Rey segera memiliki ekspresi buruk ketika melihat gadis yang ada di hadapannya itu mengabaikan kata-katanya. Rey lalu menatap bagaimana, Lea sekarang memperhatikan pemandangan di sekitar mereka.
Rey disini, tentu tahu jika pemandangan di sini sangat bagus karena ini adalah salah satu tempat rahasia miliknya, yang tidak mungkin ditemukan oleh orang lain ataupun preman sebelumnya. Rey cukup kaget dengan tindakan yang dirinya miliki bisa-bisanya membawa Lea ketempat rahasianya.
Yah, namun bukan berarti ini tempat miliknya setelah semua ada beberapa orang juga yang tahu tempat ini, namun memang jarang orang yang tahu.
"Loe nggak ngedengerin apa yang gue bilang?"
Kata-kata Rey barusan, segera membuyarkan lamunan Lea, dan Lea akhirnya menyadari jika tangannya masih dipegang oleh Rey. Ya setelah semua, ini juga pertama kalinya ada seorang Pria yang mengandeng tangannya seperti ini, perasaan berdebar kemudian sedikit muncul.
"Lepaskan tanganku! Kamu membawaku ke mana pula?" Kata Lea sambil menepis tangan yang dari tadi menyeretnya ke sini itu.
"Tentu saja untuk lari dari preman-preman itu, lagian Kenapa sih loe mesti muncul segala bikin urusan tambah repot,"
Ekpersi Lea menjadi semakin buruk melihat pemuda yang ada di depannya ini bukannya berterima kasih malah semakin mengejeknya.
"Tidakkah kamu tahu jika kamu tadi hampir dikeroyok bapa belur oleh para preman itu?"
"Kenapa sih loe suka banget ikut campur urusan orang?"
"Aku juga tidak mau untuk berurusan denganmu, hanya karena berapa hati nurani, Tentu saja aku tidak bisa membiarkanmu dipukuli seperti itu,"
"Gue nggak butuh perhatian loe atau rasa kasihan, gue nggak suka dikasihani semacam itu,"
Lea yang mendengar itu akhirnya hanya menghela nafas, sepertinya memang susah untuk berbicara dengan Pemuda gila dan keras kepala yang ada di depannya ini. Lea mulai bertanya-tanya Bagaimana cara berurusan dengan orang semacam ini?
"Hah, aku hanya merasa sangat sia-sia dan kasihan dengan wajahmu itu, sangat sia-sia kamu di ciptakan dengan wajah tampan itu, namun wajah itu jadi karung tinju orang, Aku benar-benar merasa tidak nyaman dengan itu betapa kamu menyia-nyiakan wajahmu, disaat orang lain mungkin melakukan segala cara untuk memiliki wajah semacam itu,"
Ekpersi Rey yang mendengar alasan tidak masuk akal itu segera menjadi semakin buruk.
"Apaan sih, kayaknya loe suka banget sama wajah gue?"
Lea yang tiba-tiba ditanya seperti itu segera mengalihkan tatapannya dan Mencari Alasan lainnya, ya Lea tiba-tiba merasa malu dengan omong kosong yang baru saja dirinya lontarkan!
Sial, kenapa bisa-bisanya ngomong gitu?
"Mana ada, masih ada banyak wajah Tampan di Luar Sana dari pada kamu, hmph,"
Rey juga sepertinya terlalu malas berdebat hanya mencoba duduk di rerumputan dekat sana. Lea yang melihat itu, juga segera duduk, lalu teringat dengan barang yang sempat Lea beli di Apotek sebelumnya. Ya, obat-obatan termasuk P3K, hanya untuk jaga-jaga karena Neneknya di Rumah tidak ada hal-hal semacam itu.
Tidak mengira bahwa hal-hal yang dirinya beli akan bisa digunakan secepat ini. Lea lalu mengeluarkan perban dan alkohol, dan memberikannya pada Rey.
Rey lagi-lagi, melihat hal-hal itu dengan heran,
"Loe kayaknya hobi banget bawa hal-hal kayak gini,"
"Ini cuma Kebetulan juga mending lu pakai buat ngobatin tuh luka mu!"
