Menjelang matahari tenggelam, sampai akhirnya matahari benar-benar tengelam, dua orang itu masih menghabiskan waktu berada di dekat persawahan indah itu, dalam diam dan tidak mengatakan sepatah kata apa pun.
Lea, jelas merasa cukup canggung berkata seperti apa pada pemuda yang saat ini berada disampingnya, namun dengan kediaman seperti ini membuat Lea merasa tidak nyaman. Lea lalu mulai menatap kearah samping, dimana saat ini Rey mulai sibuk dengan ponselnya sendiri, disini Lea yang merasa diabaikan jelas menjadi sedikit kesal.
"Tidakkah kamu memiliki beberapa hal yang harus kamu katakan padaku?"
Perkataan Lea tiba-tiba itu, membuat Rey yang tenggelam dalam pikirannya dan menatap ponselnya dari tadi itu pun segera menatap kearah Lea, hampir melupakan keberadaan ada gadis itu di sini.
"Apaan? Nggak ada hal yang mau gue bicarain sama Loe,"
"Namaku bukan Lo, tapi Lea. Nggak suka kamu bicara kayak gitu ke aku, kayak gak tahu namaku aja,"
"Ternyata Lo cerewet juga,"
"Dasar nggak tahu terima kasih,"
"Idih, jadi Lo bantu gue buat dapat ucapan terimakasih gitu?"
Lea yang mendengar kata-kata itu segera mengalihkan tatapannya sepertinya percuma berdebat dengan pemuda gila menyebalkan itu.
"Dah, lah males ngomong sama tembok,"
"Dari awal sampai suruh ya ngajak gue bicara?"
Lea memutuskan untuk segera berdiri seperti berniat pergi dari sana, sedangkan Rey terlihat tidak memperdulikan Lea yang akan pergi, hanya kembali menatap kearah ponselnya, sepertinya berniat untuk mengambil satu jepretan di sana.
Sayangnya, begitu Lea berdiri dan menatap kearah sekeliling, akhirnya Lea menjadi teringat jika saat ini dirinya tersesat dan tidak tahu ini di mana. bahkan sudah dari sebelumnya dirinya mencari-cari jalan dan malah hanya berputar-putar di sekitar gang jalan di utara. Yang malah bertemu dengan orang-orang mencurigakan dan merepotkan.
Lea yang memikirkannya hanya merasa lelah, hah memikirkan bagaimana sekarang cara dirinya pulang?
Kemudian, tatapan Lea segera menatap kearah pemuda yang saat ini masih duduk di tanah, yang sedang memainkan ponselnya itu. Lea sedikit ragu untuk meminta bantuan, tempat berdebat dengan dirinya sendiri apakah benar-benarr perlu untuk meminta bantuan dari pemuda gila itu?
Lea dipenuhi dengan keraguan namun dirinya segera mendapat kearah langit dan jalanan yang saat ini gelap, apalagi jika ini masih melewati jalanan di gang Utara yang terlihat membingungkan belum lagi ada banyak orang-orang mencurigakan di sana. Dan jika dipikirkan lagi bukankah beberapa orang yang memukuli Rey itu masih ada di sekitar sana?
Nanti bagaimana jika dirinya bertemu dengan orang-orang itu?
Ini jelas akan menjadi hal yang merepotkan. Jadi, setelah berdebat dengan dirinya sendiri, Lea segera kembali berbalik dan menatap kearah Rey, Lea mencoba memanggil pemuda itu.
"Rey,"
Lea memanggil nama itu dengan suara yang lirik dan Rey tidak begitu mendengarnya. Tentu Lea tiba-tiba merasa cukup guguk untuk meminta tolong pada pemuda itu.
"Rey?"
Lagi-lagi tidak ada balasan dari sana.
"Rey? Reyhan?'
Masih tidak respon, mungkin karena Lea kesal, akhirnya Lea menepuk pundak Rey.
"Reyhan Alvarendra?"
Rey matikan kesabaran lalu mulai menatap kearah gadis itu dengan ekspresi kesal, padahal Rey sedang fokus menatap kearah foto-foto sebelumnya dia ambil.
"Apaan sih Lo! Berisik banget deh!!"
"Kamu itu yang dari tadi dipanggil nggak nyaut-nyaut,"
"Udah deh sekarang bilang aja apa mau lo manggil gue segala pakai nama lengkap lagi, males banget deh,"
Lea yang mendengar respon itu segera menggunakan seolah sudah memikirkan tentang reaksi pemuda itu namun mau tidak mau lihat tetap harus meminta bantuan.
"Itu... Mau mengantarku pulang?" Kata Lea dengan asal, mungkin karena Lea masih tidak bisa mengakui dan merasa malu jika dirinya tersesat apalagi di umur ini, latihannya kata-kata itu yang keluar dari mulutnya bangun hal ini malah menjadi semakin canggung.
"Hah? Mengantarmu pulang? Emang Lo pikir, gue ini pacar Lo?"
Ketika mendengar kata 'Pacar', Lea merasa dirinya malu sendiri, wajahnya menjadi sedikit memerah, ya karena Rey baru saja mengatakan hal-hal tidak masuk akal.
"A... Apa? Jangan bicara sembarangan deh, bukan gitu, siapa juga yang mau jadi pacarmu?"
"Gue disini engak pernah tuh minta Lo jadi pacar gue,"
"Akhh, apa susahnya sih nganterin Aku pulang? Gak harus pacar juga bisa kan nganterin pulang,"
Rey yang tiba-tiba mendengar permintaan itu lagi hanya menghela nafas dan berkata,
"Emang Lo siapa Gue minta-minta tolong sekarang buat nganterin pulang?"
Lea terlihat terdiam sebentar sedang memikirkan hubungan antara mereka berdua, kereta berdua sudah bertemu berkali-kali hari ini dalam situasi yang terduga, bahkan mereka berdua masih satu kelas yang sama.
"Bukankah kita adalah teman?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments