𝐊𝐞𝐤𝐚𝐢𝐬𝐚𝐫𝐚𝐧 𝐄𝐫𝐞𝐛𝐮𝐬, 𝐩𝐞𝐫𝐛𝐚𝐭𝐚𝐬𝐚𝐧 𝐰𝐢𝐥𝐚𝐲𝐚𝐡.
Tidak hanya di Istana Kekaisaran, seluruh wilayah Kekaisaran Erebus telah di penuhi oleh darah dari para rakyatnya. Jalanan festival tadi pagi, kini seperti jalanan darah. "Tidak kusangka kalian begitu keji." Ethel mencibir.
Nark diam tersenyum miring memandang gadis yang cukup memikat hatinya. Dia sedikit tertarik oleh gadis manusia ini dari manik birunya. "Hei, manusia. Di dunia ini tidak ada yang murni baik hati." Aedion de Constantine bersuara.
Pria itu mengangkat tubuh William yang terlelap dengan lembut layaknya seorang kakak pada adiknya.
Dan itu sedikit membuat Ethel terheran. Apa Vampir tidak seluruhnya jahat? Pikirnya.
"Vampire itu jahat dan licik, Dion begitu baik menggendong bocah itu karena bocah itu adalah miliknya, budak darahnya, sumber makanannya." Ujar seorang Raja Vampir.
"Apa?" Ethel bergumam.
Bergelar Raja Vampir, membaca pikiran orang lain. Itulah salah satu kekuatannya yang membuat dia selalu menang melawan musuhnya. "Iblis dan Vampir itu orang yang berbeda, pelajarilah lagi."
✤
𝐄𝐥𝐲𝐬𝐢𝐮𝐦, 𝐈𝐬𝐭𝐚𝐧𝐚 𝐊𝐞𝐫𝐚𝐣𝐚𝐚𝐧.
Di sinilah nasibnya akan seperti ternak. Dia dan adiknya, William. Akan menjadi sumber makanan bagi para Vampir, sumber tenaga mereka ketika menghisap darahnya.
Istana yang besar dan sepi, dikelilingi oleh pohon-pohon yang besar dan menyeramkan. "Kau...apa kau akan membawa William adikku?"
Dion diam.
Pria yang tingginya mencapai hingga 185 itu menunduk melihat gadis yang terlihat kecil dimatanya.
Benar apa yang dikatakan Nark, manik biru laut milik gadis ini sangatlah cantik. "Ya, Yang Mulia Nark memerintahkan ku untuk membawanya."
"Apa kau akan memperlakukan adikku seperti budak darahmu?"
Keheningan menyingsing.
Dion adalah orang yang sangat pasif, menurut Ethel. Dia tidak mudah diajak bicara. "Tidak. Aku tidak seperti vampir lain, aku menghisap darah hewan, bukan manusia."
Perasaan tenang menyelimuti hati Ethel, ia tersenyum lebar pada pria itu tanpa sadar.
Memeluknya dengan erat sampai-sampai Dion tersentak kejut.
"Syukurlah, setidaknya kau tidak berakhir seperti manusia yang menjadi budak darah." Air mata itu menetes membasahi wajah adiknya.
Berbicara tentang perasaan, Vampire bukanlah orang yang berperasaan. "Aedion de Constantine, kau bisa memanggilku Dion atau Constantine."
Di balik pintu besar yang berada di depan Istana, berdirilah seorang pria bersurai putih dengan kedua tangan yang berada di dalam saku celananya.
"Constantine, sepertinya kau tidak sibuk sekali ya." Nark keluar dari persembunyiannya.
Melihat gadis miliknya mendekap Dion, membuat perasaan tidak suka muncul di dalam hati nya.
Pria bernama Dion itu membungkukkan tubuhnya. "Saya pamit undur diri, Yang Mulia."
Di cuaca yang cukup dingin, Nark menarik lengan Ethel untuk masuk ke dalam Istana yang sudah terlihat tidak terurus dengan baik.
Sepanjang koridor, lantai di lapisi karpet merah. Tak ada satupun pelayanan yang terlihat sejauh ini oleh mata biru Ethel.
