MERASA BERSALAH.

Halimah begitu panik saat melihat disekelilingnya sekolah yang bertuliskan TK Seroja itu, terlihat begitu sepi. Dan ia pun melangkahkan kakinya dengan cepat menuju ke kelas anaknya, yang terlihat sudah sepi juga. Namun saat ia melihat kedalamnya, ternyata masih ada dua orang disana. Dan Halimah pun bernafas lega saat ia melihat seorang anak laki-laki kecil dan seorang pria muda yang memakai baju Koko, serta memakai peci hitamnya.

Di depan pintu kelas yang terbuka, Halimah pun langsung mengetuk pintu kelas tersebut. "Assalamu'alaikum ustadz Yusuf, maaf saya terlambat menjemput Daffanya Ustadz," ucap Halimah, seraya ia mengatupkan kedua tangannya. Tampak sekali ia sangat merasa bersalah.

"Wa'alaikumus salam warahmatullahi wabarakatu. Iya nggak papa Umi, lagian saya jadi berkesempatan mengajar Daffa untuk menghafal Al-Qur'an, karena tiga hari lagi, ada perlombaan thafidz antar TK. Jadi di sekolah kita ini akan mengutus Daffa sebagai perwakilan TK Seroja ini, Umi" jelas pria muda yang di panggil Ustadz Yusuf oleh Halimah.

"Oh benarkah? Maa syaa Allah, emangnya Daffa sudah bisa Ustadz?" tanya Halimah terlihat tidak yakin pada anaknya sendiri. Karena seingatnya anaknya sangat over aktif. Sehingga ia sering kesulitan disaat ia mengajarkannya, karena itulah ia meragukan kepintaran anaknya.

"In syaa Allah bisa Umi...karena di antara teman-temannya, Daffalah yang cepat sekali, bila di suruh menghafal. Yaa walaupun dia sedikit sulit di atur namun ia memiliki kelebihan yang luar biasa Umi," jelas Yusuf lagi. Yang akhirnya ia mengutarakan kecerdasan Daffa, pada Halimah.

"Ooh ..Alhamdulillah kalau begitu Ustadz, jadi apakah sekarang Daffa masih belum selesai menghafalnya Ustadz? Kalau belum, saya akan menunggu di luar dulu ustadz?" tanya Halimah sedikit penasaran.

"Alhamdulillah, sudah selesai kok Umi. Jadi sekarang Daffa sudah boleh di Bawa pulang Umi," balas Yusuf dengan sopan.

"Oh Alhamdulillah, ya sudah kalau begitu kami pamit ya ustadz Assalamu'alaikum" ucap Halimah sambil mengatupkan kedua tangannya kembali, sambil ia menundukkan kepalanya singkat tanda ia menghormati Yusuf selaku guru anaknya.

"Iya Umi, hati-hati dijalan ya? Wa'alaikumus salam warahmatullahi wabarakatu" balas Yusuf, seraya ia juga mengatupkan kedua tangannya, sambil menundukkan kepalanya dengan singkat jiga tanda ia membalas rasa hormatnya Halimah.

Setelah mendapatkan jawaban salamnya, Halimah pun beranjak meninggalkan kelas Ustadz Yusuf. Sembari ia menuntun anaknya dan berjalan menuju ke sepedahnya yang ia parkirkan tadi didepan sekolah TK tersebut. Dan setibanya di sepeda, Halimah pun langsung menaikkan tubuh anaknya ke atas boncengan sepedanya. Dan kemudian Halimah juga ikut naik dan duduk di depan anaknya duduk.

"Pegangan di pinggang Bunda ya Nak?" Kata Halimah, sebelum ia mengayuhkan pedal sepedanya.

"Oke Bunda! Daffa udah pegangan dengan kuat kok!" Balas Daffa, yang memang ia sudah melingkarkan tangannya di pinggang sang ibu.

"Alhamdulillah, ya sudah sekarang kita pulang ya? Bismillah," ucap Halimah. Dan setelah meyakinkan pegangan si anak sudah kuat di pinggangnya. Halimah pun mulai mengayuhkan sepedanya dengan cepat menuju kearah rumahnya. Karena ia teringat pada si bungsu, yang ia tinggalkan seorang diri dirumahnya, karena ia masih tertidur saat ia pergi.

Setelah mengayu sepeda selama lima belas menit. Akhirnya sepeda Halimah pun memasuki area gang rumahnya. Dan disaat sepedanya mulai mendekati rumahnya, Halimah tampak sedikit terkejut. Karena ternyata didepan rumah, ada seorang wanita tua, yang sedang berdiri tepat di depan rumahnya, sambil menggendong seorang anak kecil yang sedang menangis. Dan ia pun cepat-cepat mencagakan sepedanya, seraya berkata.

