Lea menatap pemuda yang ada di hadapannya terlihat menujukan ekspresi bingung, Lea akhirnya mulai menggungkapkan niatnya yang sebenarnya.
"Aku pikir kamu terluka dan membutuhkan hal-hal untuk mengobati lukamu,"
Pemuda itu menatap Lea dengan ekspresi dingin lalu berkata dengan marah,
"Gue gak butuh, dan lagi Lo nggak usah repot-repot perhatian sama gue, nggak ada gunannya juga,"
Mungkin Lea juga mulai merasa kesal dan dengan respon dingin itu, jadi dia hanya meletakan kotak itu di meja, namun sayangnya hal itu segera di buang ke lantai oleh Reyhan.
"Udah gue bilang gue nggak butuh!"
Lea menatap kotak yang di lantai, lalu menatap lagi pemuda yang ada di hadapannya ini dan sekarang setelah dilihat dari luka-luka yang ada di wajahnya benar-benar terlihat serius.
"Astaga, apa susahnya sih cuman nerima itu aja? Apa lu lihat itu wajahmu lebam semua jadi jelek kayak gitu, dasar keras kepala!"
Mungkin karena Lea sudah mulai kehilangan kesabarannya dia mulai berkata dengan kurang sopan.
"Siapa yang lo bilang jelek?"
"Makanya punya kaca itu di pake, udahlah mending lu ke UKS aja sekalian, gue udah gak peduli,"
"Siapa juga yang butuh lo peduliin?"
Lea segera pergi dari sana, dan akhirnya hanya merasa kesal pada merasa lega melihat pemuda itu benar-benar menjengkelkan dan keras kepala hanya ingin mengobati diri sendiri saja tidak mau. Lea hanya bisa menghela nafas sepertinya tidak ada baik berurusan dengan pemuda gila itu.
####
Lea lalu mulai menuju ke Kantin, menyusul teman semejanya dan rombongan saat ini sudah berada di kantin.
"Lea? Dari mana saja sih? Aku udah nungguin dari tadi," kata teman semeja Lea, dia bernama Kirana.
"Aku tadi hanya ke kamar mandi sebentar, Mari kita segera memesan saja,"
Saat jam makan siang itu, Lea mulai berkenalan dengan teman-teman lainnya, menikmati makan siang itu dengan damai, mencoba untuk tidak memikirkan kamu gila yang di kelas itu yang benar-benar sangat menyebalkan.
Namun ada hal yang membuat Lea terkejut, itu karena begitu dirinya sampai kelas, Lea melihat pemuda itu memakai beberapa plester luka di tangan dan sudut wajahnya.
Mungkin karena dia akhirya sadar jika wajahnya memang terlihat buruk dengan luka-luka itu?
Namun begitu tatapan mereka bertemu, pemuda itu segera menujukan ekpersi sangar pada Lea lalu segera memalingkan wajahnya sambil menunjukan ekspresi mengejeknya. Lea yang menatap itu hanya menghela nafas lalu segera duduk di tempat duduknya seperti biasa.
"Lea, kenapa kamu menatap Rey dari tadi?" Tanya Kirana penasaran.
"Tidak tidak aku hanya penasaran kenapa dia tidur terus dari tadi apakah memang dia seperti itu?"
"Itu benar, dia memang selalu seperti itu ketika di kelas, hanya tidur, dia akan sangat marah jika diganggu jadi aku sarankan padamu apapun yang terjadi sebaiknya kamu jangan mengganggu ketika dia sedang tidur,"
Lea yang mendengar penjelasan itu merasa penjelasan itu sudah terlambat pantas saja tadi Reyhan itu marah ketika dirinya bangunkan, namun bukankah ini sekolah?
Kenapa pula bukannya belajar namun malah tidur di sekolah?
"Eh? Dia hanya tidur? Lalu bagaimana dengan nilai-nilai nya kalau begitu?"
