkar)
lanjuut aaaaah
2020-07-10
6