eps 2

"Apa yang terjadi kenapa kamu nangis? Apa ada yang menyakiti kamu?" tanya Amar setelah ia bertemu dengan Irena di sebuah taman

Irena tak menjawab ia terus menangis bahkan semakin kencang hingga membuat orang yang ada sekitar mereka melihat ke arah mereka.

"Irena, ada apa? kalau lagi ada masalah kamu bisa cerita sama saya. Siapa tau saya bisa bantu?" tanya Amar lagi

"Kamu gak mungkin bisa bantu saya." jawab Irena

"Maksudnya?" tanya Amar yang masih bingung dengan jawaban Irena barusan

Irena kemudian menceritakan semua nya kepada Amar. Tentang apa yang terjadi pada dirinya semalam.

"Jadi semalam yang chat ke hp Adiba itu bukan kamu?" tanya Amar dengan wajah serius menatap Irena

"Aku gak tau, semua terjadi begitu saja. Pagi tadi aku bangun, aku sudah berada di sebuah rumah yang aku gak tau itu rumah siapa. Dan saat aku bangun, aku menemukan kertas ini. Di situ tertulis terima kasih untuk semalam aku bahagia." jelas Irena

Amar gak tau harus bagaimana ia bingung, bingung bagaimana cara menolong Irena.

"Mas Amar, saya boleh minta tolong? Amar mengangguk dengan tersenyum menatap Irena. Tolong rahasia kan semua ini pada Adiba, saya gak mau Adiba tau."

"Iya, tapi maaf hanya itu yang bisa saya bantu. Selanjutnya kamu selesai kan sendiri." jawab Amar

"Kenapa?"

"Karena saya udah punya istri, lagi pula apa yang terjadi sama kamu semalam, itu urusan kamu bukan urusan saya. Jadi saya minta maaf sama kamu saya gak bisa bantu kamu." jawab Amar dan setelah itu ia pergi

"Kalau emang Mas Amar tidak bisa bantu saya, ya udah gak apa-apa. Mungkin lebih baik saya mati aja, mungkin dengan itu saya bisa lebih tenang dan Mas Amar tidak perlu bantu saya." ucap Irena

Amar berhenti saat mendengar Irena ingin mengakhiri hidupnya. Amar membalikkan badan dan berjalan menghampiri Irena.

"Irena, saya tau jadi kamu itu tidak mudah. Tapi jangan pernah kamu berniat untuk mengakhiri hidup kamu." ucap Amar

"Gak ada guna nya juga saya hidup. Semua nya udah berubah saya udah gak seperti dulu lagi. Jadi sebaiknya saya akhiri saja semua ini." jawab Irena dengan tangis pecah

"Enggak! saya enggak akan biar kan kamu melakukan itu. Saya akan menolong kamu." ucap Amar

"Jadi Mas Amar mau menikah dengan saya?" tanya Irena dengan tatapan serius menatap Amar

Deg

Tiba-tiba saja gelas yang di pegang Adiba jatuh hingga pecah. Adiba dengan segera mengambil pecahan gelas itu dengan tangan nya setelah itu ia membuang nya ke tempat sampah.

"Ada apa ini kenapa perasaan ku jadi gak enak seperti ini. Ya Allah semoga semua nya baik-baik saja. Mas, aku harap kamu baik-baik aja."

"Ya Allah lindungilah suami hamba di mana pun dia berada. Hamba tidak tau entah kenapa hamba jadi takut seperti ini. Ya Allah kabul kan doa hamba mu ini. Amin." doa Adiba setelah itu ia pergi ke kamar mengambil hp nya untuk menelpon Amar

"Menikah?"

"Iya, apa Mas Amar mau menikah dengan saya?" tanya Irena

"Saya sudah punya istri, gak mungkin saya menikah lagi. Apalagi menikah nya dengan sahabat dari istri saya sendiri. Maaf saya gak bisa, kamu cari saja laki-laki lain yang bisa menerima kamu." jawab Amar

"Ya udah kalau Mas Amar tidak mau menikah dengan saya, saya pergi terima kasih dan selamat tinggal." ucap Irena

Irena pergi ke arah jalanan raya yang sangat ramai dengan mobil dan motor yang lalu lintas di jalanan. Ia kemudian berdiri di tengah-tengah jalan tersebut. Ia tidak peduli dengan motor atau mobil yang akan menabrak dirinya.

"Irena.....!"