Kirana yang mendengar pertanyaan itu hanya segera menghela nafas dan berkata,
"Tidak perlu bertanya dengan nilainya,"
Mendengar itu, malah membuat Lea semakin penasaran, jangan bilang ini semacam jenius yang tersembunyi itu?
Melihat ekspresi Lea, yang terlihat seperti baru saja meyakini sesuatu, Kirana segera menghela nafas dan berkata,
"Apa yang kamu pikirkan? Jelas Rey itu Peringkat Terakhir di Sekolah, ini sudah bukan rahasia umum dan semua orang juga tahu untuk itu, Aku juga heran kenapa orang semacam itu masih saja ke Sekolah, malahan hanya mengganggu pemandangan saja dan mengganggu siswa-siswi yang benar-benar serius mau belajar," kata Kirana sambil berbisik ke telinga Lea, takut orang di sebelah sadar apa yang mereka bicarakan.
Lea yang mendengar cerita itu jelas aja merasa cukup aneh, yah membuat dirinya penasaran kenapa Rey ini bisa seperti itu?
Apakah karena situasi Keluarganya?
Namun, Lea hanya bisa memendam pertanyaan itu untuk dirinya sendiri tidak ingin Kirana menjadi curiga jika dirinya penasaran pada Rey ini.
Dan begitulah, hari pertama Lea di Sekolahnya, sejauh ini tidak ada masalah di sekolahnya, sesuai yang Lea inginkan. Hanya pertemuannya dengan pemuda gila itu, yang masih membayangi Lea, dan bagaimana Pemuda itu, benar-benar hanya menghabiskan waktu untuk tidur di kelas.
Lea benar-benar tidak habis pikir dengan hal itu, sungguh aneh.
Tepat ketika pulang sekolah, Lea menatap kearah ponselnya, ingin mengirimkan pesan kepada seseorang.
Ada sebuah kontak bernama 'Alfa' disana, yang Lea kirimkan pesan.
[Hari ini di Sekolah Baru, hal-hal baik terjadi, teman-teman di sini ramah, tidak seperti di sekolah lamaku, Aku benar-benar senang,]
Namun jelas, tidak ada balasan dari ujung pesan. Lea tidak kecewa, karena memang sudah biasa tidak dibalas seperti ini, balasannya akan agak lama karena yang dirinya hubungi orang yang cukup sibuk.
####
Karena itu juga merupakan hari baru, Lea tinggal di kota itu, Lea memutuskan untuk melihat daerah-daerah sekeliling tempat itu. Sambil jalan-jalan menikmati suasana tempat baru cukup menyenangkan juga.
"Nenek, Aku akan pergi jalan-jalan dulu," kata Lea pamit pada Neneknya, ya satu-satunya Keluarga yang merawatnya sekarang, setelah orang tua Lea bercerai, dan mulai sibuk dengan kehidupan masing-masing.
"Kamu harus hati-hati, jangan pergi ke Gang Belakagan di Ujung Jalan Utara, di sana tempat yang cukup berbahaya,"
"Tentu saja Nenek aku tidak akan pergi ke sana memangnya ada apa di sana?"
"Orang-orang yang tinggal di sana tidak begitu baik,"
"Baiklah, Aku mengerti,"
Setelah berpamitan kepada Neneknya, Lea segera pergi dari sana, berjalan ke Jalanan di Barat, menghindari Jalanan Utara yang kata Neneknya berbahaya, Lea juga tidak ingin terlibat hal-hal kacau di sana.
Hari kebetulan sudah sore, suasana disana cukup bagus untuk di lihat, rerumputan hijau, jalanan juga cukup sepi mungkin karena ini adalah pinggiran kota. Udara disana, masih sangat nyaman, dari pada di daerah pusat kota dimana Lea biasanya tinggal.
Ketika Lea terus berjalan, dia melewati sebuah bangunan yang sepertinya sedang dibangun. Lea awalnya tidak tertarik dengan hal itu, sampai dia melihat wajah yang familiar.
"Eh? Itu... Itu Rey?"
