Bab 5

Andi tidak melanjutkan ucapannya, dia berpamitan pada Nadia, Echa juga Arka. Dirinya ingin menghampiri Biru yang sedang menyendiri, mencoba mengibur sahabatnya itu agar tetap tegar menghadapi semua masalah yang ada di dalam hidupnya.

Ditempat lain, terlihat dua orang remaja sedang beradu mulut. Ternyata itu adalah Ara dengan kekasihnya, sepupu Biru tersebut meminta pertanggungjawaban atas apa yang telah di lakukan oleh sang pacar padanya. Namun, lelaki bernama Heru itu tidak mau melakukannya, dia malah meminta memutuskan hubungannya. Hal itu membuat Ara marah dan tak terima.

“Lu janji mau tanggung semuanya Heruu!! Gue udah hamil kalo bokap dan nyokap gue tahu habis hidup gue, nggak hanya itu, lu juga!!”

“Tapi kan kita ngelakuinnya tanpa sadar,” ujarnya.

“Tanpa sadar lu bilang? Gue nggak mau tahu lu harus tanggungjawab! Mau gimana pun juga bayi ini anak lu, jangan coba-coba lari dari tanggungjawab gue bisa aja bongkar kebusukan lu ke semua orang.”

Heru menampar Ara, seketika pipi halusnya itu berubah merah. Ara tersentak dengan apa yang dia dapatkan barusan dari sang kekasih, sebuah tamparan yang tak pernah dia dapatkan dari kedua orang tuanya. Setelah itu Heru pergi meninggalkan Ara seorang diri.

Biru yang masih menyendiri didatangi oleh Andi, saat sahabatnya akan berdiri pergi, “Ara hamil.” Perkataan yang keluar dari mulut Andi membuat Biru terhenti. Berdiam diri di tempatnya.

“Apa maksud lu? Walau gue dan Ara kurang akur dan mungkin nggak akan pernah akur, Jaga ucapan lu Ndi, dia sepupu gue mana mungkin dia hamil.”

“Tapi itu kenyataannya Biru, lu ingat saat lomba balapan dan lu bawa tas yang isinya buku Ara? Dari situ gue tahu saat buka salah satu bukunya. Semuanya tertulis kalo dia hamil.”

“Gue nggak percaya sebelum ngelihat sendiri tulisannya.”

“Lu bisa cek kerumah, atau tanya sama orangnya juga silahkan. Gue nggak pernah bohong, ingat itu. Dan gue hanya ngasih tahu aja gimana nasib dia saat orang tuanya tahu kalo anaknya hamil di luar nikah,” ujar Andi.

Biru tak menggubris ucapan Andi lagi, dia langsung pergi meninggalkan sahabatnya. Pada sore harinya sebelum balik ketempat yang di sewakan Echa, Biru terlebih dahulu pulang kerumah pamannya untuk memastikan apa yang Andi bilang saat disekolah. Sesampainya di sana ternyata sang paman dan bibi tengah memarahi Ara. Mereka berdua tahu karena menemukan testpack di toilet.

“Ara minta maaf Yah, semuanya terjadi tanpa Ara sadari,” ujarnya sembari menangis.

“Saya malu punya anak seperti kamu! Lebih baik keluar dari rumah sekarang, saya nggak ingin kamu tinggal di sini!”

“Maafin Ara Yah, Ara bakal minta Heru buat tanggungjawab. Atau kalo mau Ara bakal gugurin bayi yang ada didalam kandungan.”

Mendengar perkataan seperti itu Biru langsung masuk dan memotong perdebatan keluarga pamannya. “Lu gila Ra? Bayi itu anak lu, mana ada seorang ibu yang tega ngegugurin calon anaknya.”

“Nggak usah ikut campur!”

“Biru kamu bawa saja sepupu mu ini pergi, saya tidak ingin melihatnya lagi, bagaimana nanti tanggapan orang-orang yang tahu jika anak saya hamil di luar nikah. Bawa dia pergi, sekarang!” ucap Pak Baba.

“Ayaah Ara minta maaf,” mohonnya.

Pak Baba dan istrinya langsung mengunci pintu rumah. Ara hanya bisa pasrah dengan apa yang dia alami sekarang. Meminta bantuan kepada Biru pun dirinya enggan karena selama ini telah banyak berbuat salah pada sepupunya itu.