Amar dengan cepat berlari ke arah Irena, dan ia langsung menarik tangan Irena ke arah tempat yang sepi dari motor dan mobil.

"Kamu udah gila apa? Kamu ngapain sih melakukan itu?" tanya Amar dengan nada emosi

"Iya, saya emang gila. Gak ada guna nya juga saya hidup. Jadi lebih baik saya mati aja. Percuma juga kan saya  hidup, Mas Amar juga tidak akan menolong saya. Jadi jangan coba larang saya, biar kan saya pergi dengan cara saya sendiri." ucap Irena dengan tangis pecah

Amar terdiam ia bingung harus melakukan apa. Jika ia mengikuti semua kemauan Irena, pernikahan nya dengan Adiba pasti akan hancur.

"Ok! saya akan menikahi kamu. Tapi dengan satu syarat, Adiba tidak boleh tau soal ini, dan kita hanya nikah siri saja." jawab Amar dan hal itu membuat Irena tersenyum senang mendengar nya dan langsung memeluk Amar.

Sementara di rumah Adiba dengan cemas menunggu Amar, ia takut terjadi sesuatu dengan suaminya itu. Apalagi ia sudah beberapa kali menelpon Amar, namun tak di angkat oleh Amar.

"Mas, kamu kemana sih, kenapa telepon aku gak di angkat." ucap Adiba sembari berjalan mondar-mandir di depan teras rumah nya

Tak beberapa lama kemudian Amar pun pulang ke rumah. Ia pulang sendiri tanpa Irena.

"Alhamdulillah Mas, akhirnya kamu pulang juga, aku khawatir banget sama kamu. Oh ya gimana, apa Irena sudah ketemu?"

"Aku gak apa-apa kok, aku baik-baik saja. Kalau Irena tadi aku udah ketemu dia di kantor nya, tapi dia bilang sama aku kalau dia gak akan balik lagi ke sini. Karena tiba-tiba saja kantor tempat nya bekerja, menyuruh nya untuk pindah kerja keluar kota. Jadi Irena harus pindah ke sana. Tadi nya dia mau ke sini untuk pamit sama kamu, tapi karena gak ada waktu nya, dia hanya titip salam sama kamu." jelas Amar dan Adiba pun percaya dengan cerita karangan Amar barusan

"Terus, baju Irena di rumah kita gimana?" tanya Adiba

"Oh baju itu nanti ada teman Irena yang ambil ke sini besok." jawab Amar

"Maaf kan aku sayang, aku gak bermaksud bohong sama kamu." ucap Amar dalam hati

"Oh gitu ya udah Mas, ayo kita masuk." ajak Adiba

Irena menatap diri nya di pantulan cermin, menatap diri nya yang sudah tidak suci lagi.

"Irena, kamu kenapa sih, kenapa kamu gak bisa jaga diri kamu. Kenapa sih Irena?" omel Irena pada dirinya sendiri

"Dib, maaf kan aku. Aku gak bermaksud merebut suami kamu." ucap Irena dengan masih menatap diri nya di cermin

"Sayang, tadi aku dapat kabar dari bos aku di kantor. Kata nya besok aku harus ke luar kota untuk melihat proyek yang ada di sana. Jadi besok aku akan pergi, kamu gak apa-apa kan sendiri di rumah?"

"Berapa hari Mas di sana? "tanya Adiba yang duduk di samping Amar yang lagi mengerjakan tugas kantor nya

"Satu minggu. Kenapa? Kamu mau ikut?" tanya Amar

"Enggak ah Mas aku di rumah aja. Lagu pula aku bosan di sana. Kamu kan di sana kerja bukan liburan. Jadi aku di rumah aja. Tapi aku minta sama kamu, kamu jangan telat makan, vitamin nya jangan lupa di minum. Dan satu lagi jaga mata jaga hati kamu. Kamu itu hanya milik aku, gak boleh ada yang lain di hati kamu. Cukup aku seorang."

Mendengar itu Amar jadi takut, ia takut Adiba mengetahui semua nya.

"Mas, kamu kenapa diam?" tanya Adiba

"Enggak kok, aku gak apa-apa. Ya udah ayo tidur, aku harus berangkat pagi-pagi besok." ajak Amar dan Adiba pun menurut ia kemudian naik ke atas ranjang di ikuti Amar dan setelah lampu di mati mereka pun tidur

Bersambung

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!