Viona menahan napasnya beberapa detik begitu lelaki di depannya itu tersenyum. Perutnya terasa diaduk-aduk. Tidak pernah ia membayangkan hari ini akan terjadi. Viona tidak pernah berpikir kalau kelakuan implusifnya akan ketahuan. Padahal ia sangat yakin pria asing yang ditemuinya tadi malam itu tidak akan pernah berpapasan lagi dengannya. Oh ayolah! Seribu tamu undangan, peluang untuk mengenalnya hanya 1%. Jantung Viona berdetak lebih kencang dari biasanya.
“I got you,” ungkapnya lagi dengan suara rendah yang jujur saja terdengar begitu seksi di telinga Viona. Respon wanita itu hanya bias meneguk air liur. Ingin kabur rasanya percuma, perbedaan tinggi serta ukuran badan di antara mereka terlalu besar. Apalagi sekarang Viona dikukung dengan tangan pria itu di tembok.
Viona ingat mata hitam kelam yang tajam di balik topeng tersebut. Ia ingat kedua tahi lalat indah di bawah bibir sebelah kanan itu. Dan pria di depannya adalah pemiliknya.
Semalam setelah aksi gilanya itu Viona memang memutuskan untuk kabur sebelum pesta dansa itu berakhir. Ia berjalan cepat, berusaha menghindar pria itu yang berteriak memanggilnya dari belakang dan bersumpah akan menemukannya lagi. Viona sih jumawa tidak akan bertemu dengan dengannya setelah malam kemarin. Beruntung saja sepatunya tidak terlepas. Kalau iya, Viona sudah pasti akan mereka ulang alur kisah Cinderella.
Harusnya Viona tidak menyombongkan diri kalau hasilnya bakal seperti ini.
“Bukankah aku sudah bilang untuk tidak kabur kemarin? Bukankah aku berjanji akan menemukanmu?”
Pria itu semakin mendekat dan mencondongkan tubuhnya ke depan dan berbisik di telinga Viona. “Aku menepati janjiku, kan pencuri nakal?. Setelah berhasil menikmati bibirku, kamu langsung kabur begitu saja? Oh tidak bisa!” Suara rendah pria itu lagi-lagi menggetarkan seluruh sel di tubuh Viona. Wanita itu membuang wajahnya yang pasti sekarang mirip kepiting rebus ke samping.
“Kamu harus bertanggungjawab, Cantik! Apa kamu mau mencicipinya lagi? Akan ku berikan, gratis.”
Viona otomatis menoleh dengan mata melebar dan melotot sedangkan pria itu mundur selangkah dan menyeringai lebar hingga membuat kedua matanya menyipit.
Pikiran Viona melayang ke mana-mana. Ia sungguh menyesal melakukan perbuatan seperti kemarin. Mengapa pula ia harus teringat dengan kata-kata Alinka? Mengapa pula ia harus iri dengan kebucinan Lana dan pengalaman gadis itu tentang ciuman. Gara-gara itu semua terjadi.
Seluruh tubuh Viona merasa kebas. Bagaimana kalau sekarang pria di depannya itu memaksanya untuk ikut ke suatu tempat lalu melakukan tindakan pelecehan kepadanya atau menjualnya ke perdagangan manusia? Bulu kuduk Viona merinding. Tidak! Dia tidak ingin berakhir seperti itu.
Viona sudah mengambil ancang-ancang dengan menendang aset berharga milik pria itu jika ia mendekat lagi. Viona akan menyalurkan semua tenaga ke kaki agar rencananya berhasil. Jika dalam hitungan ke lima pria itu masih bergeming Viona akan melancarkan aksinya.
Namun ….
Suara pintu ruangan yang terbuka membuyarkan semua konsentrasinya. Baik Viona dan pria itu sama-sama menoleh.
“Loh? Pak Keita masih di sini? Loh? Rupanya ada Viona juga di sini. Ayo kita ke ruang meeting. Pak Wirya sudah menunggu dari tadi.” Adrian—CEO yang memanggil Viona agar ke ruangannya datang secara tiba-tiba.
Melihat pertahanan pria yang dipanggil Keita itu melemah dipergunakan Viona untuk kabur. Ia tidak ingin digosipin aneh-aneh, terlebih lagi tatapan Adrian seolah menyelidik dan ingin tahu.
Viona melesat pergi secepat angin keluar dari sana meninggalkan pria itu dan juga Adrian yang melongo menatap kepergiannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments