EPISODE 3
Aku yang nekad untuk minggat dari rumah dan meninggalkan ibu dan ayahku kala itupun mendatangi rumah Ibas dan bermaksud untuk mencurahkan isi hatiku kepadanya. Saat itu, sekitar pukul 10 malam akupun nekad untuk mengetok rumahnya, yang mungkin saja pada saat itu Ibas sudah tidur. Namun, aku yang betul-betul tak tahu harus kemana pun nekad mendatanginya meskipun bukanlah hal yang wajar bagi seorang perempuan datang bertamu malam-malam ke rumah seorang laki-laki.
“Tok! Tok! Tok! Ibas…” Ucapku dibarengi dengan tanganku mengetok pintu rumahnya.
“Ibas…” Setelah mengetok pintu rumahnya dan beberapa kali memanggil namanya, tiba-tiba saja pintu rumah Ibas pun terbuka. Namun, bukanlah Ibas yang membukakan pintu untuk ku, melainkan ibunya. Sehingga, akupun merasa canggung pada saat melihat ibunya sudah berada dihadapanku.
“Loh Ratih…” Ucap ibu Ibas pada saat melihatku dan mungkin saja ibu Ibas pada saat itu merasa terganggu dengan kedatanganku dimalam hari.
“Hay tante” Ucap ku buru-buru mencium tangan ibu Ibas.
“Ada apa yah Ratih… kok datangnya malam-malam gini?” Tanyanya dan akupun sempat bengong sebentar karena bingung harus memberi alasan apa kepada ibunya Ibas. Namun, aku tetap memberanikan diri untuk menanyakan Ibas secara langsung.
“Maaf tante… apa Ibasnya ada?” Ucapnya bibir ku memberanikan diri.
“Waduh… maaf nak, Ibas udah gak ada” Jawab ibu Ibas dan membuatku pun tercengang.
“Kalau boleh tahu… Ibas kemana ya tan?” Tanya ku penasaran. Namun, seketika akupun terkejut karena tidak percaya ketika ibu Ibas memberitahukan ku yang ternyata Ibas sudah pergi ke Jakarta untuk mencari kerja.
“Baru ajah tadi siang Ibas berangkat ke Jakarta” Ucapnya, dan dari mimik wajahnya. Sepertinya ibu Ibas berkata jujur dan tidak sedang membohongiku. Sehingga rasanya akupun ingin menangis pada saat itu juga, namun aku tetap berusaha kuat dan tidak memperlihatkan kesedihanku dihadapan ibu Ibas.
“Oh gitu ya tante… ya udah deh tante, kalau gitu aku pamit dulu” Pungkasku penuh kekecewaan.
“Loh… kok buru-buru? Kamu gak mau masuk dulu ke dalam?” Ucap ibu Ibas menawariku untuk masuk ke dalam rumahnya. Namun, aku yang sudah tidak bisa lebih lama lagi menahan kesedihan, sehingga akupun memutuskan untuk tidak menerima tawaran ibunya Ibas untuk masuk ke dalam rumahnya.
“Gak usah tante. Ratih langsung balik ajah, soalnya udah tengah malam juga” Pungkasku.
“Oh ya udah deh kalau gitu, kamu hati-hati ya” Ujar ibunya Ibas dan dengan cepat akupun kembali mencium tangannya dan lalu pergi setelah itu.
Sungguh aku tidak menyangka jika Ibas tega meninggalkanku. Walaupun dulu Ibas memang pernah berkata jika dia ingin mencari kerja di Jakarta. Namun, aku pikir itu hanyalah lolucon nya saja untuk menakut-takuti ku, sehingga akupun tidak menanggapi hal itu dengan serius. Namun nyatanya dia betul-betul pergi meninggalkan ku tanpa berpamitan pada ku terlebih dulu.
Kegalauan, kesedihan, kekecewaan, putus asa. Kini semua itu aku rasakan, aku betul-betul tidak bisa menerima dengan kepergian Ibas. Sepertinya aku ingin teriak sekuat-kuatnya pada saat itu juga, aku sangat marah dan betul-betul marah. Rasanya masalah terus saja berdatangan menghampiriku, setelah masalah perjodohan kedua orang tuaku, kini masalah Ibas lagi yang pergi meninggalkanku.
Sehingga, aku yang pada saat itu hendak menyebrangi jalan, tiba-tiba saja segerombolan orang bermotor ugal-ugalan melaju ke-arah ku. Dan aku yang betul-betul larut dalam kesedihan pada saat itupun tidak menghiraukan gerombolan bermotor tersebut. Sehingga, salah satu dari mereka pun tidak sengaja menyenggolku dan membuatku tersungkur jatuh. Orang itu sempat berhenti dan memperhatikan ku sebentar, dan aku pikir dia mau menolongku. Tetapi tidak, melainkan dia menyalahkan ku karena menurutnya aku tidak berhati-hati pada saat hendak menyebrang jalan.