Rey segera mengembalikan perban dan alkohol ke tangan Lea, dan berkata,
"Udah gue bilang nggak butuh,"
"Kamu tuh sok nggak butuh,"
Lea mungkin gemas dengan sikap pemuda itu, lalu segera menuang alkohol ke potongan perban, lalu segera meletakkan perban itu ke luka Rey yang berdarah di ujung bibirnya.
Rey yang tiba-tiba disentuh dibagian yang sakit itu hanya merubah ekspresinya sambil berteriak.
"Aw... Ini perih apa-apaan sih!"
Lea yang melihat ekspresi wajah itu segera menggeleng-gelengkan kepalanya lalu berkata,
"Tadi katanya nggak sakit dan nggak butuh diobati? Namun lihat, hanya terkena alkohol untuk membersikan luka saja, kamu udah kesakitan kayak gitu,"
"Si... Siapa yang kesakitan? Kamu tuangin alkohol juga nggak apa-apa ini!"
"Kalau gitu mendingan diem aja deh!"
Lea mungkin kesal berdebat, dan segera melanjutkan untuk membersikan luka Rey, Rey kali ini memasang ekspresi datar mencoba untuk menahan rasa perih yang ada di luka-lukanya saat dibersihkan itu mungkin karena gengsi jadi dia tidak lagi memprotes, takut dibilang cemen oleh gadis yang ada di depannya.
Lea yang melihat pemuda yang ada di depannya itu patuh segera menggerakkan tangannya dengan cepat, dan setelah membersihkan luka, Lea segera memberikan obat pada perban dan menempelkannya pada beberapa luka itu lecet, sisanya yang lebam, belum Lea urus.
"Sebaiknya wajahmu dikompres lihatlah itu ada beberapa memar di sana benar-benar merusak pemandangan," kata Lea sambil menyentuh salah satu lebam di sekitar pipi, Rey yang memiliki warna ungu gelap.
Rey yang tiba-tiba merasakan sentuhan hangat langsung di pipinya itu segera berkata dengan marah sambil mudur.
"Loe pasti sedang cari-cari kesempatan buat nyentuh wajah gue? Segitu sukanya sama wajah gue?"
Lea yang menyadari tindakannya barusan itu segera memiliki wajah memerah karena merasa malu menarik tangannya segera.
"Si... Siapa? Jangan mikir macam-macam deh!"
Setelah itu, ada keheningan diantara mereka berdua mungkin karena sudah tidak ada lagi hal-hal yang dibicarakan, atau terlalu malas berdebat. Namun lebih juga seperti saat ini pemandangan matahari yang sedang tenggelam benar-benar terasa sangat indah.
"Aku penasaran Bagaimana kamu menemukan tempat ini?"
Rey yang tiba-tiba ditanya itu masih tetap menatap ke arah matahari tenggelam.
"Entahlah? bukannya seseorang kadang-kadang berjalan secara random dan menemukan hal-hal bagus?"
"Kamu benar, tempat ini benar-benar sangat indah,"
Ya, itu adalah hari pertama mereka bertemu, namun sudah ada begitu banyak hal yang terjadi hari itu dan ada banyak sekali pertemuan yang terjadi hari itu. Sebuah hari yang panjang untuk masing-masing dari mereka untuk bertemu dengan orang-orang baru dan memiliki pengalaman baru.
Rey mungkin sedikit mengagur, lalu mulai mengambil ponselnya, ketika menatap ponselnya, ada sebuah pesan di kotak email. Rey segera membuka pesan itu, yang sepertinya merupakan curhatan dari seseorang.
[Hari ini di Sekolah Baru, hal-hal baik terjadi, teman-teman di sini ramah, tidak seperti di sekolah lamaku, Aku benar-benar senang,]
Berpikir, sebenar, Rey segera membalas pesan email dari alamat seruel, Vannii09@xxxx.com itu.
[Ya, ini adalah hari yang bagus, hanya saja aku baru saja bertemu dengan orang menyebalkan,]
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments