"Nyonya besar dan Nyonya muda, pergi lah! Aku akan menghadapi mereka." ucap Ti Chi lagi karena tidak ada pergerakan.
Qing Xia tersenyum sinis, dia melepaskan genggaman tangannya dari Se Se lalu berkata kepada Ibu mertuanya. "Ibu, tunggulah di sini, aku akan membereskan mereka semua dengan cepat."
Se Se menggangguk.
"Menantu ku ternyata memiliki sifat yang sombong dan pemberani." pikir Se Se dengan hati yang bangga.
Qing Xia berdiri hendak keluar dari kereta kuda, namun Se Se menarik lengannya.
"Tunggu sebentar." ucapnya sambil mencari sesuatu di balik lengan pakaian yang sebenarnya dia sedang membuka ruang dimensi untuk mengambil senjata.
Se Se mengeluarkan sebuah belati yang dibuat oleh Han Ze Xuan untuknya. Dia lalu memberikan belati itu kepada Qing Xia.
Belati itu terbuat dari baja hitam dengan gagang kayu yang kokoh dan kuat. Pegangannya di ukir sesuai dengan tangan wanita yang mungil sehingga membuat belati itu sangat cocok digunakan oleh wanita.
"Pakai ini untuk melindungi diri. Berhati-hatilah." ucapnya lagi sebelum melepaskan lengan Qing Xia.
Qing Xia menatap pisau belati di tangannya, pisau yang lebih terlihat seperti barang berharga dari pada sebuah senjata. Setelah mendengar suara pertarungan dari luar, ia menganggukkan kepala lalu turun dari kereta kuda.
Saat itu, matahari bersinar dengan terik. Angin kencang berulang kali menerbangkan debu dan dedaunan kering. Ranting-ranting pohon bergesekan karena terus menerus di terjang angin yang bertiup tanpa henti.
Qing Xia menyesuaikan penglihatannya, dia memakai kelebihan yang dimiliki oleh matanya yang bisa melihat secara tembus pandang untuk memperhatikan di mana lokasi para pembunuh yang masih bersembunyi.
"Langsung keluar semua? Bukankah mereka terlalu percaya diri?" ucap Qing Xia dalam hati karena tidak melihat adanya pembunuh yang bersembunyi.
Ti Chi masih berdiri dengan kedua kaki yang melebar di depan kereta kuda sambil menghadang para pembunuh untuk mendekat.
Qing Xia mengalihkan pandangannya, dia menatap ke arah para pembunuh yang berjumlah dua puluhan orang. Tidak ada sedikit pun ketakutan yang tampak di wajahnya, wanita itu malah tersenyum sinis sambil berdialog di dalam hati.
"Sudah lama aku tidak membunuh, lumayan juga para pembunuh ini datang, jadi aku bisa sedikit bersenang-senang. Karena kalian yang lebih dulu mencari masalah, maka jangan menyalahkan ku jika nyawa kalian ku cabut."
Qing Xia mengeluarkan belati dari sarungnya, dia lalu menerjang ke arah para pembunuh.
"Nyonya Muda!" teriak Ti Chi yang terkejut melihat Qing Xia berlari ke arah para pembunuh di depannya.
Se Se membuka tirai jendela, dia memperhatikan semua gerakan yang di lakukan oleh menantunya itu.
Qing Xia mulai menyerang secara cepat, dia membunuh satu persatu pria berbaju hitam yang memegang pedang sebagai senjata mereka.
"Satu! Dua! Tiga! Empat..."
Satu persatu mendapat hadiah tikaman dari belati yang di pegang oleh Qing Xia. Mereka yang menyadari jika lawan di hadapannya bukanlah musuh yang mudah di hadapi akhirnya mundur secara diam-diam.
Qing Xia menghitung jumlah pembunuh yang sudah dia habiskan. Setelah hitungan ke dua puluh, Qing Xia berhenti menyerang. Dia berdiri menatap sisa pembunuh itu dengan tatapan yang mirip dengan singa kelaparan.
"Selanjutnya giliran kalian." ucapnya menyeringai.