“Ahh..” Teriak ku pada saat disenggol oleh orang itu, dia memberhentikan motornya untuk melihatku dibalik kaca helm nya.
“Kamu punya mata gak sih?” Pungkasnya memarahiku. Akupun melongo dan terdiam sebentar karena tidak habis pikir dengan orang itu, jelas-jelas dia yang telah menyenggolku namun dia malah menyalahkanku.
“Kok kamu nyalahin aku?” Tanyaku mulai kesal.
“Ya jelas kamu yang salah dong, makanya… kalau punya mata itu di pake!” Ungkapnya terus menyalahkan ku, dan setelah mengataiku seperti itu, Dia pun menancap gas motornya tanpa membantuku terlebih dahulu.
“Loh… loh, mau kemana woy! Jangan kabur!!” Teriak ku berharap orang itu mau bertanggung jawab setelah menyenggolku barusan. Namun, orang itu tetap saja menancap gas motornya dan melaju meninggalkanku yang sudah tersungkur di atas aspal.
Kaki ku sangat sakit pada saat itu, sehingga akupun mengelus-elus kaki sakit ku dan berusaha untuk berdiri sembari mengomel-ngomel sendiri karena kelakuan orang tadi yang tidak mau bertanggung jawab setelah apa yang dia lakukan terhadap ku.
“Dasar kurang ajar! Awas ajah kamu… muda-mudahan kamu jatuh dan motormu rusak!” Geramku menyumpahi orang itu.
Akupun berusaha berjalan ke pingir aspal, namun karena kaki ku yang begitu sakit. Sehingga jalanku pun terbatah-bata. Aku beristirahat di pinggir aspal itu sembari memijat-mijat kaki sakit ku. Namun, tidak lama setelah itu, suara klakson mobil pun terdengar di telingaku, dan mobil itupun berhenti di depanku yang ternyata itu adalah ibu dan ayahku. Sehingga, mereka yang melihatku duduk di pinggir apsal itupun dengan cepat turun dari mobilnya dan menghampiriku.
“Ratih…” Pungkas ibu meneriaki ku.
“Ibu” Ucapku memasang wajah kasihan, sehingga ibu dan ayahku pun buru-buru berlari menghampiriku.
“Ya ampun Ratih… kaki kamu kenapa nak?” Tanya ibuku dengan raut wajah cemah ketika melihat kaki ku sudah mulai memerah akibat senggolan motor laki-laki yang tidak bertanggung jawab tadi.
“Bu… maafin Ratih bu” Ucapku buru-buru memeluk ibuku karena merasa bersalah padanya.
Akupun menangis dipelukan ibuku pada saat itu juga. Aku betul-betul merasa bersalah karena sudah nekad untuk meninggalkan rumah. Aku betul-betul menyesal dengan apa yang sudah aku lakukan kepada ibu dan ayahku.
“Udah gak apa-apa nak” Ucap ibuku mencoba untuk menenangkan ku, dan ayahku yang juga cemas dengan cepat membuka pintu mobilnya dan meminta ku untuk segera masuk ke dalam mobil.
“Ayo bu bawa Ratih masuk” Pungkas ayahku yang meminta ibu untuk membantu berjalan.
“Ayo nak kita pulang” Ucap ibuku sembari membantuku berdiri.
“Ini akibatnya kalau gak mau mendengar perkataan ayah dan ibu! Ucap ayahku yang kala itu sedang menyetir sembari memarahi ku. Aku yang tidak ada pembelaan pun hanya menundukkan kepala dan menerima omelan ayahku itu.
“Ayah gak abis pikir ya sama kamu… kok bisa-bisanya kamu ninggalin rumah? Emangnya kamu bisa apa hah! Bisa apa tanpa ibu dan ayah!!” Lanjutnya terus memarahiku. Namun, ibuku yang tidak tega melihatku, iapun menegur ayah agar tidak terus-terusan memarahi ku.
“Udah dong yah…” Ucap ibuku.
“Udah biarin bu gak usah di belain... biar dia itu sadar diri” Balas ayahku, sehingga ibuku pun seketika memarahi ayahku karena ucapannya barusan.
“Ayah ini gimana sih! Anak lagi sedih… bukannya di hibur, eh malah dimarahin!” Pungkas ibuku.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
Leahy
Sabar Ratih, ini ujian
2023-04-24
0