KECEMASAN HALIMAH.

*┈┉━❖❀🤍 Mutiara Hikmah.🤍❀❖━┉┈*

"Di Tangan-Nya terletak segala sumber kemuliaan dan perbendaharaan langit dan bumi sementara manusia itu, tiada memiliki apa-apa sebenarnya.

Maka selalulah ingat, manusia bukanlah penentu rezeki dan kemuliaan kita. Malah rezeki dan kemuliaan mereka sendiri adanya terletak pada ketentuan ALLAH ﷻ."

__Quotes of the day__

*┈┉━━━━━•❖❀🤍❀❖•━━━━━┉┈*

Seperti hari-hari sebelumnya, disetiap harinya setelah kepergian suami serta anak-anaknya. Halimah pun melakukan pekerjaan rumahnya, seperti beres-beres rumah, memasak serta mencuci pakaian. Setelah selesai, ia pasti menidurkan si bungsunya terlebih dahulu. barulah setelah ia pun pergi ke pasar untuk berbelanja keperluan dapurnya dengan menaiki sepeda Sankinya.

Sesampainya di pasar ia mempercepat belanjanya. Sebab ia takut telat saat waktunya menjemput putra keduanya yang masih bersekolah Tk. Namun disaat ia sedang belanja keperluan dapurnya, dan disaat ia sedang memilih sayuran segar tiba-tiba ia melihat seseorang memanggil namanya.

"Halimah?!" panggil seorang wanita.

Karena merasa namanya terpanggil. Halimah pun langsung menolehkan wajahnya kesumber suara tersebut. Dan tampaklah olehnya seorang wanita cantik yang sepertinya ia seumuran dengannya.

"Eh, Linda?!" sentak Halimah terlihat sedikit terkejut. Mendengar Halimah menyebutkan namanya, wanita yang di panggil Linda itu pun langsung memeluk Halimah.

"Aah.. syukurlah, ternyata ini benaran kamu ya Limah? Bagaimana kabar kamu selama ini, Limah?" Tanya Linda, yang masih memeluk Halimah.

"Alhamdulillah aku baik, Linda. Dan kamu sendiri gimana kabarnya?" tanya Halimah kembali, seraya ia menyambut dengan hangat pelukan dari Linda.

"Alhamdulillah aku juga baik kok, Mah. Eh tapi rasanya kamu kok agak kurusan deh, Mah? Kamu benaran baik-baik saja kan Mah?" tanya Linda lagi, seraya ia menatap tubuh Halimah dengan intensnya.

"Ya benaranlah aku baik-baik saja. Emangnya kamu pikir aku kenapa, hm?" Tanya Halimah balik, seraya ia mengerutkan keningnya.

"Ya nggak papa sih, hanya saja, aku..." Balas Linda. Namun belum lagi ia menyelesaikan perkataannya. Tiba-tiba Halimah langsung menyelanya.

"Eeeh.. sudahlah Lin, aku benaran baik-baik aja tau. Oh iya, sekarang apa kegiatan kamu Lin? Apakah kamu masih menjahit di pabrik ko Ahok?" Tanya Halimah, yang sepertinya ia bermaksud mengalihkan pembicaraan mereka yang tadi.

"Ya masihlah! Kan cuma disana yang gajinya, lumayan gede, jadi aku nggak bisa kerja ditempat yang lainnya Mah," jawab Linda dengan santainya "Oh iya, kamu sendiri kerja apa sekarang Mah?" Tanyanya balik pada Halimah.

"Aku nggak kerja Yat, soalnya nggak dibolehin kerja sama suamiku," balas Halimah apa adanya. "Kamu mah enak, suami kamu bolehin kamu bekerja ya? Nggak kayak aku, hanya dirumah aja, jagain anak-anak doang" kata Halimah lagi, dengan wajah yang terlihat sedikit sedih.

"Ya nggak enak juga sih Mah, capek tau!Dan sebenarnya suamiku juga sudah menyuruh aku berhenti sih. Tapi mau gimana lagi, kebutuhanku semakin besar, dan suamiku memiliki gaji hanya pas-pasan aja. Jadi kalau nggak di bantu gimana dengan sekolah anak-anakku, Mah? Makanya aku lebih baik kerja terus deh Mah," balas Linda, yang akhirnya ia juga bercerita tentang keluh kesah kehidupan rumah tangganya juga.