Ya, Lea melihat sosok Pemuda sombong yang sebelumnya, saat ini mengenakan pakaian kontruksi lengkap, sedang membawa beberapa bahan bangunan dengan alat disana.
Bukankah masih di bawah umur, baru 16 tahun, apakah bisa bekerja seperti itu?
Apakah situasi Keluarganya cukup buruk?
Tapi lebih dari semua yang Lea duga, pemuda itu terlihat seperti Pemuda sombong dan angkuh, namun tidak mengira dia cukup mandiri dan memiliki pekerjaan sampingan?
Walaupun, itu pekerjaan yang terlihat berat, ternyata dia cukup kuat juga.
Lea merasa penasaran ketika melihat itu, dan tanpa sadar berjalan mendekat ke arah tempat kontruksi itu. Dari dekat, Lea bisa melihat Ray yang telah selesai memindahkan barang, mulai menyeka keringatnya, dengan ujung kaos yang di pakainya, sepintas pemadangan perut sixpack terlihat dari balik kaos, itu, menujukan pose seksi tertentu, sampai membuat Lea tersipu.
'Astaga, sangat tampan,'
Namun Lea segera membuang pikiran itu jauh-jauh, ketika tatapan Lea bertemu dengan tatapan pemuda itu yang juga menujukan ekpersi tidak senang. Lea merasa malu, dengan pikirannya barusan.
Jadi Lea jelas memilih untuk segera mengalihkan tatapannya dan pergi jauh-jauh dari sana, tidak ingin mencari masalah dengan pemuda itu hanya sekarang dirinya dipenuhi pertanyaan, kenapa dia sudah bekerja seperti itu?
Lea lalu ingat, kenapa Pemuda itu terlihat sangat lelah dan hanya tidur di kelas, apakah karena pekerjaan sampingan yang dia miliki?
Mungkin karena Lea tadi buru-buru lari dari tempat kontruksi dan melamun, Lea tidak menyadari Jika dia sudah mulai berjalan di dekat jalanan Utara, yang terlihat cukup gelap dan buruk.
Apalagi, karena Lea masih cenderung baru di tempat itu dia sepertinya salah belok dan tidak tahu bagaimana cara keluar dari gang itu, apalagi Lea lupa untuk membawa ponsel.
Lea memandangi rumah-rumah disana yang sangat penuh sesak, sudah sekian kalinya Lea lewat sini.
"Sial, dimana sih ini?"
Lea jelas binggung, namun tidak tahu juga bagaimana caranya bertanya dengan orang karena, Lea belum menghafalkan alamat rumah tempat Neneknya tinggal. Lea segera menatap kearah jam tangannya, dimana sekarang benar-benar sudah gelap, dan suasana di sekitar tempat itu terasa tidak nyaman, terutama karena Lea tidak sengaja berpapasan dengan beberapa orang menyeramkan yang memakai tato.
Sial, Lea merasa dirinya benar-benar terlibat dalam masalah, apakah ini Jalanan di Gang Utara yang Neneknya bilang?
Menatap suasana remang-remang yang sedikit menyeramkan di sekitar sana, Lea lalu segera berjalan lagi, sampai Lea mulai mendengar suara-suara berisik di salah satu belokan gang, mungkin karena penasaran, Lea lagi-lagi menatap ke arah Gang disana.
Sungguh, yang Lea lihat sekarang wajah familiar lagi, seorang pemuda yang saat ini sedang berkelahi dengan beberapa Pria Dewasa.
Ya, itu lagi-lagi Rey yang sama, ekpersi Lea segera menujukan ekpersi terkejutnya.
Rey itu....
Kenapa dia sangat aneh?
Tadi pagi ke kejar beberapa siswa Sekolah lain, tadi bekerja di tempat kontruksi, sekarang berkelahi di Gang!!
Lihat, luka yang tadi pagi di wajah Ray, sekarang menjadi terlihat sangat menyedihkan berkat perkelahian itu!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
WAKANDA NO MORE
Jejak
2023-04-25
1