“Lu mau kemana sekarang Ra?” tanya Biru melirik pada sang sepupu yang terlihat lelah.

“Nggak tahu, gue nggak punya tujuan lagi. Lebih baik mati kayaknya.”

“Ya udah mati sana,” titah Biru.

“Lu jahat sama gue, tega ngebiarin sepupu lu mati hah?!”

“Itu kan tadi kemauan lu sendiri,” jawab Biru.

“Bentar,” sambungnya. Biru merogoh sakunya mengambil ponsel lalu menelpon Andi. Setelah cukup lama berbincang lewat telepon Biru pun menutupnya. Dia bingung harus membawa Ara kemana sedangkan Andi tidak bisa membantunya.

“Kalo gue bawa ke kost-an di bolehin nggak ya sama Ayahnya Echa?” tanya Biru dalam hati.

“Lu kenapa?” tanya Ara.

“Nggak papa, gue cuman bingung aja mau bawa lu kemana. Uang gue udah tinggal dikit kalo harus nyariin kostan lagi buat lu.”

“Biru, gue minta maaf ya selama ini udah jahat sama lu. Cuman lu doang yang peduli sama gue sekarang ini.”

“Santai Ra, anggap aja ini balas budi gue terhadap keluarga lu yang udah mau nampung gue.”

Terpaksa Biru pun harus membawa Ara ke kost-an nya. Namun sebelum itu dia terlebih dahulu izin pada ibunya Echa.

“Maaf nak Biru, bukannya Tante tidak mengizinkan nak Ara untuk satu rumah sama kamu. Tapi sebaiknya Ara ini tinggal bareng kita saja, dia bisa tidur bersama Echa. Kamu nggak keberatan kan sayang?”

“Nggak kok Bu, Echa malah seneng ada temen. Kamu tenang aja biar sepupu kamu ini tidur sama aku,” ujar Echa.

Biru menghela napas lega, dia merasa beruntung menemukan orang seperti keluarga Echa. Yang tak tanggung-tanggung membantu dirinya serta Ara. Ntah apa yang harus dirinya balas suatu saat nanti untuk keluarga tersebut. Biru mengucapkan terima kasih kepada ibunya Echa, meminta dia untuk menjaga Ara yang kini tengah hamil muda. Setelah itu Biru pamit pulang kerumah sebelah untuk membereskan barang-barangnya. Pukul 20.00 Andi menelpon Biru dan menanyakan keberadaannya.

Echa yang sedang menyiapkan makan malam pun melihat kedatangan Andi kerumahnya yang ditempati Biru. Ara merasakan pusing serta mual-mual. Dia lelah karena harus bulak balik ke kemar mandi. Ibu Echa pun merawatnya dengan sangat baik sampai Ara menitikkan air mata melihat betapa pedulinya orang tua lain kepadanya. Berbeda dengan ibunya sendiri yang mengusir dirinya.

Di luar rumah Biru menceritakan semuanya kepada Andi, dia juga meminta maaf karena telah membentak saat di sekolah.

“Sekarang si Ara ada dimana?” tanya Andi melihat kanan kiri.

“Dirumah Echa, tuh disamping.”

“Kasian juga sepupu lu. Sorry ya gue nggak bermaksud buat nggak bantu, tapi..”

“Iya gue tahu kok, makasih ya. Kalo bukan karena lu bicara itu mungkin gue nggak akan datang kerumah paman, dan nggak tahu gimana nasib Ara setelah itu.”

“Lu nggak dendam sama dia Biru?”

“Sakit hati ada saat dia ngehina gue. Tapi mau gimana pun dia tetap keluarga gue, orang tuanya juga udah bantu gue selama ini, mungkin ini balas budi aja.”

“Salut gue sama lu, ngomong-ngomong ini gue nggak di tawarin masuk gitu? Pegel nih kaki berdiri mulu.”

“Hehe sorry Ndi, lu sih ngajakin ngobrol terus.”

Terpopuler

Comments

Liling Sarungallo

Liling Sarungallo

Rasain si Ara kena batunya 😃. seru ceritanya kak 🥰

2023-05-25

2

Rosee

Rosee

NEXT THOR, CERITANYA SERUUU 🤩

kapan-kapan mampir yuk ke novel aku makasih

2023-04-25

1

Tri Handayani

Tri Handayani

lanjut thorrr..semangat up

2023-04-24

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!