"Iya juga sih. Dan sebenarnya, kita sama sih Lin. Dan sekarang aja Aku lagi kepikiran dengan biaya sekolah anak-anakku. Apalagi anak sulungku sebentar lagi mau masuk SMP. Ditambah lagi, anak nomer duaku juga mau masuk SD, otomatis biaya semakin banyakkan? Makanya aku kepingin banget bekerja Lin. Tapi ya gitu bang Rizal, benar-benar nggak bolehin banget! Makanya sekarang aku pusing banget Lin," keluh Halimah yang akhirnya curhat, pada temannya itu.

"Hmm.. mungkin bang Rizal nggak ingin kamu jadi jauh dari anak-anak kamu Mah. Soalnya suami Aku, juga bilang begitu juga sih. Tapi mau gimana lagi coba. Apalagi sekarang anak-anakku semakin besar, dan otomatis, biaya semakin besarkan?" Balas Linda.

"Aah, iya Lin, suamiku memang ngomongnya juga seperti itu loh. Hah! Nggak Taulah Lin, aku benar-benar lagi bingung soalnya," keluh Halimah lagi, yang sebenarnya ia memang sejak tadi sedang memikirkan hal itu.

"Sabar Mah, pasti nanti ada jalan keluarnya kok, intinya jalanin aja dulu, in syaa Allah rezekikan sudah ada yang mengaturnyakan? Jadi untuk sekarang lebih baik kamu, banyak-banyak berdoa aja deh, Mah," kata Linda, membuat hati Halimah sedikit tenang.

"Benar juga sih yang kamu katakan, ya sudah kalau begitu, in syaa Allah aku sabar deh. Semoga Allah memberikan kemudahan bagi kami," balas Halimah yang kini wajahnya sudah terlihat mulai ikhlas.

"Aamiin, yang semangat ya Mah."

"Iya Lin, In syaa Allah, kamu juga ya, dan terima kasih ya. Karena sudah membuat hatiku sedikit tenang" ucap Halimah, seraya tersenyum ikhlas pada sahabatnya itu.

"Sama-sama Mah, lagian kitakan teman jadi sudah sepantasnya kita saling mengingatkan, iyakan Mah?" Balas Linda seraya ia menyunggingkan senyuman tulusnya.

"Alhamdulillah, terima kasih Lin. Oh iya, ngomong-ngomong udah jam berapa sekarang Lin?" tanya Halimah sembari ia melirik jam yang terpasang di tangan sahabatnya itu.

Mendengar pertanyaan Halimah, Linda pun langsung mengangkat lengannya untuk melihat jam tangannya, "Sekarang sudah jam sebelas tiga puluh, Mah. Kenapa emangnya Mah?" tanyanya terlihat penasaran karena setelah mendengar jawaban darinya, ia langsung mengerutkan wajanya. Sebab ia dapat melihat ada kecemasan di wajah Halimah.

"Astaghfirullah, Aku telat menjemput anakku yang sekolah TK, Lin!" balas Halimah, terlihat semakin panik

"Astaghfirullah, ya sudah sana kamu pergi jemput anak kamu Mah. Sorry ya gara-gara aku, kamu jadi lupa, sama anak kamu," ujar Linda terlihat merasa bersalah.

"Iya nggak papa, ya sudah kalau aku pamit ya Lin, salam dengan keluarga kamu, Assalamu'alaikum" pamit Halimah sambil ia menaruh barang belanjaannya ke keranjang sepedanya.

"Iya hati-hati ya Mah, Wa'alaikumus salam" balas Linda. Dan di balas dengan acungan jari jempol saja oleh Halimah seraya ia menyunggingkan senyuman manisnya pada Linda.

Setelah itu Halimah pun mulai kembali mengayuhkan pedal sepedanya dengan cepat menuju ke sekolah TKnya Daffa anak nomor duanya. Yang jaraknya lumayan jauh dari pasar menuju sekolah TK Seroja. Namun bagi Halimah hal itu tak menjadi masalah, dan ia tetap semangat menjalani kesehariannya yang seperti itu.

Sesampainya disekolah TK putranya, Halimah terlihat semakin panik tatkala, sekolah TK itu terlihat telah sepi. "Astaghfirullah, aku benar-benar sudah terlambat! Sampai-sampai, semuanya sudah pada pulang. Tapi dimana Anakku ya?" gumamnya, sembari ia melihat sekeliling sekolah, mencari si buah hatinya.

"Ya Allah, dimana anakku?"

...┈┈••✾•◆❀◆•✾••┈┈...

JANGAN LUPA DUKUNG AUTHOR TERUS YA..🙏

Bonusin dengan VOTE bila menyukai karya Author. dan LIKE Bila inggin memberikan semangat."KOMENTAR para Readers akan menjadi pemicu inspirasi Author..Jadi jangan lupa ya guys 🙏😉 Syukron 😊🙏

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!