"Bersihkan dirimu," Nark berujar.
Tidak seburuk yang terlihat seperti bagian luar Istana, ruang tidurnya cukup bagus. "Setelah membersihkan diri, apa aku bisa mengajukan permintaan padamu?"
Nark diam menatap manik biru yang menurutnya cantik itu. "Tentu."
✤
"Tidak bisa." Nada tegas mengheningkan suasana ruang tidur Ethel.
Pria yang duduk di meja rias itu menatap tajam gadis yang sedang menata rambutnya agar tidak rusak.
"Kenapa? Dia adikku,"
𝐁𝐞𝐛𝐞𝐫𝐚𝐩𝐚 𝐦𝐞𝐧𝐢𝐭 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐥𝐚𝐥𝐮...
Aroma darah keluar dari tubuhnya, ia membuka seluruh pakaiannya dan menurunkan tubuhnya agar terkena air.
Semua terasa begitu nikmat, sehingga gadis itu memejamkan matanya.
"Hei, manusia! Kenapa lama sekali?" Ketukan pintu itu membangunkan gadis yang sedang membersihkan diri.
Tubuhnya mulai mendingin, gadis itu pun berdiri dengan tiba-tiba. "B-baik, aku keluar!"
Tangannya dengan cepat meraih handuk mandi yang terlipat rapi di rak bernuansa antik.
"Kau habis berlarian di dalam sana? Kenapa berkeringat?"
"Yah...suaramu mengejutkanku, hahaha..."
Pria itu melipat kedua tangannya, dan duduk di tepi ranjang. "Jadi, apa permintaanmu?"
Gadis itu meneguk air liurnya, terasa gugup untuk berbicara dengan tatapan menyala dari Raja Vampire itu.
"Apa...apa adikku tidak bisa tinggal bersamaku?"
𝐊𝐞𝐚𝐝𝐚𝐚𝐧 𝐬𝐚𝐚𝐭 𝐢𝐧𝐢...
Butir-butir keringat mengalir dari kening dan jatuh membasahi handuk mandi itu.
Udara tidak masuk ke dalam paru-paru nya, lehernya tercengkram kuat oleh Nark.
"Kau kira kau siapa, berani memerintahku?"
Urat-urat mulai menonjol, wajahnya mulai membiru dengan manik mata yang sudah mulai memutih.
"Cih, jika bukan karena darahmu. Tidak mungkin aku membiarkanmu dan adikmu hidup."
Cengkraman nya terlepas, tubuh gadis bangsawan itu jatuh dan meraup banyak udara dengan serakah.
"Berdiri!"
Tidak terturuti. Nark langsung menarik lengan Ethel hingga tubuh lemas gadis itu menubruk dadanya.
Kerah handuk mandinya ia singkirkan hingga menampakkan leher Ethel yang mulus tanpa luka.
Kedua taring mulai menusuk dengan rasa yang sakit luar biasa. "Ah, ini...sakit!"
Ethel terus mencoba memberontak agar gigitan itu terlepas, banyak darah yang mengalir jatuh menodai karpet merah di ruang tidurnya.
Mata merah milik Nark terbuka lebar, gigitan itu terlepas dengan darah Ethel yang membekas di sekitar mulutnya.
"Sial, rasa apa ini..." gumam Nark.
Lidahnya membersihkan darah Ethel di sekitar mulutnya hingga tak tersisa. "Rasanya sangat candu."
Wajah Raja Vampir itu memerah layaknya telah mendapatkan sebuah kenikmatan, senyuman lebar ia ukir hingga terlihat seperti orang psychopath.
"Kau," Nark bertumpu pada kedua lututnya untuk menggapai pundak Ethel.
Mata merah itu menyala. "Jadilah istriku, Ethel de Galiadne!"
"Huh?" Gadis itu memegangi luka gigitan yang diciptakan oleh Nark.
Darahnya tidak berhenti, membuat Ethel kehilangan kesadaran.
Ethel tidak mendengar apapun lagi setelah kata yang seolah menjadikannya sebagai pendamping hidup Raja Vampir.
"Seperti yang dia katakan. Darah manusia sungguh sangat lezat."
Bersambung..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments