Episode 4

Selena membuka pintu kamar mandi dengan gerak pelan penuh keraguan, hanya ternganga sedikit celah untuk kepalanya. Dia mencondongkan kepalanya ke depan, hanya sekedar menampakkan wajah pada Eliot yang tengah gerah dengan pakaian kotornya.

"Aku sudah selesai," katanya memberitahu. Pipinya merah padam, kulit tanpa lapisan bedak itu sungguh bersahaja bila dipandang mata. Eliot tergemap sejenak menikmati rupa lugu istrinya. "Lalu kenapa masih berdiam diri di situ?" tanyanya menyerang balik. Segera Eliot menampik rasa kagumnya.

"Pakaianku. Aku tidak punya penggantinya," katanya was-was. Dia tahu bahwa Eliot tidak akan peduli tentang dirinya, namun entah mengapa dengan bodoh malah menjelaskan pada pria dingin di depannya.

"Lalu?" balasnya cepat.

Sesuai dugaan Selena, jawaban menyebalkan itu pasti akan keluar juga dari mulut pahit suaminya. "Aku malu kalau hanya memakai bathrobe. Akan canggung jadinya." Tiba-tiba matanya berkaca-kaca, sipu malu tidak bisa dihindarkan. Untuk pertama kalinya dia dan Eliot berada di kamar yang sama, Selena belum terbiasa. Meskipun tidak terjadi apa-apa, tapi jantungnya tidak berhenti berdetak kencang. Tubuhnya seolah memanas bersama desir darah yang mengalir ke pembuluh pipinya.

Eliot menatap datar raut Selena, dia menghela napas panjang. "Aku tidak akan selera melihat dada tipismu. Menyingkir!" Eliot membuka paksa pintu yang ternganga itu, lalu menyerobot masuk. "Keluar!" suruhnya sambil melotot. "Kau mau mandi denganku?" tanyanya jahil. Wanita itu belum juga keluar padahal Eliot sudah mengusir.

Sontak Selena meloncat dari tempat yang kian memanas itu. "Cabul!" cemooh Selena.

Tidak bisa hanya berdiam diri menahan malu tanpa busana, Selena dengan segala akalnya mulai berpikir. "Ehm ... begini sebenarnya tidak masalah, hanya saja bathrobe ini terlalu gampang terbuka."

Dia berjalan mendekati ruangan kecil tempat pakaian Eliot tergantung. Dia dengan lancang memeriksa setiap rak juga laci pakaian suaminya. Dari pangkal hingga ujung, tersusun baju dan celana bermerek. "Ternyata dia peduli juga tentang fashion," puji Selena berdecak kagum. Dia mengambil beberapa helai kaos pendek yang kira-kira cocok dikenakannya. Diambilnya pula celana boxer Eliot, lalu dikenakannya tanpa rasa malu. "Sempurna!" sorak riang Selena.

Ketika sibuk bercermin memandangi pakaian yang menempel di badannya, mendadak suaminya masuk ke ruangan kecil itu sambil menggosok-gosok rambutnya dengan handuk kepala.

"Sedang apa ... kau?" Suaranya melemah sesaat melihat kaos miliknya sudah dikenakan oleh wanita asing ini. Dia terperangah memandangi Selena. Lengan kaos yang pendek menjuntai ke bawah hingga sikunya, bahkan kaos itu membenamkan tubuh Selena hingga lutut. Pakaian itu terlalu besar untuknya. "Kau!" senggak Eliot murka, dia tidak suka jika ada orang lain mengusik barangnya.

Selena tersenyum dungu. Muka cengonya bahkan jelas tidak merasa bersalah. Dia menggaruk tengkuknya sambil memelintir jemari kakinya. "Hehe ... aku pinjam sehari saja."

Selena berangsur-angsur menggerakkan kakinya meninggalkan tempat itu, perlahan wanita itu meloloskan dari ancaman maut suaminya.

"Mendebarkan sekali. Pakai sehari bukan masalah, kan?" tukas Selena menebalkan muka.

Cukup lama Eliot berada di ruangan itu, akhirnya dia keluar juga. Raganya terasa hampa, meski dahinya terus mengernyit seolah geram melihat dunia, namun terukir jelas dari sudut bibirnya. Dia tengah kesepian.

"Eliot!" panggil Selena dari atas ranjang yang empuk itu. Dia nanap melihat suaminya melangkah pergi meninggalkan kamar tersebut. "Kau ingin pergi?" tanyanya resah. Dia takut jika Eliot kurang nyaman berada satu ranjang dengannya.

"Bukan urusanmu," jawabnya apatis.

