“Sialan lu Ndi, awas aja.”
“Aman,” balas Arka.
Biru pun pergi bersama Arka dan Nadia. Sesampainya di ruangan osis ternyata sudah banyak anak-anak lain. Mata semuanya tak lepas dari Biru, dimana lelaki yang kini menjabat sebagai ketua osis itu merupakan anak populer.
1 jam kemudian, acara rapat telah selesai. Andi yang masih belajar berbisik pada Echa. Namun suaranya itu terdengar oleh guru yang sedang menjelaskan pelajaran. Sebuah penghapus melayang menuju meja Andi dan membuat dirinya terkaget.
“Sialan! Siapa yang lempar nih penghapus?” ujar Andi. Lelaki tampan itu tak sadar jika yang melempar barusan adalah gurunya sendiri. Anak-anak yang lain terdiam tak menjawab pertanyaan Andi. Lalu si guru berjalan mendekat setelahnya menjiwir telinga muridnya tersebut.
“Apa kamu bilang? Ibu sialan?”
“Eh, eh nggak Bu. Itu salah dengar kali orang aku bilang si bulan.”
“Ibu nggak tuli ya, jelas-jelas kamu bilang sialan.”
“Aduh-aduh Bu sakit, ampun. Iya maaf saya salah abisnya ibu sih lempar penghapus ke saya.”
“Ngapain kamu ngobrol waktu ibu menjelaskan materi? Sekarang nggak mau tahu kamu berdiri didepan!”
Biru yang baru kembali melihat sahabatnya sedang di marahi oleh guru. Saat mereka berdua berpapasan, Biru tersenyum. “Jiahk kena hukum, semangat,” bisiknya.
Pelajaran kembali berjalan, sampai istirahat tiba. Andi merasa lelah telah berdiri selama 2 jam didepan kelas. Dia pun merebut air mineral yang akan Biru minum. Echa sibuk dengan ponselnya, gadis itu sedang menulis novel baru. Namun tiba tiba saja datanglah anak kelas sebelah menghampiri Echa dengan senyum licik.
Biru dan Andi saling tatap, mereka menduga kedatangan anak sebelah adalah untuk mengancam Echa. “Ca, ayo keruang guru. Ambil buku tugas yang kemarin,” ajak Andi.
“Mau kemana lu?” tanya Paris.
“Ssst, kalian semua keluar dari kelas gue. Nggak punya kelas ya? Sampe masuk ke kelas orang lain?” ucap Biru.
“Maksud lu apa?”
“Begini bro, gue tahu kok apa tujuan lu ke sini. Pasti mau ngancam si Echa kan? Lu bego atau apa, masa poto kek gitu lu percaya, itu kan cuman editan.” Lelaki bernama Paris mencengkeram erat kerah baju Biru. Dia tak terima jika dikatakan bodoh.
Murid-murid yang tahu keributan antara Biru dan Paris pun langsung berkumpul diluar kelas. Mereka semua menunggu momen paling yang dinantikan, yaitu perkelahian.
“Seru nih, udah beberapa hari ini si Biru nggak pernah ribut. Kira-kira dia mampu nggak lawan si Paris?” ujar salah satu siswa.
Benar saja tak lama setelah keduanya beradu mulut, sebuah pukulan mendarat di pipi Paris. Biru tak terima jika Mamahnya dikatakan ****** oleh anak sebelah. “Gue coba tahan buat nggak mukul lu, tapi kali ini ucapan yang baru aja dilontarkan itu benar-benar buat gue harus mukul! Asal lu tahu, nyokap gue orang baik, wanita hebat bukan ******! Berita yang tersebar waktu itu adalah bohong, gue tegasin sekali lagi kalo itu BOHONG! PAHAM?!”
“Nggak usah ngebela nyokap lu deh, jelas-jelas dia penggoda suami orang. Lagipula buat apa lu peduli sama si Echa? Oh iya, apa jangan-jangan lu minta sesuatu yang wah sama dia, sampai ngebela tuh cewek?”
Biru langsung menonjok wajah Paris dengan keras, “jaga ucapan lu ya!”
Andi yang asik makan di kantin bersama Echa didatangi oleh Nadia. Dia memberitahu jika Biru sedang berkelahi dengan Paris, Andi pun langsung berlari menuju kelas. Setelah keduanya di lerai, mereka dipanggil ke kantor guru. Biru menceritakan yang sebenarnya dan betapa terkejutnya si guru saat melihat poto yang Paris tunjukkan.