Percikan darah dari para pembunuh menodai wajah mulus Qing Xia , wajah cantiknya kini terlihat menyeramkan seperti iblis yang haus darah.
"Jangan sombong! Kau hanya beruntung karena memiliki kecepatan yang luar biasa." ujar salah satu pembunuh sambil menatap marah ke arah Qing Xia.
Dia memperhatikan para rekannya yang sudah bersimbah darah dan menjadi mayat di atas tanah. Amarahnya semakin membesar tat kala dia menatap sebuah giok yang tergantung di pinggang salah satu mayat yang tergeletak di bawah.
"Akan ku bunuh kau!" teriaknya dengan amarah yang memuncak.
Giok tersebut adalah hadiah dari nya untuk rekan yang sangat dia sayangi. Begitu mengetahui kematian rekannya tersebut, pria ini tidak dapat mengendalikan emosinya.
Pria berbaju hitam itu berlari dan melompat ke arah Qing Xia, dia menyerang secara membabi buta dengan terus mengayunkan pedangnya ke tubuh Qing Xia yang masih bergerak cepat untuk menghindar tanpa sempat melakukan perlawanan.
Setelah pria tersebut lelah, gerakannya menjadi sedikit melambat. Qing Xia tidak menyia-nyiakan kesempatan itu, dia membalas serangan dari pria pembunuh dengan melemparkan belati di tangannya tepat di kepala pria itu.
"Brukkk!"
Tubuh pria itu terjatuh ke atas tanah, dia langsung menghembuskan nafas terakhirnya setelah Qing Xia mendekat lalu mencabut belati yang tertancap di dahinya.
Ti Chi memperhatikan dengan jelas semua gerakan Qing Xia yang gesit, cepat, kejam dan tepat sasaran. Dia mengarahkan belati ke bagian berbahaya yang langsung membunuh manusia dalam satu tusukan.
Ti Chi sempat bergidik ngeri melihat pemandangan di depannya, dia merasakan bahaya yang datang dari tatapan Qing Xia ke arah para pembunuh.
"Mengerikan ..." pikir Ti Chi.
Sementara Se Se yang masih duduk diam di dalam kereta kuda juga merasakan hal yang sama. Bedanya hanya Se Se tidak merasakan kengerian seperti Ti Chi yang bergidik ketakutan melihat Qing Xia membunuh orang-orang berbaju hitam yang menghadang jalan mereka.
"Qing Xia memiliki kekuatan dan tenaga yang besar, staminanya juga luar biasa. Dia tidak terlihat kelelahan meskipun sudah membunuh 20 puluh orang secara beruntun. Gerakannya gesit, sangat cepat dan tepat di tempat yang mematikan. Dia... Terlihat seperti seorang pembunuh profesional." pikir Se Se sambil menatap ke arah Qing Xia.
Qing Xia melanjutkan serangannya, dia kembali menghitung seraya menikam leher pria di sekitarnya.
"Dua puluh satu, dua puluh dua, dua puluh tiga, terakhir, dua puluh empat."
Sisa pembunuh terakhir yang masih berdiri di depan Qing Xia. Pria itu menatap wanita di hadapannya itu dengan raut wajah ketakutan, dia memegang pedangnya dengan tangan yang gemetaran.
"Wanita ini pasti seorang iblis!" pikirnya sambil menatap ngeri mata Qing Xia.
Sementara Qing Xia melihatnya dengan tatapan yang meremehkan, senyuman sinis di wajah cantik itu sama sekali tidak terlihat menarik di mata si pembunuh. Dia hampir terkencing di celana gara-gara ketakutan dengan wajah Qing Xia yang dipenuhi percikan darah.
"Terakhir!" ucap Qing Xia sambil melemparkan belatinya.
"Tranggg!"
Sebuah pedang menghadang belati Qing Xia, belati itu terjatuh karena hantaman dari pedang besi di gagang belati.
Qing Xia berbalik badan, menatap siapa orang yang melindungi pembunuh terakhir yang menjadi incarannya.
^^^BERSAMBUNG...^^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
Wanda Wanda i
aku mampir Thor
2023-04-21
1
ŕhàďýt
siapa ya
2023-04-21
1