Selena terpaku menahan diri agar tidak terpancing kecut dari mulut Eliot. Dia berdiri, kemudian mendekati suaminya, hingga kini tak ada jarak lagi diantara mereka. Napas mereka beradu, saling berhadap-hadapan menilik raut masing-masing.

"Maaf!" ungkapnya kemudian secara tidak terduga membungkuk sampai Eliot tersentak. "Karena aku, papa dan kau bertengkar hebat," jelasnya memohon ampun.

Eliot memalingkan wajahnya. "Tidak ada urusannya denganmu. Lagi pula aku sengaja melakukanya agar dia menyesal sudah membesarkanku."

Selena terdiam mencoba memahami. "Benarkah? Aku lega kalau begitu." Setelah beberapa waktu dalam kesunyian, Selena kembali bersuara. "Tapi ada hal penting yang ingin kukatakan padamu," ucapnya menunjukkan mata sayu.

Eliot sedikit tertarik. Diamatinya gerak bibir Selena dan kini fokusnya tertuju mendengar hal penting yang akan dikatakan wanita itu padanya.

"Mulai hari ini dan seterusnya, aku tidak akan segan lagi untuk menunjukkan sifat asliku. Jadi jangan terkejut jika hari-hari mu yang suram akan berwarna." Senyumannya begitu jahat. Seketika wajah polos itu berubah licik dan liar. "Untuk itu, berhati-hatilah. Karena sepertinya aku semakin menyukai sisi kekanakanmu, manis seperti kucing peliharaan," bisiknya.

"Lakukan semaumu," jawabnya santai.

****************

Malam itu berlalu cepat, Selena tidur pulas di ranjang luas itu seorang diri. Suaminya entah pergi kemana hingga siang belum juga pulang. Ayah ibunya sibuk mencari, namun pria itu sama sekali tidak menampakkan diri.

Bagi Selena itu sudah hal yang biasa. Toh saat pertama menikah hingga sekarang ini dia belum pernah tidur bersama suaminya itu. Bahkan pria itu terhitung menginjakkan kaki di rumah mereka. Berbeda dengan Dernia, wanita berusia empat puluh lima tahun itu begitu resah terhadap Eliot. Dia takut putranya nekat mengakhiri hidup karena kecewa terhadap San Alaric.

"Sayang, bagaimana ini? Eliot sama sekali belum pulang. Aku khawatir terjadi apa-apa padanya." Setiap ibu memang sudah seharusnya melakukan hal nya Dernia. Dia sejak petang hari sudah gigit jari mengkhawatirkan putranya. Makan pun dia tak selera karena cemas menanti kepulangan Eliot.

"Dia pasti sedang bersama geng motornya, jangan terlalu dicemaskan." Berbeda dengan Dernia, San malah terlihat tenang seolah paham bagiamana perangai putranya tersebut.

"Aku akan mencarinya, Mama tunggu saja di sini. Aku tahu dia berada dimana," ungkap Selena menawarkan diri.

Beberapa kali Selena pernah mengikuti Eliot mengunjungi tempat yang rutin didatangi suaminya tersebut. Meski hanya untuk menguntit, wanita itu tahu betul apa yang sedang dilakukan Eliot di dalam sana. "Hari ini aku akan memperkenalkan diri kepada suamiku yang pembangkang siapa sebenarnya Selena Amaril," pekiknya dalam benak. Seringai keji merayap di wajah sucinya, menggerogoti lugu lambang jiwanya.

"Sebaiknya Mama ikut menemanimu," sambungnya.

Sebenarnya tidak masalah jika ibu mertuanya itu ikut. Namun dia tidak akan bisa melancarkan aksinya jika Dernia berada disekitarnya. Untuk itu, sebisa mungkin, Selena harus menolak niat baik wanita tua berwajah awet ini.

"Tidak perlu, Ma. Aku bisa sendiri, jika ada kesulitan secepatnya akan aku kabari," usulnya menolak secara halus.

Meski urusan tawar-menawar itu belum juga selesai, Selena dengan kepiawaiannya berhasil membuat Dernia mengurung niatannya. "Segera hubungi Mama kalau terjadi sesuatu!" pintanya dengan raut gelisah.

Tujuannya sudah jelas. Menghancurkan kesenangan suaminya di sebuah kasino tak jauh dari lokasi rumah mereka. "Tunggu kedatangan ku, Eliot. Akan kubuat kau berhenti mengabaikan ku." Laung pun menggema di dalam taksi yang baru saja ditumpangi olehnya.

Terpopuler

Comments

I'm site

I'm site

Namanya Eliot aku bacanya ediot😭

2023-05-22

0

Winters

Winters

dada tipis, cih jgn gtu jg kek

2023-05-21

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!