“Kamu dapat poto ini darimana Paris?”
“A-anu Bu. Eum saya nggak sengaja nemu di salah satu platform,” jawabnya gugup. Paris tidak ingin jika gurunya tahu bahwa dirinya telah membeli poto dan vidio vulgar dari salah satu website. Dan kebetulan saat itu dirinya menemukan poto dengan wajah Echa, Paris pun langsung menghubungi si pengunggah poto tersebut.
“Kamu nggak bohong? Dan apa poto ini kamu sebar?”
“Nggak Bu, saya belum menyebarnya. Hanya Echa saja dan teman-teman saya yang tahu, Gio, Angga dan Elena.” Paris dengan cepat menggelengkan kepalanya.
“Baiklah sekarang juga kamu hapus semua poto vulgar Echa, ibu tidak ingin hal yang tak di inginkan terjadi. Apalagi jika poto tersebut benar-benar bukan wajah aslinya melainkan editan saja.”
“Dan kamu Biru, kenapa memukul Paris sampai begitu? Apa karena Echa atau ada hal lain yang membuat kamu marah?” sambungnya.
Biru enggan untuk menceritakan masalah Paris yang menghina Mamahnya. Apalagi di sana juga terdapat pamannya yang terus memperhatikan dirinya. Biru menggelengkan kepala dan berkata jika dia hanya membela Echa, teman kelasnya. Masalah berakhir setelah Paris menghapus semua poto-poto itu, sedangkan di luar ruangan murid-murid menatap tajam pada Echa.
“Gue curiga kalo Biru dan Echa ngejalin hubungan, selama ini kita tahu kan gimana sikapnya si ketos. Nggak pernah sekali pun dekat sama cewek,” bisiknya.
“Tapi itu benar nggak sih potonya si Echa? Kok gue penasaran ya. Kalo emang benar parah sih, cewek pendiam ternyata aslinya....”
“Ghibah terus, udah dibilang tuh poto editan,” sindir Andi melewati kerumunan murid-murid.
Andi, Echa, Arka dan Nadia menghampiri Biru. Mereka khawatir dengan luka memar yang ada dipinggir bibirnya. Apalagi luka didalam hatinya. Yang sudah pasti sangat menusuk perasaan. Mendengar perkataan jelek tentang Mamahnya dari orang lain.
Senakal apapun cowok jika orang tuanya terkhusus Mamah, dia akan marah jika ada orang yang menyakitinya.
“Gue mau sendiri, kalian semua tinggalin gue.”
“Tapi...”
“GUE BILANG PERGI YA, PERGI!!” tegasnya.
Terpaksa Andi dan yang lain pergi meninggalkan Biru seorang diri. Lelaki tampan itu menatap keluar jendela.” Di sisi lain, Echa bercerita jika Biru menempati rumah kosong miliknya. Andi yang baru tahu pun terkejut, dan bertanya-tanya mengapa sahabatnya pindah tanpa memberitahu.
“Mungkin dia nggak mau ngerepotin lu terus kali, Ndi.”
“Tapi kenapa ya kok tiba-tiba si Biru mutusin pindah dari rumah Pak Baba?” tanya Nadia.
“Iya bukannya Pak Baba baik banget ya? Gue sih bakalan betah kalo tinggal sama dia, apalagi ada si Ara,” ujar Arka. Mendengar nama Ara, Andi teringat dengan buku yang dibacanya. Dimana Ara sepupu Biru tengah hamil, gadis itu menulis semuanya dibuku yang Biru bawa kemarin malam.
Terlihat juga raut wajah Ara yang panik saat buku tersebut Andi buka.
“Kalian percaya nggak kalo cewek yang kelihatannya polos ternyata aslinya nggak sepolos yang kita pikirkan?” tanya Andi.
“Maksudnya?” tanya balik Nadia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
💜🌷halunya jimin n suga🌷💜
biru disaat orang lagi asyik sama dunia matematika lo malah dah ruwet sama idup loooo..... paman bibi keluarga yg diharapkan bisa merangkul malahan bikin emosi.....
2024-03-11
1
Susi Sidi
waduh.. Andi kamu jangan lemes..
2023-06-11
1
Neonnorey
sudah mampir kak 😆
2023-05-18
1