eps 4

Irena berkali-kali masuk kamar mandi, akhir-akhir ini ia sering kali mual. Kata dokter yang memeriksa dirinya waktu itu, itu memang sering terjadi pada Ibu hamil seperti Irena.

"Mas, malam ini kamu nginap di sini ya? Aku mual- mual, kamu ke rumah ya Mas sekarang." ucap Irena

"Aku gak bisa nginap ke sana. Adiba lagi gak enak badan jadi aku harus temanin dia di rumah." jawab Amar dengan suara pelan karena takut Adiba mendengar nya.

"Tapi Mas aku butuh kamu sekarang. Kamu ke rumah ya Mas, sekarang. Aku mohon!"

"Iya, aku ke rumah, tapi nanti setelah Adiba tidur." jawab Amar dengan terpaksa karena sebenarnya ia tidak ingin meninggalkan Adiba yang lagi sakit. Tapi ia juga tidak tega dengan Irena yang meminta nya untuk nginap di sana.

"Sayang, maafin Mas ya, Mas sudah berkali-kali menyakiti hati kamu. Mas juga sudah berkali-kali bohongi kamu. Maafin Mas ya sayang." ucap Amar sembari mengelus kepala Adiba

"Mas, kamu kenapa kok diam aja? tadi siapa yang telepon?" tanya Adiba

"Oh tadi bos aku di kantor. Dia nyuruh aku ke rumah nya malam ini, soal nya besok dia mau berangkat ke luar negeri. Jadi dia minta aku untuk ke sana, kata nya mau bahas soal kerjaan. Tadi siang soalnya gak bisa dia ada kerjaan lain." jawab Amar lagi dan lagi ia harus bohong pada Adiba. Dan lagi dan lagi juga Adiba percaya dengan apa yang di katakan Amar.

"Oh gitu, ya udah kamu ke sana aja, aku gak apa-apa kok di rumah sendiri." ucap Adiba

"Beneran aku gak apa-apa pergi? kamu gimana, gak apa-apa di rumah sendirian?" tanya Amar

"Aku gak apa-apa kok, aku baik-baik aja. Nanti kalau ada apa-apa aku telepon kamu. Tapi kamu harus ingat, kamu harus pulang ke rumah, gak boleh nginap ke rumah siapa pun."

"Iya, aku pulang cepat kalau kerjaan aku udah selesai." jawab Amar

Adiba kemudian bangun, dan langsung memeluk Amar dengan erat.

"Mas, kamu gak bohong kan sama aku?" tanya Adiba tiba-tiba dan pertanyaan tersebut langsung membuat wajah Amar berubah. Karena selama ini dia telah membohongi Adiba.

"Kamu kok nanya nya gitu sih, mana mungkin aku bohongin kamu. Lagi pula aku emang lagi ada kerjaan." jawab Amar

"Kamu serius amat sih Mas, aku kan hanya bercanda nanya nya. Lagi pula gak mungkin kamu bohongi aku. Kalau sampai kamu bohongi aku, aku gak akan pernah maafin kamu." ucap Adiba

Wajah Amar seketika berubah, ia benar-benar takut jika Adiba mengetahui pernikahannya dengan Irena. Apalagi Irena adalah sahabat dari Adiba sendiri.

"Mas, kamu kok diam sih?" tanya Adiba dengan menyentuh tangan Amar dan itu membuat Amar kaget di buat nya.

"Kamu kenapa sih Mas kaget gitu? Ada yang lagi kamu pikirin?" tanya Adiba lagi

"Enggak kok, gak ada apa-apa. Ya udah sayang aku pergi dulu ya, kamu hati-hati di rumah. Kalau ada apa-apa kamu telepon aku."

"Iya Mas, kamu hati-hati di jalan."pesan Adiba setelah itu ia menyalami tangan sang suami seperti apa yang biasa ia lakukan sebelum Amar pergi keluar.

"Iya." jawab Amar dan setelah itu ia berangkat meninggalkan Adiba yang masih sakit

Dengan cepat Amar langsung masuk ke dalam rumah untuk menemui Irena. Karena sudah berkali-kali Irena menelpon nya untuk menyuruh nya segera cepat datang.