"Assalamu'alaikum Bu," ucap Halimah, sambil mengulurkan kedua tangannya, untuk mengambil anak kecil yang berada di dalam gendongan wanita tersebut.

"Wa'alaikumus salam! Dari mana saja sih Mah?! Tadi katanya cuma sebentarkan! Cuma belanja sama jemput Daffa! Tapi kenapa lama sekali sih!" seru wanita itu, dengan wajah yang terlihat amat marah pada Halimah.

"Maaf Bu, tadi saat di pasar Imah ketemu teman kerja Imah dulu. Jadi kelupaan deh, saat jemput Daffa Bu," balas Halimah apa adanya. Tampak sekali kalau ia merasa bersalah, pada wanita paruh baya tersebut, yang ternyata ia adalah ibunya Halimah, yang kebetulan rumahnya tak begitu jauh dari rumahnya Halimah.

"Astaghfirullah, Mah..Mah! Emangnya kamu nggak ingat apa, sudah ninggalin Daffi di rumah hah? Lihat tuh anak kamu sampai menangis seperti ini, sulit sekali di diamin" tegur sang ibu terlihat semakin kesal, pada Halimah.

"Iya Bu maaf, maaf, Imah yang salah Bu," ucap Halimah masih dengan rasa bersalahnya. "Maafin Bunda ya Nak," ucapnya lagi pada si kecil sambil mencium pipinya yang terlihat gembul.

"Ya sudahlah ibu pulang! Assalamu'alaikum!" pamit sang ibu, dengan suara yang masih terdengar kesal. Lalu sang Ibu pun berlalu meninggalkan Halimah dan anak-anaknya, tanpa menunggu jawaban salamnya.

"Wa'alaikumus salam warahmatullahi wabarakatu, Bu" balas Halimah, sembari ia menatapbkepergian sang Ibu. Sampai sang Ibu memasuki sebuah rumah, yang jaraknya hanya dua rumah dari rumahnya Halimah.

"Ya sudah sekarang kita masuk, yuk Nak," ajak Halimah setelah sang ibu tak terlihat lagi. Dan setelah mereka sudah berada di dalam rumahnya, tiba-tiba Daffa buka suara.

"Bun, nenek kok kerjanya marah-marah aja sih? Dafakan takut, lihatnya," keluh Daffa, seraya ia membuka sepatu sekolahnya.

"Huuss! Nggak boleh ngomong begitu ya Nak? Nenek marahkan karena Bunda yang salah. Jadi wajar dong Nenek marah, ya sudah sekarang kamu ganti baju dulu ya Nak," jelas Halimah, yang kemudian ia langsung mengalihkan pembicaraan pada putranya itu.

"Iya Bun, tapi habis ganti baju, Dafa boleh makan ya Bun? Soalnya Dafa lapar banget Bun," kata Daffa, yang saat ini tangannya sedang membuka kancing bajunya satu persatu.

Mendengar perkataan putranya, Halimah pun tersenyum, seraya ia berkata, "Ya boleh dong Nak, tapi setelah kamu menggantung baju sekolahnya dulu dikamar ya Nak?" balas Halimah dengan lembut.

"Oke Bun!" balas Daffa terlihat begitu bersemangat. Lalu ia pun langsung bergegas menuju kamarnya, dengan berjalan sedikit berjingkrakkan tanda ia sedang kesenangan. Halimah yang melihatnya pun tersenyum lucu.

"Ma syaa Allah, sebegitu senangnya sih, anakku, karena mau makan," gumam Halimah, sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Setelah Daffa menghilang di balik pintu kamarnya, ia pun langsung bergegas menuju ke dapur, untuk mengambil makanan untuk putra keduanya itu.

...┈┈••✾•◆❀◆•✾••┈┈...

JANGAN LUPA DUKUNG Ramanda TERUS YA..🙏

Bonusin dengan VOTE bila menyukai karya Author. dan LIKE Bila inggin memberikan semangat."KOMENTAR para Readers akan menjadi pemicu inspirasi Author..Jadi jangan lupa ya guys 🙏😉 Syukron 😊🙏

Terpopuler

Comments

Nur Asiatun

Nur Asiatun

Alhamdulillah... semoga Allah permudahkan segala urusan...

2023-05-10

0

Murwati Murwati

Murwati Murwati

Kehidupan rumah tangga sederhana,dg agama yang kuat dan berharap ridho Alloh. In Syaa Alloh akan berjalan dg damai dan tentram.
bila ada masalah menghadapinya dg sabar ikhlas dan tawakal....😊

2023-04-21

2

Micel Lee

Micel Lee

suka bnget kluarga harmonis sprti inii.

2023-04-21

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!