"Irena, kamu kenapa? apa kita perlu ke rumah sakit?" tanya Amar ia terlihat khawatir dengan keadaan Irena walaupun ia belum sepenuhnya mencintai Irena.

"Aku hanya mual aja. Aku menyuruh kamu ke sini karena aku kangen sama kamu." jawab Irena ia kemudian mendekat ke arah Amar lalu memeluk nya dengan erat.

"Aku mencintai mu Mas."

Amar terdiam ia gak tau harus berkata apa. Ia sama sekali belum mencintai Irena. Walaupun hati nya deg-degan saat Irena dekat dengan nya.

Amar dengan cepat mendorong tubuh Irena dari nya. "Maaf, aku belum bisa mencintai kamu Irena. Perasaan aku gak pernah berubah, aku masih sangat mencintai Adiba." ucap Amar dan seketika wajah Irena berubah saat Amar berkata seperti itu.

"Kenapa? Apa aku gak pantas untuk kamu cintai?" tanya Irena

"Bukan itu Irena, tapi karena aku mencintai Adiba. Adiba adalah cinta pertama aku, seharusnya aku tidak menikah dengan kamu." tegas Amar dan membuat Irena terdiam tak lama air matanya keluar membasahi pipinya

Perkataan Amar sungguh melukai hati nya, ia kemudian masuk ke kamar meninggalkan Amar.

Sementara itu Amar hanya terdiam mematung di depan kamar, ia bingung harus melakukan apa. Karena gak tau harus bagaimana, ia akhirnya memutuskan untuk pulang ke rumah nya dengan Adiba.

Setibanya di rumah Amar langsung bergegas masuk menemui Adiba. Sebelum naik ke atas menemui Adiba, ia pergi ke dapur mengambil minum setelah itu ia pergi ke atas ke kamar mereka.

Dengan perlahan Amar membuka pintu kamar mereka. Terlihat Adiba tengah tertidur pulas dengan tubuh nya di selimut.

Amar mendekat ke arah Adiba, di cium nya kening Adiba dan setelah itu ia berbaring di samping Adiba.

"Maafin Mas sayang, bukan maksud Mas membohongi kamu. Mas, melakukan itu bukan karena Mas mencintai dia, tapi karena Mas hanya ingin menolong nya." ucap Amar dengan mata menatap Adiba yang tengah tertidur pulas. Dan setelah itu ia pun ikut tertidur di samping Adiba.

Pagi hari yang cerah namun tak secerah hati Irena sekarang. Ia masih sedih dan marah dengan Amar karena ucapan Amar semalam. Apa yang di katakan Amar sungguh menyakiti hati nya.

"Kapan aku bisa mendapatkan laki-laki yang tulus mencintai aku? Apa aku tidak pantas menjadi wanita yang di cintai oleh lelaki seperti Mas Amar?" tanya Irena pada dirinya sendiri

"Mas, kamu jam berapa semalam pulang, kok aku gak sadar kamu pulang?" tanya Adiba sembari meletakkan nasi goreng ke piring Amar

"Gak terlalu malam kok sekitar pukul sembilan gitu. Tadi nya aku mau bangunin kamu, tapi tidak jadi karena melihat kamu tidur nya pulas banget." jawab Amar

"Oh gitu, maaf ya Mas aku belum bisa jadi istri yang sempurna buat kamu. Sampai saat ini aku masih belum bisa kasih kamu anak. Maaf ya Mas!" ucap Adiba dengan nada sedih

Amar seketika mengehentikan aktivitas makan nya, ia menatap Adiba dengan wajah serius.

"Mas, gak apa kok gak punya anak. Lagi pula Mas udah bahagia hidup berdua dengan kamu. Kamu gak usah merasa bersalah gitu, bagi Mas kamu itu wanita sempurna yang ada di dalam hidup Mas. Kamu pintar masak, cantik, dan kamu itu sempurna. Jadi kamu gak usah sedih atau merasa bersalah gitu." jelas Amar supaya Adiba tidak terlalu merasa bersalah karena belum bisa kasih anak untuk nya.

"Makasih ya Mas, kamu sudah mau ngerti aku." ucap Adiba setelah itu ia mendekat ke arah Amar dan memeluk nya dengan erat

Bersambung

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!